tirto.id -
"Semua tokoh yang potensial masuk daftar panjang kami. Kami adalah rumah besar bagi talenta bangsa, inklusif," kata Hendrawan kepada Tirto, Jumat (4/5/2018).
Akan tetapi, kata Hendrawan, partainya belum menentukan sikap perihal cawapres Jokowi dalam waktu dekat, sebab, partainya masih fokus ke pilkada dan beberapa agenda penting internal partai, seperti Bulan Bung Karno.
"Pokoknya tak ada gunanya terburu-buru berspekulasi, untuk meramaikan fantasi demokrasi. Kami rem dulu," kata Hendrawan.
Soal hasil survei Indikator Politik Indonesia yang menyatakan AHY meraih elektabilitas tertinggi sebagai pendamping Jokowi, Hendrawan menilai belum dapat dijadikan kesimpulan karena persepsi publik masih bisa berubah sewaktu-waktu.
"Survei lain bilang JK diharapkan maju lagi karena menjadi cawapres terfavorit. Yang lain lagi rilis Cak Imin terus meningkat. Ada lagi yang melihat Rizal Ramli cawapres potensial. Pokoknya industri survei bergeliat. Pasar popularitas sedang diperebutkan," kata Hendrawan.
Hasil survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia dalam simulasi 19 nama, elektabilitas AHY paling tinggi mencapai 16,3%, disusul Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (13%), mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo (13%), Menteri Keuangan Sri Mulyani (7%), dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD (5%).
Dalam simulasi 11 nama, AHY tetap unggul sebagai pendamping Jokowi. Ia memperoleh elektabilitas sebesar 22,4%. Selanjutnya disusul Sri Mulyani (10,5%), Mahfud MD (8,4%), Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian (5,7%), dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (4%).
Direktur Ekesekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi dalam pemaparan hasil surveinya menyatakan tingginya elektabilitas AHY sebagai cawapres Jokowi kemungkinan karena jabatannya sebagai Kogasma Partai Demokrat yang rajin keliling Indonesia menggalang dukungan untuk Pemilu 2019.
"Mungkin karena AHY masih turun ke lapangan," kata Burhanuddin, di kantornya, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (3/5/2018).
Sementara, Wakil Ketua Dewan Kehormatan Demokrat, Amir Syamsudin menyatakan hasil survei tersebut tak akan membuat partainya terburu-buru memasangkan AHY dengan Jokowi. Melainkan, kata dia, survei tersebut harus dimaknai sebagai pengakuan publik terhadap putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut.
"Jadi jangan terlalu bersemangat berbicara mengenai dirinya (sebagai cawapres), tetapi pada pengakuan (elektabilitas AHY). Survei ini kan adalah pengakuan," kata Amir di Kantor Indikator Politik Indonesia, Kamis (3/5/2018).
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Dipna Videlia Putsanra