tirto.id - Ketua DPP Nasdem, Irma Suryani Chaniago menyatakan partainya tak mempersoalkan siapapun yang akan menjadi calon wakil presiden (cawapres) pendamping Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019, termasuk Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Terbuka siapapun. Yang penting tidak membebani elektabilitas Pak Jokowi," kata Irma kepada Tirto, Jumat (4/5/2018).
Hal ini disampaikan Irma sebagai tanggapan atas hasil survei Indikator Politik Indonesia pada Maret 2018 yang menempatkan AHY sebagai cawapres Jokowi favorit responden.
Dalam simulasi 19 nama, elektabilitas AHY paling tinggi mencapai 16,3%, disusul Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (13%), mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo (13%), Menteri Keuangan Sri Mulyani (7%), dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD (5%).
Dalam simulasi 11 nama, AHY tetap unggul sebagai pendamping Jokowi. Ia memperoleh elektabilitas sebesar 22,4%. Selanjutnya disusul Sri Mulyani (10,5%), Mahfud MD (8,4%), Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian (5,7%), dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (4%).
Akan tetapi, kata Irma, Nasdem tidak mau berandai-andai terlalu cepat AHY akan jadi pendamping Jokowi, sebab menurutnya, elektabilitas tersebut baru berdasarkan satu lembaga survei politik.
"Kita lihat saja elektabilitasnya seberapa jauh. Itu kan baru satu survei. Kita harus melihat dari berbagai survei, sehingga kami ambil rata-ratanya yang paling baik," kata Irma.
Lagi pula, kata Irma, pendamping Jokowi haruslah diterima seluruh parpol koalisi dan partainya menyatakan dukungan penuh kepada mantan Wali Kota Solo tersebut. Karena, kata dia, untuk periode mendatang yang dibutuhkan adalah soliditas bersama partai-partai dalam menjalankan pemerintahan.
Kemarin, (3/5/2018), Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi dalam pemaparan hasil surveinya menyatakan tingginya elektabilitas AHY sebagai cawapres Jokowi kemungkinan karena jabatannya sebagai Kogasma Partai Demokrat yang rajin keliling Indonesia menggalang dukungan untuk Pemilu 2019.
"Mungkin karena AHY masih turun ke lapangan," kata Burhanuddin, di kantornya, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (3/5/2018).
Sementara, Wakil Ketua Dewan Kehormatan Demokrat, Amir Syamsudin menyatakan hasil survei tersebut tak akan membuat partainya terburu-buru memasangkan AHY dengan Jokowi. Melainkan, kata dia, survei tersebut harus dimaknai sebagai pengakuan publik terhadap putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut.
"Jadi jangan terlalu bersemangat berbicara mengenai dirinya (sebagai cawapres), tetapi pada pengakuan (elektabilitas AHY). Survei ini kan adalah pengakuan," kata Amir di Kantor Indikator Politik Indonesia, Kamis (3/5/2018).
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Dipna Videlia Putsanra