Menuju konten utama

Ketika Pilot Mabuk di Udara

Beberapa hari ini Indonesia dibikin geger karena salah satu pilot maskapainya, Citilink dengan penerbangan Jakarta-Surabaya pada Rabu 28 Desember 2016 diduga mabuk. Apa yang terjadi jika pilot mabuk di udara?

Ketika Pilot Mabuk di Udara
Ilustrasi pilot sedang mengemudikan pesawat. Foto/iStock

tirto.id - Perjalanan udara siang itu berbuah petaka, diawali langit yang berubah menjadi gelap, berawan tebal dan pesawat mengalami turbulensi hebat. Para pramugari segera mengambil tindakan pengamanan kepada seluruh penumpang.

Kopilot dan menara kontrol menginstruksikan agar pilot mempertahankan ketinggian, namun tak diindahkan. Pilot memutuskan menukikkan pesawat secara ekstrem ke atas untuk menembus awan, para penumpang bertambah histeris. Tak berselang lama, situasi mulai terkendali, awan hitam terlewati, cuaca kembali cerah, dan kendali diserahkan pilot kepada kopilot.

Pilot bernama Whip Whitaker menuju kulkas, menenggak beberapa botol kecil Vodka, lalu kembali ke kursinya, tidur sambil duduk. Namun, kembali sebuah guncangan hebat yang membuat Whip terbangun. Pesawat menukik turun tak terkendali, kopilot tak dapat mengontrol pesawat.

Pilot kembali mengambil alih kemudi dengan sebuah keputusan ekstrem: memutar pesawat 180 derajat. Baginya, ini adalah satu-satunya jalan menghentikan tukikan pesawat, para penumpang kembali dihimbau untuk mengenakan sabuk pengaman. Di tengah-tengah kericuhan, seorang pramugari melihat seorang anak laki-laki belum mengenakan sabuk pengaman.

Dengan tak memedulikan keselamatannya, ia bergegas memakaikan sabuk pada anak tersebut, tergesa, karena waktu yang dimilikinya juga sedikit untuk segera kembali ke kursi pramugari dan menyelamatkan diri sendiri. Nahas, bersamaan bunyi “klik” pada sabuk, perut pesawat sudah berada di atas, si pramugari terpelanting tak tentu arah.

Sementara itu, tukikan menurun pada pesawat mulai mereda seiring makin mendekatnya pesawat ke darat. Whip segera mengembalikan pesawat ke posisi normal dan berhasil mendarat darurat di tanah lapang. Sebagian besar penumpang selamat berkat keputusan ekstrem yang diambil Whip. Namun enam orang tewas, empat di antaranya adalah penumpang, dan dua lainnya pramugari. Termasuk salah seorang pramugari yang sebelumnya sempat menyelamatkan seorang anak laki-laki.

Prestasi si pilot dalam upaya penyelamatan pesawat mendapat begitu banyak sorotan dan pujian hingga akhirnya pihak kepolisian memulai penyelidikan dan menemukan fakta adanya zat adiktif di dalam darah Whip. Akhirnya, terkuak fakta dimana si pilot bangun kesiangan pada pukul 7 pagi setelah malamnya mabuk alkohol. Karena harus menerbangkan pesawat pada pukul 9, maka supaya melek, ia pun menghisap beberapa sedot kokain.

Ia akhirnya dihukum penjara atas kelalaian yang dilakukan dua jam sebelum melakukan penerbangan.

Walau Whip beserta seluruh adegan di atas merupakan cerita fiksi dari film Flight, kenyataannya ada pilot-pilot yang mencandu alkohol atau zat adiktif. Bahkan, beberapa hari ini Indonesia dibikin geger karena salah satu pilot maskapainya, Citilink dengan penerbangan Jakarta-Surabaya pada Rabu 28 Desember 2016 diduga mabuk.

Beberapa penumpang mengatakan bahwa saat melakukan perkenalan, Tekad sang pilot berbicara tak jelas, melantur, dan tak sistematis. Karena itulah penumpang mulai dibuat khawatir dan meminta pesawat tak diterbangkan oleh pilot itu. Tekad akhirnya turun, dan pesawat diterbangkan oleh pilot lain.

Diduga, Tekad sedang mabuk, tapi tes urine sementara menunjukkan hasil negatif. Direktur Utama Citylink pun kemudian mengundurkan diri terkait kejadian ini.

Kejadian serupa pernah menimpa maskapai America West Airlines Penerbangan 556 dari Miami, Florida, ke Phoenix, Arizona, 1 Juli 2002. Diwartakan CNN, Kapten Thomas Cloyd dan petugas penerbangan Christopher Hughes didakwa terbukti akan menerbangkan pesawat dalam kondisi mabuk.

Malam sebelum menjalankan penerbangannya pada pukul 9.30 pagi, kapten dan petugas penerbangan pergi ke sebuah bar pada pukul 10.30 malam. Selama berada enam jam di bar, keduanya menghabiskan tujuh botol 34 ons bir, tujuh botol bir 16 ons, satu bir dalam ukuran yang tidak diketahui, serta martini.

Cloyd dan Hughes kembali ke bandara untuk menjalankan tugas pada pukul 9.30 pagi dan singkatnya kedua orang ini tertahan oleh petugas karena mulutnya terindikasi bau alkohol. Setelah itu, polisi menangkap keduanya karena mengakui hasil tes breathalyzer. Kadar alkohol dalam darah Cloyd mencapai 0,091 sementara Hughes mencapai 0,084.

Jumlah tersebut sudah jauh melampaui batas pemakaian alkohol di Florida sebanyak 0,08 dan dua kali lipat batas Federal Aviation Administration yakni sebanyak 0,04. Apalagi, saat itu, ada kebijakan yang melarang pilot minum alkohol 12 jam sebelum penerbangan,

Seperti tertera pada jurnal NCBI berjudul “Pilot Alcohol Violations Reported in U.S Newspapers, 1990-2006” Kasus pelanggaran konsumsi alkohol oleh pilot pesawat komersial yang dilaporkan di 350 surat kabar AS meningkat sejak 2001. Antara Januari 2002 hingga Juni 2006 terdapat total 11 insiden dari total 13 insiden selama 1990-2006.

Sementara pada 1990-2001 hanya dua insiden yang dilaporkan. Peningkatan pengawasan keselamatan penerbangan dan keamanan menyusul serangan teroris pada September 2001, menyebabkan sedikitnya kasus.

Akan tetapi, ternyata data yang tidak dipublikasikan dari Federal Aviation Administration (FAA) yang mencatat ada total 71 pelanggaran alkohol di kalangan pilot pesawat komersial antara 1995 sampai 2002. Artinya, hanya 10 persen insiden yang diberitakan dari total insiden yang dicatat FAA.

FAA menyatakan alkohol tidak disarankan dikonsumsi dalam hitungan jam sebelum penerbangan. Sebabnya: alkohol dengan cepat diserap perut dan usus kecil, dan diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.

Normalnya, tubuh kita dapat menetralisir kadar alkohol dengan tingkatan konstan 1/3 sampai 1/2 ons alkohol murni per jam. Artinya, semakin banyak alkohol dikonsumsi, maka semakin lama tubuh menetralisirnya.

Umumnya, efek samping alkohol juga berhubungan dengan otak, mata, dan telinga bagian dalam. Itu adalah tiga organ penting bagi seorang pilot menjalankan tugasnya. Dimulai dari efek otak, di antaranya berkurangnya waktu bereaksi, penalaran, penilaian, dan memori. Alkohol menurunkan kemampuan otak untuk memanfaatkan oksigen.

Efek samping ini dapat bertambah pada ketinggian tertentu, terkait tekanan udara yang semakin rendah. Selanjutnya adalah efek ke gejala visual yang meliputi ketidakseimbangan otot mata, yang mengarah ke penglihatan ganda dan kesulitan fokus.

Infografik Efek Alkohol

Pilot dan Kasus Narkotika

Menurunnya kredibilitas dan keprofesionalan pilot tak hanya dari kasus mabuk alkohol saja, tapi juga narkoba. Di tahun lalu misalnya, seorang pilot bersama pramugari dan pramugara sebuah maskapai penerbangan ditangkap Badan Narkotika Nasional (BNN) saat melakukan pesta sabu di apartemen wilayah Tangerang Selatan.

Sebelumnya juga ada penangkapan pilot Lion Air bernama Hanum Adiyaksa di Makassar pada Januari 2012 saat menghisap sabu. Hanum, mengaku konsumsi sabu dan ekstasinya untuk mengurangi stres akibat padatnya jadwal pekerjaan sebagai pilot.

Setelahnya, BNN kembali menangkap pilot Lion Air bernama Syaiful Salam pada Sabtu 4 Februari 2012, tertangkap basah mengisap sabu di kamar Hotel Garden Palace Surabaya, Jawa Timur. Dari tangannya, petugas menyita satu paket sabu seberat 0,4 gram yang sudah dikemas.

Pada pertengahan 2011, pilot Lion Air bernama Muhammad Nasri juga tertangkap basah tengah berpesta sabu bersama rekannya yang merupakan kopilot, Husni Thamrin dan Imron. Ketiganya dibekuk di Apartemen The Colour, Modernland, Kota Tangerang atas kepemilikan dan penggunaan narkotika jenis sabu dan 4 butir ekstasi. Di pengadilan, Nasri mengaku sering mengonsumsi narkotika saat melaksanakan tugas di udara.

Pada 6 April 2011, awak kabin Lion Air bernama Winnie Raditya juga pernah tertangkap karena kedapatan menyimpan sabu di pakaian dalamnya. Winnie ditangkap Polres Jakarta Pusat di tempat kost di Karet, Tanah Abang.

Baca juga artikel terkait PILOT MABUK atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani