tirto.id - Sejak diangkat sebagai kanselir Jerman pada tanggal 30 Januari 1933, Hitler dengan Nazi-nya ingin mempersatukan seluruh kelas sosial kemasyarakatan dan wilayah Jerman di belakang komando pemerintahannya. Tujuan itu diwujudkan dengan jalan rasialis dan totaliter.
Salah satu yang dianggap harus ditertibkan adalah Sturmabteilung (SA) atau detasemen Storm, yang tidak lain adalah sayap paramiliter milik Partai Nazi (NSDAP). Organ ini berperan penting mengantarkan Adolf Hitler naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 1920 dan 1930.
SA menjadi benteng NAZI, misalnya dengan menghadapi organ paramiliter partai lain yang menentang Nazi, terutama dari Partai Komunis Jerman, melindungi para demonstran pro-Nazi, juga mengintimidasi warga negara macam Slavia dan Romania, serta memboikot bisnis orang Yahudi di Jerman.
SA yang dipimpin oleh Ernst Rohm makin bersinar saat Hitler menang menjadi kanselir Jerman. SA berkembang pesat dan memiliki jutaan anggota. Schutzstaffel (SS), organisasi keamanan besar Nazi lainnya pimpinan Heinrich Himmler, mulai khawatir dan ingin menyingkirkan SA.
Mereka mulai melakukan persekongkolan guna menghabisi SA termasuk Ernst Röhm. Himmler meminta Reinhard Heydrich—pejabat SS—untuk mengumpulkan berkas terkait aktivitas Röhm. Sebisa mungkin SA harus dipatahkan agar SS dapat mendapat kekuatan nasional penuh.
Bukti-bukti pun dikonstruksi guna menunjukkan bahwa Rohm telah membayar 12 juta mark kepada agen Prancis yang bertujuan menggulingkan Hitler. Disodori berkas tersebut, Hitler muohm bagaimanapun adalah pendukung pertama Hitler dan pembesar awal Nazi.
Namun, Hermann Goring dan Himmler memainkan peran vital dengan terus memberi Hitler informasi baru tentang kudeta yang diusulkan Rohm. Besarnya organisasi SA—yang anggotanya mencapai 3 juta orang—turut membuat Angkatan Darat cemas. Para industrialis yang telah menyediakan dana untuk kemenangan Nazi juga tidak senang dengan pandangan sosialistik Rohm mengenai ekonomi dan pendapatnya yang memandang bahwa revolusi masih harus dilakukan.
Hitler mulai goyah dan mengambil langkah pembersihan terhadap SA. Hitler dihembus-hembusi informasi bahwa Rohm bersekongkol dengan Gregor Strasser, sosok yang dibenci Hitler. Sang Fuhrer kemudian memerintahkan semua pemimpin SA menghadiri sebuah pertemuan di Hotel Hanselbauer, Bad Wiessee.
Sekitar pukul 4.30 pagi, 30 Juni 1934, Hitler dan rombongannya terbang menuju Kementerian Dalam Negeri Bavaria di Munich guna menemui para pemimpin SA yang telah diminta berkumpul. Buku William L. Shirer berjudul The Rise and Fall of the Third Reich menyebut sang Fuhrer sempat marah kepada August Schneidhuber, kepala polisi Munich dan merobek sebuah lencana di kemejanya karena dianggap gagal menjaga ketertiban kota pada malam sebelumnya.
Hitler pun berteriak, mengatakan ia ingin membunuh Schneidhuber. Dan benar, Schneidhuber dieksekusi hari itu juga. Operasi dilanjutkan dengan mendatangi Hotel Hanselbauer di Bad Wiessee, tempat Ernst Rohm dan pengikutnya tinggal. Hitler membawa sekelompok besar SS dan polisi reguler lainnya.
Di hotel tersebut, Ernst Rohm yang masih berada di tempat tidur terkejut lantaran serbuan pria SS yang datang bersama Hitler. Rohm langsung diserahkan kepada dua orang detektif yang tengah membawa pistol. Anggota SS juga menemukan Edmund Heines, wakil Rohm, bersama pria lain berusia 18 tahun dalam satu ranjang.
Melihat hal itu, Joseph Goebbels yang terkenal dengan pengaturan moral yang menurutnya baik dan tidak baik di Nazi Jerman, makin mendukung upaya pembersihan ini. Hitler segera memerintahkan kedua pria tersebut ditembak mati.
Ernst Röhm sendiri tidak turut dieksekusi, namun ditangkap dan digiring bersama pemimpin SA lainnya. Sesampainya di markas partai di Munich, Hitler langsung berbicara pada kerumunan orang yang berkumpul.
“Pengkhianat terburuk dalam sejarah dunia,” teriak Hitler. Seperti disebut dalam buku The Coming of the Third Reich karya Richard J. Evans, sang Fuhrer juga mengatakan akan memusnahkan karakter yang tidak disiplin dan tidak patuh serta mengidap unsur-unsur asosial atau berpenyakit.
Kerumunan orang termasuk anggota SA yang beruntung lolos dari penangkapan segera meneriakkan persetujuan. Bahkan Rudolf Hess wakil dari Hitler di Nazi mengajukan diri untuk menjadi eksekutor orang-orang yang dilabeli pengkhianat.
Hitler masih ragu untuk mengizinkan eksekusi terhadap Rohm yang sejatinya adalah teman dekatnya. Maka, ia kemudian memberi opsi untuk bunuh diri kepada Rohm.
Pada 1 Juli 1934, perwira SS Theodor Eicke—yang kemudian menjadi komandan kamp konsentrasi Dachau—dan Michael Lippert masuk ke sel penjara Rohm, meletakkan pistol di atas meja sembari berkata bahwa Rohm punya waktu 10 menit untuk menembak dirinya sendiri.
“Jika saya harus dibunuh, biarkan Adolf melakukannya sendiri,” kata Rohm kepada dua perwira tersebut.
Eicke dan Lippert keluar dan berdiskusi dan kembali ke sel Rohm pada pukul 14.50 dan ditemukan Rohm sudah membusungkan dadanya yang telanjang. Keduanya kemudian menembak Rohm yang lantas dimakamkan di Westfriedhof, Munich.
Pembersihan SA disahkan keesokan harinya dengan sebuah Undang-Undang tentang Tindakan Pertahanan Diri Negara. Buku Joachim Fest berjudul Hitler mencatat Hitler menyinggung homoseksualitas Rohm dalam sebuah pidato tanggal 13 Juli 1934. Ia juga menjelaskan dan menjustifikasi pembersihan yang dilakukannya adalah konsekuensi dari pengkhianatan.
Peristiwa ini disebut sebagai Operasi Kolibri, selain sebutan lain seperti Malam Pisau Panjang, yang berlangsung dari 30 Juni sampai 2 Juli 1934. Sedikitnya 85 orang meninggal dalam operasi pembersihan ini. Lebih dari seribu lawan politik lainnya ditangkap. Sebagian besar pembunuhan dilakukan oleh Schutzstaffel (SS) dan Gestapo (Geheime Staatspolizei), satuan polisi rahasia Nazi.
Tidak ada referensi bagi publik yang tersedia mengenai pemberontakan yang dilakukan SA kepada Nazi Jerman seperti dituduhkan. Ian Kershaw dalam Hitler: A Biography juga mengatakan bahwa homoseksualitas Rohm dan pemimpin SA sesungguhnya telah diketahui oleh Hitler dan pemimpin Nazi lain bertahun-tahun sebelumnya.
Penulis: Tony Firman
Editor: Maulida Sri Handayani