tirto.id - Wukuf di Arafah termasuk salah satu rukun dalam pelaksanaan ibadah haji. Seorang jemaah yang tidak melakukan wukuf di Arafah, maka hajinya menjadi tidak sah. Oleh sebab itu, memahami ketentuan dan kegiatan wukuf di Arafah penting bagi jemaah haji.
Wukuf memiliki arti berhenti, diam tanpa bergerak. Wukuf secara istilah berhenti atau berdiam diri di Padang Arafah dalam keadaan ihram walaupun sejenak berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Jemaah yang tidak melakukan wukuf di Arafah, hajinya tidak sah sebagaimana sabda Rasulullah SAW sebagai berikut:
"Haji itu hadir di Arafah. Barang siapa yang datang pada malam hari jam'in (10 Zulhijah sebelum terbit fajar) maka sesungguhnya ia masih mendapatkan haji," (HR. At-Tirmidzi dari Abdurrahman bin Ya'mar Ra).
Wukuf mengisyaratkan bahwa suatu gerakan suatu ketika akan berhenti seperti jantung, mata, kaki, hingga tangan manusia. Sampai masa itu terjadi, manusia akan mengalami kematian. Kemudian di Yaumul Mahsyar, semua manusia akan dihidupkan kembali serta dikumpulkan di Padang Mahsyar.
Arafah dalam ibadah haji dilambangkan dari Padang Mahsyar. Padang Arafah menjadi tempat berkumpulnya seluruh jemaah haji dari berbagai penjuru bangsa tanpa mengenal bahasa, suku, bangsa, adat-istiadat, hingga warna kulit.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menjelaskan ampunan kepada mereka yang wukuf di Padang Arafah sebagai berikut:
"Dari Anas bin Malik Ra. berkata: Nabi Muhammad SAW wukuf di Arafah, di saat Matahari hampir terbenam, ia berkata: 'Wahai Bilal suruhlah umat manusia mendengarkan saya. 'Maka Bilal pun berdiri seraya berkata: 'Dengarkanlah Rasulullah SAW,' maka mereka mendengarkan, lalu Nabi bersabda: 'Wahai umat manusia, baru saja Jibril As datang kepadaku membacakan salam dari Tuhanku, dan dia mengatakan: 'Sungguh Allah Swt mengampuni dosa-dosa orang yang berwukuf di Arafah dan orang-orang yang bermalam di Masy'aril Haram [Muzdalifah], dan menjamin membebaskan mereka dari tuntutan balasan dan dosa-dosa mereka.
Maka Umar bin Khatab pun berdiri dan bertanya, Ya Rasulullah, apakah ini khusus untuk kita saja? Rasulullah menjawab, ini untuk kalian dan untuk orang-orang yang datang sesudah kalian hingga hari kiamat kelak. Umar Ra pun lalu berkata: kebaikan Allah sungguh banyak dan Dia Maha Pemurah,'"(HR. Ibnu Mubarak).
Doa Wukuf di Arafah
Selama kegiatan wukuf di Arafah, jemaah haji dianjurkan memperbanyak zikir, istigfar, salawat, dan doa. Berikut ini contoh doa yang dicontohkan Rasulullah SAW saat wukuf di Arafah:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي سَمْعِي نُورًا وَفِي بَصَرِي نُورًا وَفِي قَلْبِي نُورًا اللَّهُمَّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَسَاوِسِ الصَّدْرِ وَمِنْ سَيِّئَاتِ الْأُمُورِ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا يَلِجُ فِي اللَّيْلِ وَشَرِّ مَا يَلِجُ فِي النَّهَارِ وَمِنْ شَرِّ مَا تَهُبُّ بِهِ الرِّيَاحُ، وَشَرِّ بَوَائِقِ الدَّهْرِ
Arab Latinnya:
Lâ ilâha illallâhu wahdahû lâ syarîkalah. Lahul mulku walahul hamdu wa hua alâ kulli syai’in qadîr. Allâhummaj‘al fî sam‘î nûrâ, wa fî basharî nûrâ, wa fî qalbî nûrâ. Allâhummasyrah lî shadrî, wa yassir lî amrî. Allâhumma innî a‘ûdzu bika min wasâwisis shadri, wa min saayi’âtil umûr, wa min adzâbil qabri. Allâhumma innî a‘ûdzu bika min syarri mâ yaliju fil lail, wa syarri mâ yaliju fin nahâr, wa syarri mâ tahubbu bihir rîhu, wa syarri bawâ’iqid dahri.
Artinya:
“Tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia memiliki kekuasaan dan berhak atas setiap pujian. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Wahai Tuhanku, jadikanlah pendengaranku, penglihatanku, dan hatiku bercahaya. lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku. Aku berlindung kepada-Mu dari bisikan hati, perkara yang buruk, dan dari azab kubur. Aku juga berlindung dari kejahatan yang datang di malam hari dan siang hari. Aku berlindung dari kejahatan yang dibawa angin dan kejelekan zaman.”
Berapa Lama Wukuf di Arafah?
Waktu wukuf di Arafah adalah setelah tergelincirnya Matahari (waktu Zuhur) hingga terbitnya fajar di hari setelahnya. Meskipun demikian, jemaah haji dapat melakukan Wukuf sekalipun hanya sebentar di waktu yang ditentukan. Imam An-Nawawi menjelaskan perkara tersebut sah.
Akan tetapi, wukuf lebih utama apabila dikerjakan hingga mendapatkan waktu malam, meskipun tidak sampai terbit fajar. Rasulullah SAW dalam sebuah hadis menganjurkan pelaksanaan wukuf dengan waktu itu sebagai berikut:
"Dari sahabat Abdurrahman bin Ya’mar ra, aku menyaksikan Rasulullah SAW didatangi para sahabat. Mereka bertanya kepada perihal haji. Rasulullah SAW menjawab, ‘Haji itu Arafah. Siapa saja yang mendapati malam Arafah sebelum terbit fajar malam Muzdalifah [malam Idul Adha], maka sempurnalah hajinya,'" (HR Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan Ad-Dailami).
Kapan Jamaah Haji melakukan Wukuf di Arafah?
Wukuf di Arafah dilaksanakan antara tergelincirnya Matahari pada 9 Zulhijah (Hari Arafah) hingga terbitnya fajar pada 10 Zulhijah (Hari Nahar/ Hari Idul Adha). Di luar waktu tersebut, pelaksanaan wukuf di Arafah dalam ibadah haji dianggap tidak sah. Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Idhah fi Manasikil Hajji menjelaskan waktu wukuf di Arafah sebagai berikut:
"Pertama, keadaan wukuf dilakukan pada waktunya yang telah ditentukan, yaitu sejak gelincir matahari [zuhur] hari Arafah [9 Dzulhijjah] sampai terbit fajar [Subuh] malam Idul Adha [10 Dzulhijjah]," (Imam An-Nawawi, Al-Idhah fi Manasikil Haji pada Hasyiyah Ibni Hajar alal Idhah, [Beirut, Darul Fikr: tanpa tahun], halaman 147).
Tata Cara Wukuf di Arafah
Wukuf di Arafah dapat dilakukan secara berjemaah maupun munfarid (sendiri-sendiri). Dalam tata cara wukuf, tidak ada persyaratan seseorang suci dari hadas kecil maupun besar.
Seorang perempuan yang haid atau nifas diperbolehkan melaksanakan wukuf. Berikut ini tata cara wukuf di Padang Arafah:
- Jemaah mendengarkan khotbah wukuf
- Setelah khotbah selesai, jemaah mendirikan salat jamak qashar taqdim Zuhur dan Asar.
- Setelah salat, jemaah dapat memulai wukuf dengan memperbanyak zikir, istigfar, selawat, dan doa sesuai sunah Nabi Muhammad SAW.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno