Menuju konten utama

Kesaksian Warga: Detik-Detik Meledaknya Depo Pertamina Plumpang

Warga mencium bau bensin yang menyengat sebelum ledakan pertama terdengar. Dari kesaksian mereka, tak ada peringatan dini dari Pertamina.

Kesaksian Warga: Detik-Detik Meledaknya Depo Pertamina Plumpang
Foto udara pemukiman warga yang terbakar dampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta utara, Jumat (3/3/2023). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.

tirto.id - JUMAT (3/3/2023) MALAM AbdusSyakur masih berada di rumahnya. Kondisi tubuhnya meriang, baru pulang berobat dari klinik. Tubuhnya yang mengigil dibalut kaos dan dua sweater. Hidungnya mampet terserang pilek.

Sekitar pukul setengah 8 malam, aroma bau menyengat bahan bakar minyak tercium olehnya dari dalam rumah yang jaraknya sekitar 300 meter dari Depo Pertamina.

Selekas mungkin ia langsung berlari ke luar rumah. Ternyata di luar sudah banyak warga yang berhamburan kabur dan berlarian panik karena merasa hal yang sama, bau bensin bocor.

Warga satu sama lain saling mengingatkan tetangganya jika terdapat kebocoran Depo Pertamina.

"Kabur...kabur...bau minyak!"

Permukiman mereka amat dekat jaraknya dengan Depo Pertamina. Hanya sekitar puluhan meter dari permukiman warga dan dibatasi tembok beton sekitar 5 meteran.

Saking menyengatnya bau bensin, Abdus melihat banyak warga seperti orang mabuk atau bak orang teler, merasa mual, hingga pingsan di jalan. Sontak, Abdus langsung mengabarkan pengurus wilayah setempat untuk mengumumkan kejadian tersebut.

"Kami pengurus langsung bertindak untuk segera mengimbau warga lewat masjid dan musala agar segera menjauh dari titik bau," ucapnya.

ANI (58) TENGAH MENIKMATI makan malam dengan kawannya, Siti Aminah, sesaat sebelum kejadian nahas itu.

Tiba-tiba ia memiliki firasat buruk. Ia bergegas pulang ke rumahnya di RT 12/RW 09, yang berjarak sekitar seratusan meter dari titik api untuk menengok anak cucunya.

"Terus jam setengah 8-an bunyi cesss...Kayak steam [motor]. Saya rasa kaya bau gas itu," kata dia.

Dengan usianya yang sudah sepuh, mencium bau seperti gas bocor dengan aroma yang menyengat sangat memengaruhi kesehatan Ani.

Tenggorokannya terasa pahit. Bau hangus tercium amat pekat. Dadanya sesak.

Sependek ingatannya, tidak ada peringatan atau pengumuman dari pihak Pertamina sebelum kejadian atau saat aroma seperti gas bocor itu tercium. Kendati panik, ia berinisiatif melarikan diri.

***

"DUUUUM!"

Sekitar pukul 8 malam, dentuman pertama terdengar. Belum terlalu kencang. Seketika api menjalar ke jalanan. Selang beberapa menit terjadi ledakan kedua dan api semakin membesar.

Tak butuh waktu lama, si jago merah menyambar hingga ke permukiman seberang yakni RW 01. Pemukiman RW 01 dengan RW 09 hanya berjarak sekitar 5 meter atau satu lintasan mobil.

Suasana tambah mencekam ketika banyak warga yang pingsan berjatuhan karena tak kuat mencium aroma bensin dan panasnya api yang menyambar. Tak hanya di perumahan warga, api juga menjalar di jalanan tempat warga berhamburan.

Abdus dan sejumlah warga berinisiatif untuk membantu korban berjatuhan yang dapat dijangkau mereka. Abdus mencopot banner yang terpajang di warung-warung dan dijadikan tandu untuk menggotong warga yang berjatuhan.

Warga lainnya yang ikut membantu juga menggotong korban menggunakan gerobak dan perlengkapan seadanya. Korban digotong hingga depan Koramil yang jaraknya mencapai ratusan meter.

Abdus melintasi asap yang begitu tebal. Bertahun-tahun tinggal di daerah Koramil tak terlalu membuatnya kesulitan mengevakuasi warga meski terhalang asap tebal.

Mata perih dan saluran pernapasan sesak tak dihiraukannya. Ditambah lagi warga yang berlarian berdesakan untuk menyelamatkan diri masing-masing. Lalu kendaraan motor dan mobil juga yang melintas membuat warga kesulitan mengevakuasi diri. Kemudian, lintasan jalanan sisa hujan yang juga membuat warga kesulitan menyelamatkan diri.

Kendati begitu, ia tak peduli meski kondisinya saat itu kurang fit. Bahkan, anak dan istrinya di rumah tak sempat ia pikirkan.

"Yang di pikiran saya yang penting warga saya yang berjatuhan bisa selamat. Saya berusaha selamatkan warga yang bisa saya selamatkan," tuturnya.

Saat itu belum ada petugas pemadam kebakaran yang tiba ke lokasi. Pihak dari PT Pertamina juga tidak ada yang memberikan bantuan evakuasi.

"Jadi kami evakuasi mandiri korban-korban berjatuhan pakai alat seadanya sampai depan Koramil yang jaraknya seratusan meter," ucapnya.

Beberapa ratus meter dari lokasi Abdus, Ani coba menyelamatkan diri ke luar rumah. Namun, ia kesulitan lantaran kediamannya berada di gang kecil yang diperkirakan hanya muat dua motor. Jarak untuk ke depan jalan juga sekitar 50 meter.

Asap tebal menyelimuti jalanan. Pandangannya kabur. Di depan jalanan sudah ramai warga dan kendaraan motor hingga mobil lalu lalang.

Ia berhasil menyelamatkan diri ke Pasar Kaget yang berada di seberang rumahnya meski juga harus melewati jalanan sempit. Lokasi tersebut jaraknya sekitar 100 meter dari kediamannya sebelum si jago merah melalap rumah warga.

Tak lama, Ani mendapat kabar, kawannya Siti Aminah, yang baru saja makan bersamanya, tak selamat dari kebakaran itu.

***

Senin (6/3/2023) sekitar pukul 4 sore atau tiga hari setelah kejadian petugas gabungan dari TNI-Polri, BPBD, dan tim lainnya masih mengevakuasi sisa-sisa reruntuhan kebakaran. Petugas PLN juga tengah memasang kembali kabel yang sebelumnya hangus terbakar. Aroma kebakaran masih begitu menyengat.

Rumah Ani sendiri masih utuh selamat dari kebakaran. Sementara persis di sebelahnya yang berjarak 10 meter sudah rata dengan tanah dilenyapkan si jago merah. Hanya tersisa reruntuhan puing-puing bangunan sisa kebakaran.

"Dada saya sesak, lidah hambar kaya minum air panas. Sekarang enggak enak makan. Ingat kawan sudah biasa nongkrong bareng. Tapi sekarang sudah meninggal karena kebakar," ujarnya lirih.

Depo Pertamina Plumpang

Foto pemukiman warga korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, Senin (6/3/2023). tirto.id/ Riyan Setiawan

***

DEDEH SUNENGSIH (45), tengah duduk di atas tikar bersama keluarga besarnya sambil meratapi nasib. Bangunan rumahnya hanya tersisa asbes dengan tiang dari baja ringan yang melindungi halaman rumahnya yang kini ia duduki.

Warga Bendungan Melayu, RT 06/RW 01 itu tak pernah menyangka peristiwa kebakaran Depo Pertamina membuat rumahnya seluas 600 meter terbakar. Rumah itu ditempati oleh empat keluarga dengan total 17 orang.

Saat ini, rumahnya hanya tersisa bangunan tembok depan dan pagar dengan coretan nomor "41". Selebihnya sudah rata dengan tanah.

Depo Pertamina Plumpang

Foto pemukiman warga korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, Senin (6/3/2023). tirto.id/ Riyan Setiawan

Sebelum peristiwa terjadi, Dedeh mengatakan terdapat rekannya yang menengok orang tuanya berusia 83 tahun yang baru pulang dari Rumah Sakit Firdaus, Jakarta Utara karena sakit jantung, paru-paru, dan sesak napas sekitar pukul 19.30 WIB.

Kala itu hujan turun begitu deras. Suara petir menyambar terdengar sangat keras selama tiga kali. Teman-temannya pun pulang lantaran anaknya ketakutan. Seolah pertanda akan terjadi sebuah bencana.

Kemudian, Dedeh melihat banyak asap muncul di dalam rumahnya. Di dalam seperti tercium bau gas. Tanpa pikir panjang, Dedeh langsung mengajak orang yang ada di rumahnya melarikan diri ke daerah Pasar Kaget.

Pada saat asap keluar, ia mengaku mendengar bunyi sirine dari dalam Depo Pertamina. Namun, bunyi tersebut hanya menjangkau permukiman yang dekat dengan lokasi Depo Pertamina saja.

"Kalau yang ngeh [sadar] antisipasi. Tapi ada yang enggak. Enggak ada pengumuman lewat toa gitu dari Pertamina, cuma dari masjid saja. Kita warga kan enggak ada yang tahu itu sirine apa. Karena bunyi sirine sudah sering dan kalau bunyi gitu enggak terjadi apa-apa," ucapnya.

Anak laki-laki Dedeh pun langsung menggendong sang kakek yang saat itu baru pulang dari rumah sakit ke dalam mobil. Lalu anggota keluarga lainnya juga evakuasi diri dengan membawa mobil. Mereka total tujuh orang. Sementara sang anak langsung menyelamatkan diri dengan lari ke Pasar Kaget dan ada juga yang naik motor.

"Tak lama saya sampai, Depo Pertamina meledak. Itu dua kali, kaya bom," cerita Dedeh kepada Tirto, Senin (6/3/2023).

Dedeh dan keluarga tak sempat menyelamatkan surat-surat berharga serta barang-barang berharga lainnya saat terjadi kebakaran.

"Rata-rata warga yang meninggal infonya mereka sudah pergi menyelamatkan diri, balik lagi ke rumah untuk ambil barang berharga. Kalau kami tak masalah [surat dan barang berharga], yang penting nyawa dulu," ujarnya.

Depo Pertamina Plumpang

Foto pemukiman warga korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, Senin (6/3/2023). tirto.id/ Riyan Setiawan

CERITA TRAGIS LAIN datang dari satu keluarga di daerah Bendungan Melayu RT.05/ RW.01. Empat orang anggota keluarga tersebut sudah dinyatakan meninggal dan satu lainnya dalam keadaan kritis. Dani (37), salah satu kerabat keluarga korban menceritakan peristiwa nahas tersebut. Lokasi rumahnya sebelah rumah korban, yang berada di dalam gang kecil.

Saat itu, bau bensin menyebar hingga RT 05, lokasinya berada di belakang rumah Dedeh dekat dengan Pasar Kaget atau sekitar 300 meteran dari Depo Pertamina.

Ketika mencium aroma bensin, Ridho Romadhona (37) langsung menyelamatkan diri bersama ibu yang sudah lansia, Sumiati (71) menggunakan motor. Sementara adik Ridho, Suheri Irawan (33) membonceng kedua anaknya bernama Trish Rhea (13) dan Raffasya Zayud (4).

Mereka dihubungi oleh anggota keluarga lain yang tinggal di Rawa Sengon, Tanah Merah untuk evakuasi. Namun, sayangnya mereka justru melewati jalanan dekat lapangan futsal Gatet atau daerah Tanah Merah Koramil atau mendekat ke arah Depo Pertamina.

"Ketika kejadian meledak, mereka terjebak di dalam ledakan yang muncul api dan bangunan rumah yang terbakar," kata Dani saat ditemui di rumah duka korban.

Depo Pertamina Plumpang

Foto pemukiman warga korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, Senin (6/3/2023). tirto.id/ Riyan Setiawan

Saya pun coba menelusurinya. Memang, jalanan di daerah tersebut merupakan gang yang sangat kecil yang hanya bisa dilewati maksimal dua motor. Apalagi jika pengendara dan motor saling berebut menyelamatkan diri, alhasil akan terjadi penumpukan dan semakin sulit untuk evakuasi.

Bangunan di sekitar lapangan Gatet juga banyak yang sudah hangus dilahap si jago merah. Rata-rata rumah sudah gosong dan bangunannya hancur 30 persen. Untuk rumah keluarga korban sendiri masih utuh karena cukup jauh dari lokasi kebakaran.

Ketika terjadi ledakan hingga api berhasil dipadamkan, kelima korban masih belum ditemukan. Mendengar banyak korban berjatuhan, keluarga berinisiatif mencari kelima korban tersebut ke rumah sakit.

Ketika mendengar terdapat dua jenazah anak kecil meninggal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), keluarga menemukan jenazah Trish Rhea (13) dan Raffasya Zayud (4) yang sudah hangus terbakar. Lalu dibawa ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur untuk dilakukan autopsi.

Sementara itu, Suheri (33) dan Sumiati (71) hingga saat ini jenazahnya belum ditemukan. "Tapi mereka sudah dinyatakan meninggal karena ditemukan kondisi motornya sudah hangus terbakar," ujarnya.

Sedangkan korban bernama Ridho saat ini masih dirawat di Rumah Sakit Yarsi, Jakarta Pusat dalam keadaan kritis. Tubuhnya dipenuhi luka bakar yang sangat serius.

"Dia awalnya selamat. Karena keukeuh mau tolongin orang tuanya di runtuhan api, dia selamatkan, tapi nggak bisa ketolong. Akhirnya dia diselamatkan sama warga. Luka di tubuh dia sudah parah kebakar," jelas dia.

Pertamina Tak Beri Peringatan Dini

Abdus mengatakan sebelum terjadinya bau minyak dan kebakaran, PT Pertamina tidak memberikan peringatan dini berupa pengumuman atau informasi akan terjadi hal yang berbahaya kepada warga Tanah Merah.

"Tidak ada bunyi sirine dan peringatan dini. Enggak ada pemberitahuan dari Pertamina juga. Semua inisiatif warga buat saling kasih info lewat teriakan dan pengumuman di masjid," kata Abdus saat ditemui tiga hari setelah kejadian di lokasi pengungsian.

Lokasi pengungsian itu berada sekitar 150 meter dari Depo Pertamina atau 50 meteran dari lokasi rumah terakhir yang hangus terbakar.

Selama ini, kata dia, Pertamina juga tidak pernah melakukan sosialisasi kepada warga perihal standar operasional prosedur (SOP) mitigasi bencana ketika terjadi kebakaran. Termasuk jalur evakuasi dan ruang aman jika terjadi kebakaran.

Padahal pada 2009 lalu, Depo Pertamina juga pernah terjadi kebakaran serupa. Namun, apinya hanya berkobar di sekitar tangki minyak tersebut dan tak sampai merembet ke pemukiman warga.

Seharusnya jika belajar dari pengalaman tersebut, Pertamina harus sudah bisa menyiapkan SOP mitigasi bencana, jalur evakuasi, dan tempat aman jika terjadi hal serupa.

"Selama ini tidak disediakan alat pemadam kebakaran, CSR, tidak ada apa-apa yang diberikan Pertamina ke warga," tegas dia.

Kesaksian Dedeh yang telah tinggal bersama keluarganya di daerah tersebut sejak tahun 1975 menyebut jarak Depo Pertamina sebelumnya masih sangat jauh dari permukiman warga. Sekitar puluhan bahkan ratusan meter, katanya.

"Dulu sebelum dibikin Depo yang dekat kaya gini, itu lahan masih rawa-rawa. Nah, setelah tahun 2009 kebakaran, Depo akhirnya dibuat lagi semakin mendekat ke permukiman warga," tuturnya.

DAMPAK KEBAKARAN DEPO PERTAMINA PLUMPANG

Foto udara permukiman penduduk yang hangus terbakar dampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang di Jalan Koramil, Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta, Sabtu (4/3/2023). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.

Saya pun mendatangi Balai Warga RW 01 yang jaraknya hanya 30 meteran dari rumah Ridho untuk meminta data korban di daerah tersebut. Di RW 01, sebanyak tujuh warga yang meninggal dunia dan dua warga yang mengalami luka bakar.

Sekretaris RW 01, Wahyudi memberikan data rincian per RT. Dari RT 05, sebanyak empat warga meninggal dunia, satu korban luka bakar, 14 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 74 warga yang menjadi korban. Lalu delapan rumah satu mobil, dan sembilan motor terbakar.

Kemudian RT 06 sebanyak empat warga meninggal dunia, satu korban luka bakar, dua belum ditemukan, 72 KK terdiri dari 288 yang menjadi korban. Lalu 61 rumah, empat mobil, dan 15 motor terbakar.

Selanjutnya di RT 07 tidak ada korban jiwa dan luka terbakar. Yang terdampak yaitu satu KK terdiri dari empat warga dan satu rumah terbakar.

"Ini data sementara per Senin, 6 Maret 2023. Nanti kalau ada perkembangan kami update lagi," kata Wahyudi.

Per 7 Maret 2023, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI melaporkan data terkini sebanyak 18 korban meninggal dan 39 orang masih dirawat di rumah sakit akibat kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara pada Jumat (3/3/2023).

Baca juga artikel terkait KEBAKARAN PERTAMINA PLUMPANG atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Restu Diantina Putri