tirto.id - Peristiwa kerusuhan di Peru semakin mencekam. Baru-baru ini dikonfirmasi bahwa massa memberontak dan menyerang aparat kepolisian.
Melansir Washington Post, seorang polisi bernama Jose Luis Soncco Quispe (29) tewas setelah dikepung para pengunjuk rasa dan dibakar hidup-hidup.
Berdasarkan penuturan dari otoritas setempat ia dan seorang rekannya sedang berpatroli di Juliaca, salah satu kota di Peru yang menjadi lokasi peristiwa kerusuhan Senin (9/1/2023).
Saat melakukan patroli, Soncco dan rekannya ditahan lalu diserang secara fisik oleh sekitar 350 pengunjuk rasa.
Berdasarkan penuturan Perdana Menteri Alberto Otarola, keduanya diikat dan dipukuli massa sehingga memperoleh luka parah di kepala dan tubuh.
"Polisi tiba di tempat kejadian dan menemukan bahwa satu petugas telah dipukuli dan diikat, dan yang lainnya, Luis Soncco Quispe, sayangnya telah meninggal dunia," katanya seperti yang dikutip dari Washington Post, Jumat (13/1/2023).
Masih menurut Otarola, kematian Soncco tak lain karena dirinya dibakar hidup-hidup di dalam mobil patrolinya. Melalui adanya laporan ini, jumlah korban akibat kerusuhan Peru bertambah.
Menurut Kantor Ombudsman Peru, sejak gelombang demonstrasi yang terjadi pada Desember 2022 jumlah korban yang tewas mencapai 47 orang.
Melansir AP News, jumlah tersebut terdiri dari 39 warga sipil yang bentrok dengan polisi, 17 orang dari kecelakaan lalu lintas saat kerusuhan, dan 1 orang petugas kepolisian.
Menyusul jatuhnya banyak korban jiwa, Otarola menetapkan bahwa Peru kini sedang dalam masa berkabung selama tiga hari. Sementara itu, gelombang protes anti pemerintah masih berlanjut dengan tuntutan pembubaran kongres dan pelaksanaan pemilu ulang.
Penyebab Kerusuhan di Peru
Kerusuhan di Peru terjadi setelah pencopotan dan penangkapan mantan Presiden Pedro Castillo di tengah-tengah masa jabatannya. Ia dicopot dan ditangkap karena dituduh ingin membubarkan kongres untuk mencegah pemakzulannya sendiri.
Castillo sendiri merupakan politikus pemula Peru yang memenangkan kursi setelah kemenangan tipis dengan lawannya, Keiko Fujimori.
Ia dijuluki sebagai 'Presiden Termiskin di Dunia' karena tidak pernah mengambil gajinya selama menjabat dan hanya hidup lewat gajinya saat menjadi guru. Pedro Castillo mendapat dukungan dari mayoritas masyarakat terpinggirkan Peru yang berbasis di wilayah selatan.
Pemilu 2021 Peru berlangsung cukup intens di mana terjadi perselisihan sengit antara penduduk ibu kota Peru, Lima, dengan masyarakat pedesaan yang terabaikan.
Pencopotan Castillo tentu menyebabkan banyak masyarakat yang merupakan loyalisnya berang. Mereka mengkritik pemerintahan mantan wakil Castillo, Dina Boluarte yang dinilai mencederai demokrasi.
Unjuk rasa mulai terjadi di wilayah pinggiran Peru dan beberapa daerah miskin lainnya. Namun, menyusul peristiwa tewasnya pengunjuk rasa akibat bentrok dengan aparat, aksi demonstrasi di Peru semakin meluas.
Melansir Reuters, gelombang protes terjadi hampir di 13 persen wilayah Peru dan dilaporkan di 41 provinsi.
Demonstrasi juga terjadi di kota wisata Peru, Cusco. Para pengunjuk rasa memblokade jalanan, menduduki bandara, dan menyabotase situs wisata Inca Machu Picchu.
Gelombang protes yang terjadi selama beberapa pekan terakhir menyebabkan berbagai sektor di Peru lumpuh. Boluarte sebelumnya telah memberikan pernyataan akan menyanggupi pemilu ulang pada 2024, setelah sebelumnya dijadwalkan pada 2026.
Namun, hal itu tidak bisa meredam amarah para pendukung Castillo. Gelombang protes sempat terhenti sementara selama libur Natal dan Tahun Baru yang singkat. Namun, di awal tahun 2023 kerusuhan pecah hingga menewaskan puluhan warga sipil.
Editor: Iswara N Raditya