tirto.id - Kerusuhan yang terjadi di Peru sejak Desember 2023 semakin memanas. Hingga Kamis (12/1/2023) otoritas setempat mengonfirmasi adanya penambahan korban jiwa.
Melansir AP News, sebanyak 47 korban tewas dalam gelombang protes anti-pemerintah yang melanda Peru sejak sebulan terakhir.
Data terakhir dari Kantor Ombudsman Hak Asasi Manusia (HAM) Peru dari total korban yang tewas 39 di antaranya adalah warga sipil yang terlibat bentrok dengan aparat.
Sementara itu, tujuh lainnya tewas dalam kecelakaan lalu lintas yang terjadi selama kerusuhan berlangsung dan satu orang petugas kepolisian.
Kerusuhan antar warga sipil dan aparat kepolisian Peru terjadi pada Senin (9/1/2023) di Kota Juliaca, Provinsi Puno waktu setempat.
Aksi protes yang berujung pada peristiwa bentrok itu menyebabkan 17 orang tewas termasuk dua remaja berusia 17 tahun.
Ini merupakan jumlah korban jiwa terbanyak dari rangkaian kerusuhan Peru yang sudah terjadi sejak Desember lalu.
Menyusul penambahan korban jiwa, Kantor Kejaksaan Nasional mengklaim telah meminta informasi dari Kepresidenan Dewan Menteri dan Kementerian Pertahanan untuk melakukan penyelidikan.
Sebelumnya, Presiden Peru yang menjabat saat ini Dina Boluarte, telah membuka izin penyelidikan terhadap bentrok antar massa demonstrasi dengan aparat keamanan.
Gelombang Protes Meluas di 41 Provinsi Peru
Gelombang demonstrasi anti-pemerintah telah terjadi di Peru sejak Desember 2022 lalu. Aksi ini mulai terjadi setelah pencopotan dan penangkapan mantan Presiden Peru, Pendro Castillo.
Castillo duduk di kursi presiden setelah memenangkan mayoritas suara pemilu 2021 dengan kemenangan tipis atas lawannya, Keiko Fujimori.
Pemilu 2021 Peru memang cukup intens di mana terjadi perselisihan sengit antara penduduk ibu kota Peru, Lima, dengan masyarakat pedesaan yang terabaikan.
Castillo dilengserkan setelah dituduh membubarkan kongres secara ilegal untuk mencegah pemakzulannya sendiri. Ia juga dikurung selama 18 bulan pra-sidang karena diklaim merencanakan pemberontakan.
Aksi protes awalnya terjadi di wilayah pedesaan Peru yang menjadi basis loyalis Castillo selama masa kampanye pemilihan presiden.
Namun, menyusul rentetan peristiwa kekerasan oleh aparat yang menewaskan puluhan warga sipil, aksi protes meluas ke 13 persen wilayah di Peru.
Melansir Reuters, demonstrasi dilaporkan terjadi di 41 provinsi di Peru, terutama di wilayah selatan Peru.
Protes juga terjadi di kota wisata Peru, Cusco, yang mengakibatkan bandara serta situs wisata Inca Machu Picchu disabotase.
Mereka menuduh pencopotan Castillo cacat demokrasi dan menuntut adanya pemilu ulang secepatnya. Para demonstran juga memprotes presiden yang menjabat saat ini, Boluarte yang merupakan mantan wakil Castillo untuk mundur.
Selain meminta pemilu ulang, para demonstran juga menuntut pembubaran kongres, dan pembebasan Castillo dari penjara.
Aksi protes saat ini masih berlangsung terjadi di Kota Juliaca, lokasi terjadinya kerusuhan besar Peru. Massa berdiri berbaris di samping peti mati dari 17 orang yang tewas pada protes Senin sebelumnya.
Peti mati tersebut ditempeli secarik kertas bertuliskan pesan-pesan yang memprotes pemerintah, seperti "Dina membunuh saya dengan peluru" dan "Demokrasi ini bukan lagi demokrasi."
Editor: Yantina Debora