tirto.id - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengungkapkan dirinya menggunakan Mariyuana agar tetap terjaga dalam pertemuan negara, di saat negaranya membunuh ribuan orang dalam kampanye anti narkoba.
Duterte beralasan Asosiasi Bangsa-Bangsa di Asia Tenggara (ASEAN) termasuk Filipina memiliki jadwal pertemuan yang sangat padat. Dalam ASEAN Summit di Singapura, Duterte mengaku melewatkan beberapa pertemuan penting karena tidur siang.
Oleh sebab itu ia berusaha untuk terjaga dan terus membaca sejumlah dokumen sebagai eprsiapan dalam pertemuan negara misalnya yang baru digelar di India.
"Anda tidak ingin presiden Anda terlihat bodoh atau tidak tahu apa-apa, jadi saya harus mengejar ketinggalannya. Benar-benar tidak ada waktu," ujar Duterte, seperti dikutip The New York Times.
Pertemuan itu, menurutnya, dimulai sejak pagi dan bisa memakan waktu seharian.
"Ini adalah aktivitas pembunuhan. Tetapi pada usia saya saat ini, saya tidak terganggu [aktivitas yang padat] karena saya mengambil mariyuana untuk tetap terjaga," katanya sembari tertawa.
Pernyataan Duterte ditanggapi Gary Alejano, anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari pihak oposisi. Ia menyebut pernyataan itu sesuatu yang "tidak peka."
“Jika Anda membuat lelucon tentang masalah yang telah mengorbankan nyawa ribuan orang dalam perang narkoba Anda, lalu apa yang dikatakannya? Anda juga memperlakukan hidup orang sebagai lelucon,” kata Gary.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan lebih dari 12.000 orang yang dituduh sebagai pengedar narkoba atau pengguna telah dibunuh polisi atau milisi tidak resmi sejak Duterte menjabat pada Juni 2016.
Namun Duterte, yang memiliki sejarah membuat komentar provokatif, mengklarifikasi bahwa pengakuannya soal marijuana itu hanya merupakan lelucon semata.
"Itu adalah lelucon, tentu saja itu adalah lelucon, tapi tidak ada yang bisa menghentikan saya melakukan sesuatu menurut gaya saya," katanya, seperti dilansir dari The Guardian.
Editor: Yantina Debora