tirto.id - Momen menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini atau Risma menangis saat rapat bersama Komisi VIII DPR di gedung MPR/DPR/DPD RI Senayan, Jakarta pada Selasa, 19 Maret 2024 viral di sosial media. Lantas, kenapa Risma menangis?
Rapat Kerja DPR dengan Menteri Sosial itu dilakukan dengan agenda evaluasi pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2023 dan isu-isu aktual lainnya.
Rapat tersebut menarik perhatian publik ketika potongan video rapat yang memperlihatkan Risma menangis saat rapat berlangsung viral di sosial media.
Tampak di dalam video Risma yang saat itu duduk di mejanya menggunakan jilbab berwarna kekuningan dan baju luaran warna hitam dengan dalaman batik, menangis sambil menutup mulutnya.
Kenapa Risma Menangis?
Mensos Risma tak kuasa menahan tangisnya ketika Muhammad Ali Ridha dari fraksi Partai Golkar menceritakan kisah seorang perempuan berusia 90 tahun bernama Semi di Magetan, Jawa Timur yang hidup sangat memprihatinkan.
Dia mengatakan bahwa Ibu Semi hidup sebatang kara, untuk menyambung hidupnya, Ibu Semi bekerja membuat kerupuk lempeng.
“Hidup sebatang kara dan dia harus menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja membuat lempeng, kerupuk lempeng itu, dengan bayaran Rp5.000, dan itu tentu tidak cukup untuk menghidupi dirinya,” ucap Ali Ridha.
Ali Ridha juga menyampaikan, kisah Ibu Semi itu pertama kali dia ketahui saat membaca berita online lokal, lalu dirinya secara pribadi memutuskan berkunjung langsung ke rumah Ibu Semi.
“Benar orang ini (Ibu Semi) memang sebatang kara dan kebetulan dia memasak, mohon maaf Bu, karena tidak ada beras (terhenti sambil menahan tangis), dia harus memakan, dia harus memakan (sambil menangis), tahu dan kacang panjang yang direbus, tanpa, tanpa menu apapun,” ujar Ali Ridha.
Selama mendengarkan Ali Ridha yang bercerita sambil menangis itu, Risma juga ikut berderai air mata, dia menutup mulutnya dengan tangan, sembari matanya terpaku melihat berkas yang ada di tangannya.
Ali Ridha lalu melanjutkan, mungkin Risma selaku Mensos RI, banyak menemukan banyak hal seperti yang dia ceritakan, karena wilayah yang dia tangani adalah seluruh Indonesia.
Tetapi Ali Ridha menyoroti, bahwa Ibu Semi ini kerap menyaksikan tetangganya mendapatkan bantuan, sedangkan dia tidak.
“.., yang kasihan itu, dia sering kali melihat tetangganya menerima beberapa kali bantuan, ya mungkin tetangganya memang layak juga dibantu. Tetapi dirinya tidak menerima bantuan,” kata Ali Ridha.
Sementara, kata Ali Ridha, menurut informasi yang dia dapatkan, di daerah yang sama dengan Ibu Semi, ada masyarakat yang tidak layak mendapatkan bantuan sosial, malah menerima bantuan.
Berdasarkan cerita itu, Ali Ridha mengatakan, hal yang dialami oleh Ibu Semi tentu banyak ditemukan di masyarakat. Kasus Ibu Semi kebetulan ditemukan olehnya, sehingga dapat dilaporkan langsung kepada Kemensos, dan sudah ditindaklanjuti.
Tetapi, kata dia, ketika hal itu dapat saja terjadi di daerah lain, di mana masyarakat yang memang memerlukan bantuan tidak masuk ke dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) milik Kemensos.
Ali Ridha menyarankan Kemensos untuk menentukan pihak yang memiliki wewenang untuk melaporkan hal tersebut dan mengusulkan nama penerima bantuan dengan akurat.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra