tirto.id - Jemaah Aolia yang berasal dari Gunungkidul sudah menggelar lebaran lebih dulu daripada pemerintah maupun sejumlah ormas. Jemaah Aolia menyelenggarakan Sholat Idul Fitri 1445 H pada hari ini, Jumat, 5 April 2024.
Pelaksanaan Sholat Idul Fitri Jemaah Aolia Gunungkidul berlangsung di Panggang III, Giriharjo, Panggang, Gunungkidul. Tepatnya di rumah sang imam.
Sekitar pukul 06.00 WIB pagi hari, Jumat, (5/4/2024), para pengikut Jemaah Aolia Gunungkidul sudah berbondong-bondong mendatangi lokasi untuk ikut perayaan Sholat Idul Fitri.
Sepanjang area, takbir sebagai penanda jelang Sholat Idul Fitri juga terus dikumadangkan. Sholat Ied Jemaah Aolia Gunungkidul dipimpin langsung oleh Ibnu Hajar Sholeh Pranolo alias Mbah Benu.
Mbah Benu selama ini dikenal sebagai mursyid atau pemimpin spiritual Jemaah Aolia Gunungkidul. Adapun pada malam harinya atau Rabu, (4/4), mereka memutuskan tidak mengadakan acara takbiran yang kerap dilakukan umat Islam jelang Idul Fitri.
Jemaah Aolia Gunungkidul Puasa Sejak Kamis, 7 Maret
Jemaah Aolia Gunungkidul sudah menjalani puasa Ramadhan 1445 H sejak hari Kamis, 7 Maret 2024. Mereka puasa lebih dulu daripada pemerintah maupun ormas Islam.
Pemerintah melalui sidang isbat Kementerian Agam RI memastikan awal Ramadhan 1445 H jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024. Kalangan Muhammadiyah menetapkan pada Senin, 11 Maret 2024.
Dengan demikian, puasa Jemaah Aolia Gunungkidul 4 hari lebih awal daripada Muhammadiyah atau 5 hari sebelum versi pemerintah.
Jika dihitung, Jemaah Aolia Gunungkidul telah berpuasa selama 29 hari hingga Kamis, 4 April 2024 atau sebelum lebaran versi mereka pada Jumat, 5 April 2024.
Muhammadiyah sudah memutuskan Idul Fitri 1445 H bertepatan dengan hari Rabu, 10 April 2024. Pemerintah baru akan menggelar sidang isbat pada Selasa, 9 April 2024.
Setidaknya, Jemaah Aolia Gunungkidul lebaran 5 hari lebih awal daripada keputusan Muhammadiyah atau minimal 5 hari lebih dulu daripada pemerintah.
Sementara pihak Kemenag Gunungkidul sempat menjelaskan, alasan Jemaah Aolia Gunungkidul puasa lebih awal pada Kamis, 7 Maret 2024, adalah terkait keyakinan Ibnu Hajar Sholeh Pranolo atau Mbah Benu selaku pimpinan.
Sa'aban Nuroni, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Gunungkidul menyampaikan, perbedaan yang diyakini Jemaah Aolia Gunungkidul sudah berlangsung sejak lama, baik terkait awal Ramadhan maupun Idul Fitri.
Perbedaan biasanya hanya berjarak 1-2 hari dengan versi pemerintah. Sedangkan perbedaan itu terjadi hingga mencapai lebih dari 4 hari pada tahun 2024.
Namun demikian, Jemaah Aolia Gunungkidul dikatakan tidak memiliki kejanggalan dalam hal aliran. Mereka hanya berbeda untuk urusan penanggalan saja.
Jemaah Aolia Gunungkidul mempunyai pengikut di Jawa Tengah dan DIY. Musa Assiqbillah, putra ketiga Mbah Benu mengatakan 10 titik pengikut Jemaah Aolia berada di Kecamatan Panggang. Jumlah secara total tidak diketahui.
Mereka masih berkeyakinan Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan sudah ada sejak 1983. Mbah Benu disebut-sebut pernah nyantri dengan Gus Jogo Rekso (Muntilan) hingga Sunan Pandanaran (Klaten).
Terkait perbedaan awal Ramadhan dan Idul Fitri 1445 H, Mbah Benu pernah menuturkan bahwa pihaknya menyerahkan masalah tersebut kepada masyarakat untuk melakukan penilaian. Pihaknya memiliki kepercayaan tersendiri untuk melaksanakan ajaran Islam tersebut.
"Mau Kristen monggo (silakan), mau Hindu monggo, mau Islam monggo. Ini masalah keyakinan. Percaya ya monggo, tidak percaya monggo. Sama-sama anak cucu nabi Adam, yang penting sama-sama baik. Masalah ibadah itu baiknya hormat menghormati," ujarnya, seperti dikutip via CNN.
Penulis: Beni Jo
Editor: Dipna Videlia Putsanra