tirto.id - Situasi Ukraina semakin genting usai Rusia memutuskan untuk melakukan operasi militer khusus pada Kamis 24 Februari 2022 hingga saat ini. Mengutip Reuters, sedikitnya 198 warga Ukraina, termasuk tiga anak-anak, tewas akibat invasi Rusia ke Ukraina. Kemudian ada 1.115 orang terluka, termasuk 33 anak-anak.
Pada masa invasi tersebut, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) mencatat masih ada 153 orang warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak di beberapa wilayah. Termasuk kawasan Timur Ukraina yang saat ini menjadi lokasi perang.
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu, Judha Nugraha, menjelaskan saat ini ada 13 WNI yang berada di kawasan Timur Ukraina yaitu 4 orang di Kharkiv dan 9 orang di Kota Chernihiv. Seluruhnya sudah dikontak oleh Kemlu dan akan segera dievakuasi setelah situasi mulai aman.
"Hingga saat ini memang di wilayah Kharkiv dan Chernihiv itu sudah medan tempur. Jadi kami sudah menghubungi mereka dan memantau kondisi mereka. Saat ini mereka tinggal bersama majikan masing-masing di rumah masing-masing sambil menunggu situasi lebih aman [untuk evakuasi]," jelas Judha dalam media briefing, Sabtu (27/2/2022).
Ia menjelaskan, awalnya Kemlu akan melakukan penjemputan pada 13 WNI yang berada di zona perang. Namun niat itu urung terlaksana karena situasi yang belum memungkinkan. Meskipun belum melakukan evakuasi, Judha menjelaskan Kemlu tetap melakukan komunikasi intensif pada WNI yang masih terjebak di rumah dan memastikan agar masih tersedia kebutuhan logistik selama bertaha di Kharkiv dan Chernihiv.
"Awalnya kami berupaya melakukan penjemputan tapi situasi di lapangan yang sudah tidak memungkinkan. Kami meminta mereka untuk stay di rumah masing-masing di rumah tersebut juga sudah dilengkapi dengan bunker dan juga logistik yang memadai. Kami saat ini sedang berupaya untuk melakukan evakuasi dan melakukan kerjasama dengan berbagai pihak," terang dia.
Selain itu Kemlu merinci sudah ada 82 WNI yang sudah berkumpul di KBRI Kiev, 25 ada di Odesa dan 3 orang di L'viv dan 9 di Chernihiv. Kemudian sisanya tersebar di berbagai titik. Selain akses evakuasi darat yang sulit, proses penyelamatan WNI juga terhambat karena Pemerintah Ukraina sudah mengeluarkan larangan penerbangan untuk sipil.
"Sudah ada NOTAM untuk menutup wilayah udara Ukraina dari penerbangan sipil jadi for sure kita tidak mungkin melakukan evakuasi dari Ukraina. Jadi upaya yang bisa kita lakukan adalah membawa WNI kita ketika situasi di lapangan memungkinkan kemudian berangkat menuju ke Polandia atau Rumania. Atau ke beberapa negara sekitarnya yang kita utamakan yang terdekat, setelah itu kami bisa melakukan penjemputan di sana," jelas dia.
Saat ini pihaknya telah membentuk tim evakuasi yang terdiri dari Kemlu dan TNI. Kemlu juga sudah mempersiapkan pesawat wide body untuk mengangkut WNI agar bisa segera bisa dievakuasi.
"Kita sedang memeprsiapkan proses evakuasi untuk keluar dari Ukraina tapi situasi di lapangan sangat sulit. Untuk pesawatnya kita sudah siapkan pesawat wide body, detailnya nanti akan kami sampaikan. Insya Allah aman kita sudah sampaikan posisi titik evakuasi kita pada pihak terkait utuk bisa menjadi perhatian, selain memastikan keamanan mereka saat ini juga menjaga logistik dan memberikan semangat pada mereka melalui tim konseling yang disediakan Kemlu di pusat," terang dia.
Untuk mengamankan proses evakuasi, Kemlu memonitor eskalasi dan situasi di Ukraina. Pihaknya telah melakukan updating kontingensi. Sesuai dengan Permenlu Nomor 5 Tahun 2018, kewajiban seluruh perwakilan RI memiliki rencana kontingensi untuk perlindungan WNI.
Dalam hal ini KBRI Kiev kemudian melakukan updating rencana kontingensi bekerja sama dengan pusat dan juga melibatkan beberapa perwakilan yang terdekat, yaitu KBRI Warsawa, KBRI Bratislaav, KBRI Bukares, dan KBRI Moskow, dan ada beberapa KBRI sekitar yang memiliki akreditasi di beberapa negara di eropa tengah.
"Kita sudah sampaikan penjelasan mengenai langkah-langkah yang akan kita lakukan dalam konteks perlindungan WNI sehingga teman-teman WNI yang ada di beberapa titik safehouse aware dengan langkah langkah yang akan kita lakukan dan yang ke tiga tentunya kita meminta seluruh WNI kita untuk tetap tenang," kata dia.
Sementara itu mengenai adanya ketegangan di Ibu Kota Ukraina, Kiev, Juru Bicara Kemlu, Teuku Faizasyah mengatakan belum ada rencana untuk menutup KBRI di sana.
"Sejauh ini belum ada rencana untuk menutup atau menonaktifkan aktivitas KBRI . Kalau pun kondisi di Kiev tak lagi kondusif untuk pelaksanaan KBRI tengah kami pikirkan untuk kami mengalihkan ke tempat lain dengan tingkat keamanannya belum mengarah pada satu pengambilan sikap yang dilakukan di Afganistan [penutupan KBRI di Aganistan]," pungkas Faiz.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Fahreza Rizky