tirto.id - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengklaim Indonesia berhasil menekan angka impor jagung secara signifikan sejak 2016 hingga 2018. Selain itu, kata dia, 372 ribu ton jagung produksi dalam negeri juga telah diekspor pada tahun ini.
Amran menjelaskan pencapaian tersebut hasil dari upaya khusus dalam meningkatkan produksi jagung. Sejumlah indikatornya ialah peningkatan indeks pertanaman lahan sawah, penanaman di lahan kering, serta integrasi jagung di lahan sawit.
“Hasilnya, pemerintah mampu melakukan pengurangan impor jagung sejak 2016. Jika pada 2015 total impor jagung 3,5 juta ton, selanjutnya pada 2016 menurun jadi 1,3 juta ton, dan pada 2017 ditekan lagi menjadi nol impor jagung pakan ternak,” kata Amran dalam keterangan resminya, Rabu (7/11/2018).
Secara kumulatif, Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim impor jagung pakan ternak yang disetop pada 2016-2018 adalah sebanyak 9,2 juta ton. Rinciannya, pada 2016 impor bisa ditekan sebanyak 2,2 juta ton, pada 2017 sebesar 3,5 juta ton, dan di tahun 2018 sejumlah 3,5 juta ton.
Amran menambahkan upaya kementeriannya mengerem laju impor jagung selama tiga tahun terakhir bisa menghemat devisa senilai Rp31 triliun. Amran menyebutkan capaian tersebut tidak akan terjadi apabila kementeriannya tidak melakukan upaya khusus.
“Apabila hanya dilakukan program biasa, pada 2018 dipastikan [bisa terjadi] impor 3,87 juta ton,” kata dia.
Alasan Mentan Soal Impor Jagung 100 Ribu Ton pada 2018
Menurut Amran, pabrik pakan ternak di dalam negeri saat ini mulai melakukan rasionalisasi. Banyak pabrik mengganti sebagian komponen pakan ternak berbahan gandum impor dengan jagung lokal. Dengan begitu, izin impor gandum untuk pakan ternak sebanyak 200 ribu ton bisa disetop.
“Dampak pengalihan gandum ke jagung oleh pabrik pakan besar mengakibatkan jagung yang biasa diserap peternak kecil mandiri menjadi terserap oleh pabrik pakan besar,” ujar Amran.
Berdasar data Kementan, kebutuhan jagung untuk produksi pakan ternak di Indonesia mencapai 18 juta ton per tahun atau setara 1,5 juta ton per bulan. Dari jumlah itu, kebutuhan peternak kecil mandiri adalah 2,64 juta ton per tahun atau 220 ribu per bulan.
“Pemerintah berupaya hadir menyelesaikan masalah yang ada dengan opsi impor jagung 50-100 ribu ton [pada 2018] bagi peternak kecil sebagai tindakan jaga-jaga. Jumlah impor ini sangat kecil dibandingkan ekspor jagung 372 ribu ton dan setop impor 3,5 juta ton setiap tahun,” kata Amran.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom