tirto.id - Kementerian Perindustrian mempersiapkan 1,2 miliar liter minyak goreng murah dalam kemasan untuk menyuplai kebutuhan pasar di dalam negeri selama enam bulan ke depan. Hal ini sebagai upaya menyediakan minyak goreng dengan harga terjangkau bagi masyarakat.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menjelaskan, pada tahap awal pemerintah telah melaksanakan program distribusi minyak goreng kemasan sederhana sebanyak 11 juta liter melalui operasi pasar dan ritel modern yang dimulai sejak November 2021.
“Untuk lebih mengoptimalkan program yang telah berjalan ini, pemerintah mengambil kebijakan untuk menyediakan minyak goreng bagi masyarakat dengan harga terjangkau sekitar Rp14.000 per liter ditingkat konsumen yang berlaku di seluruh Indonesia,” kata dia, Selasa (11/1/2022).
Putu mengatakan, program distribusi minyak goreng wawit (MGS) kemasan sederhana tersebut juga didukung oleh industri MGS dan Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (APRINDO).
Putu menjelaskan, pihaknya mendorong para pelaku industri MGS bisa berkontribusi terhadap program pemerintah dalam menjaga stabilitas harga minyak goreng di masyarakat.
“Kebijakan ini adalah langkah nyata upaya pemerintah dalam mendukung penyediaan pangan yang terjangkau untuk masyarakat,” kata dia.
Dia menjelaskan, ada sebanyak 70 industri MGS akan dilibatkan untuk menyediakan minyak goreng kemasan sederhana. Program ini juga didukung sekitar 200 packer.
“Bagi industri MGS yang ingin terlibat dalam program pemerintah ini, Kemenperin akan merelaksasi SNI MGS secara wajib untuk industri MGS yang menggunakan merek Minyak Kita. Jadi, kalau perusahaan industri terdaftar dalam program penyediaan MGS dengan merek Minyak Kita, akan kami fasilitasi percepatan sertifikasi SNI-nya,” jelas dia.
Menurut Putu, selama ini industri hilir minyak sawit turunan CPO telah mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.
“Industri kelapa sawit telah menunjukkan progres hilirisasi yang sangat baik. Saat ini terdapat 168 ragam jenis produk hilir dari kelapa sawit, sementara pada 2011 baru terdapat 54 jenis,” kata dia.
Secara total, ekspor minyak sawit dan produk turunannya mencapai 33,1 juta ton per tahun, dari total produksi sebesar 53 juta ton per tahun. Pada 2021, rasio volume ekspor antara bahan baku CPO dengan produk hilirnya mencapai 9,27% berbanding 90,73%, sedangkan selama periode 2016-2020, rata-rata rasio ekspor bahan baku dengan produk hilir berada di sekitar 20% berbanding 80%.
Ia juga meminta kepada pelaku industri MSG untuk semakin meningkatkan kualitas, inovasi dan daya saingnya melalui kegiatan Research and Development.
Sebab, pemerintah telah menyiapkan fasilitas insentif fiskal berupa super tax deduction, dengan diberikan pengurangan penghasilan bruto paling tinggi 300% bagi yang melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia guna terus memperbanyak produk hilir kelapa sawit.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Abdul Aziz