tirto.id - Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, terus melakukan monitor dan pemantauan terhadap kondisi warga negara Indonesia (WNI) yang ada di Lebanon. Hal itu dilakukan setelah terjadi serangan ledakan melalui perangkat komunikasi pager yang diduga dilancarkan oleh milisi Israel. Terhadap WNI yang ada di Lebanon, Kementerian Luar Negeri bekerjasama dengan KBRI yang ada di Beirut untuk mengetahui kondisi terkini di wilayah tersebut.
"Pemerintah RI melalui KBRI Beirut juga terus memantau kondisi WNI di Lebanon dan telah menyiapkan langkah kontijensi dalam mengantisipasi kondisi gawat darurat," kata Retno Marsudi yang dirangkum oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Roy Soemirat, Rabu (25/9/2024).
Masih berkaitan dengan agresi militer yang dilakukan Israel, Retno mendesak adanya penghormatan terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB, UNIFIL saat berjaga di wilayah perbatasan Lebanon. Retno beralasan, di antara pasukan UNIFIL terdapat sejumlah serdadu yang berasal dari Indonesia.
"Indonesia juga mendesak penghormatan terhadap keselamatan para peacekeeper UNIFIL di Lebanon. Saat ini Indonesia memiliki 1.232 personil di UNIFIL," kata Retno.
Dia menyesalkan terhadap serangan Israel ke Lebanon tersebut, karena mengakibatkan korban jiwa dari kalangan warga sipil dan anak-anak.
"Indonesia mengutuk keras serangan Israel ke Lebanon mengakibatkan korban ratusan nyawa warga sipil, termasuk 50 orang anak-anak," katanya.
Retno mengingatkan bahwa serangan Israel baik wilayah Jalur Gaza maupun Lebanon tidak dapat dibenarkan. Dia meminta Dewan Keamanan (DK) PBB mengambil tindakan demi berhentinya serangan tersebut.
"DK PBB dan masyarakat internasional harus ambil langkah tegas untuk dorong de-eskalasi dan hentikan kekerasan yang terus berlanjut," kata dia.
Dia mengecam segala bentuk tindak kekerasan yang menurutnya tidak akan menjadi solusi atas terbukanya pintu perdamaian bagi Palestina.
"Penindasan rakyat Palestina adalah akar permasalahan konflik, dan perdamaian di Timur Tengah tidak akan pernah dicapai tanpa keadilan untuk Palestina," kata dia.
Sebelumnya, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia, Judha Nugraha menyampaikan bahwa KBRI Beirut telah meningkatkan status menjadi Siaga 1 untuk seluruh Lebanon. Sebelumnya, Siaga 1 ditetapkan KBRI untuk wilayah Lebanon selatan sejak Oktober 2023.
Hingga saat ini jumlah WNI di Lebanon berjumlah 159 orang. Sejak penetapan Siaga 1, Kementerian Luar Negeri dan KBRI Beirut telah memfasilitasi evakuasi WNI dari Lebanon sebanyak 25 orang.
"Sedangkan mayoritas lainnya memilih untuk tetap tinggal di Lebanon karena alasan pribadi. Mereka mayoritas adalah mahasiswa dan WNI yang menikah dengan warga setempat," kata Judha.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Anggun P Situmorang