tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI meminta masyarakat untuk mewaspadai penyakit leptospirosis yang kerap muncul saat musim hujan. Kepala Biro Komunikasi Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi menyatakan kasus leptospirosis terjadi setiap tahun, terutama pada musim hujan dan banjir.
Nadia melaporkan per Desember 2022, tercatat 1.408 kasus leptospirosis di 13 provinsi. Provinsi Jawa Tengah menyumbang kasus terbanyak dengan 502 kasus, diikuti provinsi Jawa Timur dengan 401 kasus.
"Itu total yang tinggi," kata kata Nadia kepada wartawan, Rabu (1/3/2023).
Menurutnya, data tersebut didapat dari provinsi yang rutin melapor kasus leptospirosis. Nadia mengatakan masih ada kemungkinan kasus yang tak tercatat dari daerah lainnya.
"Ini adalah provinsi yang rutin mendeteksi dan melaporkan kasus lepto. Belum tentu provinsi lain nol tidak ada kasus, tapi mungkin tidak dilaporkan," ujarnya.
Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat menyebar melalui air dan tanah yang telah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri leptospira seperti tikus. Seseorang dapat terkena leptospirosis melalui kontaminasi air dan tanah yang mengandung bakteri leptospira atau terkena urine hewan yang membawa bakteri leptospira.
"Penting kewaspadaan kita apalagi musim hujan dan musim banjir mewaspadai lepto karena dapat juga menyebabkan kematian walau kecil," imbau Nadia.
Nadia menyampaikan data Kemenkes per Desember 2022, terdapat 132 kasus meninggal akibat leptospirosis.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, Endah Kurniawati menjelaskan beberapa gejala penyakit leptospirosis.
Gejala tersebut meliputi menggigil, batuk, diare, sakit kepala tiba-tiba, demam tinggi, nyeri otot, hilang nafsu makan, mata merah dan iritasi, serta nyeri otot.
Endah menambahkan, penyakit leptospirosis yang lambat ditangani bisa menyebabkan komplikasi yang menyerang organ lain seperti gangguan pada otak (meningitis), pembuluh darah di paru-paru bocor, gagal ginjal, gagal jantung, kelumpuhan hingga kematian.
"Infeksi leptospirosis dapat diobati dengan antibiotik untuk membasmi bakteri dan mengembalikan fungsi tubuh yang terganggu akibat kondisi ini. Obat antibiotik yang umumnya digunakan untuk leptospirosis adalah penisilin dan doksisiklin," kata Endah seperti dilansir dari laman resmi Provinsi Jawa Tengah.
"Selain antibiotik, obat pereda nyeri, seperti paracetamol juga dapat diberikan untuk mengatasi gejala awal leptospirosis, seperti demam, sakit kepala, atau nyeri otot. Jika penyakit leptospirosis berkembang lebih parah atau sering disebut penyakit Weil, maka pasien perlu mendapatkan perawatan di rumah sakit," tambah Endah.
Leptospirosis bisa dicegah dengan menjaga kebersihan dan cuci tangan menggunakan sabun serta air bersih.
Kemudian bila melewati atau tinggal di daerah tergenang air, gunakan Alat Pelindung Diri seperti sepatu boot karet. Selain itu, bersihkan dan tutup bagian tubuh yang luka dengan penutup tahan air agar tidak terpapar air yang terkontaminasi bakteri leptospira.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Gilang Ramadhan