tirto.id - Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menjelaskan adanya COVID-19 subvarian Omicron 'siluman' BA.1, BA.2, dan BA.3 diyakini tidak membahayakan bagi masyarakat apabila dibandingkan dengan varian sebelumnya.
"Mutasi baru tidak memberikan dampak terlalu besar. Sebagian besar melemahkan diri dan hanya sebagian kecil yang menguatkan," kata Siti Nadia dalam Konferensi Pers Perkembangan COVID-19 di Indonesia pada Selasa (8/3/2022).
Berdasarkan data survei yang dilakukan Kemenkes, sebagian besar masyarakat di Indonesia sudah memiliki imunitas dalam menghadapi COVID-19.
"Dari hasil survei 80 persen masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi baik dihasilkan dari vaksin atau penyintas COVID-19. Dari jumlah tersebut sudah menghasilkan kekebalan kelompok dari risiko penularan," ujarnya.
Hingga saat ini Kemenkes mencatat COVID-19 varian Omicron di Indonesia didominasi oleh BA.1 .
"Sampai saat ini yang sudah kita deteksi varian BA.1 5300, BA.2 478 dan BA. 1.1 sebanyak 1883. Adapun COVID-19 varian Omicron BA.3 belum ditemukan," jelasnya.
Peningkatan kasus COVID-19 akibat Omicron 'Siluman' memang sedang terjadi di beberapa negara seperti Brunei Darussalam, Bangladesh, India, hingga Cina.
Namun, menurut Nadia subvarian Omicron 'Siluman' tidak membawa dampak berbahaya bagi masyarakat di Indonesia, terutama dalam membuat lonjakan kasus dan angka kematian.
"Selama kita percepat vaksinasi baik primer dan booster potensi BA.2 tidak akan membuat lonjakan kasus dan angka kematian," terangnya.
Nadia tetap mengajak masyarakat berdamai dengan COVID-19 dan melakukan vaksinasi agar menambah imunitas baik diri dan komunal.
"Saat ini vaksinasi menggunakan konsep heterolog dan bisa menggunakan kombinasi vaksin serta tidak perlu menunggu jenis vaksin tertentu," ujarnya.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Bayu Septianto