Menuju konten utama

Kemenkes: 388 Kasus BA.4 & BA.5 di Indonesia, Terbanyak di Jakarta

Kemenkes melaporkan total kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia ada 388 per 26 Juni 2022.

Kemenkes: 388 Kasus BA.4 & BA.5 di Indonesia, Terbanyak di Jakarta
Petugas menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis ketiga (booster) pada Vaksinasi Booster Presisi Ditreskrimum Polda Metro Jaya di halaman Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (5/4/2022). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/hp.

tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan hingga kemarin, 26 Juni 2022, total kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia ada 388. Terdiri dari 44 kasus BA.4 dan 344 kasus BA.5.

"Kasus BA.4 ditemukan paling banyak di Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta yaitu 37 kasus. Diikuti oleh Provinsi Banten 3 kasus serta Provinsi Jawa Barat (Jabar) dan Provinsi Bali masing-masing 2 kasus," kata Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril kepada Tirto, Senin (27/6/2022).

Kemenkes juga membeberkan bahwa kasus BA.5 ditemukan paling banyak di DKI Jakarta yaitu sebanyak 271 kasus. Diikuti oleh Banten 22 kasus, Bali 13 kasus, Provinsi Jawa Timur (Jatim) 1 kasus, di Jabar juga ada. Sedangkan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) juga ditemukan yaitu sebanyak 10 kasus dan masih ada 2 kasus yang sedang diidentifikasi.

Kemudian dari 388 kasus ini, Kemenkes menuturkan ada 26 kasus BA.4 dan 222 kasus BA.5 yang ditemukan pada Warga Negara Indonesia (WNI) dan 2 kasus BA.4 dan 12 kasus pada Warga Negara Asing (WNA).

Namun, ada 25 kasus BA.4 dan 110 kasus BA.5 yang masih dalam identifikasi. Berdasarkan jenis kelaminnya, ada 23 kasus BA.4 atau 23,5 persen dan 46 persen kasus BA.5 ditemukan pada laki-laki, sedangkan 21 kasus BA.4 atau 48 persen dan 54 persen kasus BA.5 ditemukan pada perempuan.

Sementara, berdasarkan usianya, ada 5 persen kasus BA.4 dan 5 persen kasus BA.5 pada 0-6 tahun, 16 persen kasus BA.5 pada 6-7 tahun, 86 persen kasus BA.4 dan 72 persen kasus BA.5 pada 18-59 tahun, 7 persen kasus BA.4 dan 2 persen kasus BA.5 pada di atas 59 tahun, 2 persen kasus BA.4 dan 5 persen kasus BA.5 pada sekitar 69 tahun.

Berdasarkan dosis vaksinnya, lanjut Kemenkes, ada 1 kasus BA.4 atau 1,2 persen dan 4 kasus BA.5 atau 4,1 persen yang baru mendapatkan dosis pertama vaksin COVID-19, 7 kasus BA.4 atau 16 persen dan 69 kasus BA.5 atau 20 persen mendapatkan dosis kedua, 15 kasus BA.4 atau 34 persen dan 120 kasus BA.5 atau 35 persen mendapatkan dosis ketiga.

Bahkan ada 1 kasus BA.4 atau 2 persen dan kasus BA.5 yang sudah mendapatkan dosis keempat, 3 kasus BA.4 atau 7 persen dan sekitar 14,4 persen kasus BA.5, serta 17 kasus BA.4 atau 39 persen dan 136 kasus BA.5 atau 40 persen masih dalam tahap identifikasi.

Selanjutnya, dari 388 kasus tersebut, ada 2 kasus BA.4 atau 5 persen dan 2 persen kasus BA.5 masih dirawat inap, 13 kasus BA.4 atau 29 persen dan 26 persen kasus BA.5 isolasi mandiri (isoman), serta 29 kasus BA.4 atau 66 persen dan 72 persen kasus BA.5 masih dalam tahap identifikasi.

Di samping itu, ada 15 kasus BA.4 atau 34 persen dan 97 kasus BA.5 atau 28 persen yang bergejala, 4,9 persen kasus BA.4 dan 12 kasus BA.5 atau 3 persen tidak bergejala, dan 25 kasus BA.4 atau 57 persen dan 235,68 persen kasus BA.5 masih dalam tahap identifikasi.

Kemenkes juga menjelaskan distribusi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 berdasarkan komorbid, yaitu ada 4,2 persen kasus BA.5 yang menderita hipertensi, 1 kasus BA.5 yang menderita pneumonia, dan 1 persen kasus BA.5 menderita stroke. Selain itu, 11 kasus BA.4 atau 44 persen dan 62 kasus BA.5 atau 27 persen tidak ada komorbid serta 14 kasus BA.4 atau 56 persen dan 155 kasus BA.5 atau 68 persen masih dalam tahap identifikasi.

Baca juga artikel terkait KASUS COVID-19 atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Maya Saputri