tirto.id - Komisi V DPR RI mengkritik harga tiket penerbangan domestik yang lebih mahal bila dibandingkan dengan rute penerbangan tujuan luar negeri. Kritik itu disampaikan DPR dalam rapat kerja bersama Kementerian Perhubungan di Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (29/1/2019).
Menanggapi kritik tersebut, Direktur Niaga Garuda Indonesia, Pikri Ilham Kurniansyah mengatakan, penyebab utama lebih murahnya tiket pesawat rute internasional ketimbang rute domestik adalah faktor regulasi.
Sebab, kata Pikri, saat ini belum ada regulasi yang menentukan batas tarif terendah untuk penerbangan internasional. Beda halnya dengan penerbangan rute domestik di Indonesia yang terikat pada aturan batas bawah harga tiket pesawat.
"Saya kira itu kenapa domestik dan internasional berbeda? Metode tarifnya berbeda. Karena di sini (penerbangan domestik) diatur dalam Tarif Batas Atas dan Tarif Batas Bawah, tapi di internasional tidak. Kami bisa jual Rp500 ribu sampai Rp1 juta tergantung demand [permintaan]. Kalau orang kepepet ya sudah bisa sampai Rp6 juta ke Singapura," papar dia di Gedung DPR Kawasan Senayan, Selasa (29/1/2019).
Namun, ia menegaskan, tarif murah untuk penerbangan luar negeri itu tidak berlaku untuk seluruh kursi. Menurut dia, penetapan harga murah itu hanya untuk promosi.
Pikri mencontohkan, apabila Garuda memiliki 30 kursi bisnis ke Amsterdam, maka maskapai akan menjualnya dengan tarif 3.000 dolar AS per kursi. Bila kursi tersebut terisi 80 persen, maka Garuda Indonesia bisa mendapatkan sekitar 75.000 dolar AS.
"Kemudian dari 300 seat ekonomi, kami akan jual 100 seat-nya kira-kira harga 1.500 dolar AS. Kami akan mendapatkan 150.000 dolar AS. Setelah total, kami masih punya 50 seat lagi yang bisa kita gunakan untuk marketing gimmick," jelas dia.
Sementara untut biaya perjalanan ke Eropa, lanjut Pikri, maskapai akan menawarkan harga sekitar Rp4 juta atau Rp3 juta per kursi. Namun, harga tersebut hanya terbatas untuk beberapa kursi. Dengan begitu, kata dia, maskapai bisa mempengaruhi konsumen agar mau pelesir dengan iming-iming harga murah.
"Tetapi itu (harga murah ke Eropa) sebenarnya dalam seat yang terbatas, karena kita harus mempengaruhi terus kepada pelanggan bahwa Garuda afordable [terjangkau]. Karena persaingan di internasional sangat ketat. Kami harus mengambil pangsa pasarnya," jelas dia.
Dalam contoh lain, kata dia, Garuda Indonesia juga bisa menjual tiket seharga Rp700 ribu untuk penerbangan Aceh-Kuala Lumpur-Jakarta, tapi hanya beberapa kursi saja.
"Kalau semuanya dia jual Rp700 ribu, kalau dia bisa bertahan dalam satu bulan saya angkat topi. Karena internasional menggunakan gimik," jelas dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Alexander Haryanto