tirto.id - Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) untuk Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito mengingatkan bahwa masyarakat perlu untuk tetap waspada dengan disiplin protokol kesehatan (prokes) dalam setiap aktivitas, setelah beberapa kali Indonesia dihadapkan oleh kenaikan kasus virus corona pada pasca periode libur panjang. Dia pun menyampaikan 3 hal yang menjadi dasar kehatian-hatian ini.
Pertama, urai Wiku, kegiatan silaturahmi yang masyarakat lakukan pada periode Hari Raya Idulfitri 1443 Hijriah akan banyak melibatkan interaksi dengan kelompok rentan. Seperti lanjut usia (lansia), anak-anak, dan penderita komorbid.
Dia melanjutkan yang kedua, yaitu risiko terpapar virus corona menjadi lebih besar bagi masyarakat yang baru saja melalui perjalanan jarak jauh serta mengunjungi fasilitas umum dengan kepadatan tinggi. Terakhir atau yang ketiga, keberadaan kasus Covid-19 tanpa gejala ada di sekitar.
“Bukan tidak mungkin kita tertular dan menjadi sumber penularan,” ucap Wiku dalam perkembangan penanganan Covid-19 di Indonesia per 19 April 2022, yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube BNPB Indonesia pada Selasa (19/4/2022) sore.
Dia menambahkan, melihat tiga lonjakan kasus Covid-19 yang lalu, nyatanya terjadi di tengah kebijakan pembatasan mobilitas selama periode libur panjang termasuk Idulfitri. Namun saat ini, pemerintah telah melakukan penyesuaian kebijakan.
“Yakni tidak lagi dilakukan pembatasan mobilitas, sehingga berpotensi meningkatkan mobilitas masyarakat dalam jumlah yang besar,” kata Wiku.
Dia menerangkan bahwa gelombang pertama Covid-19 terjadi pasca periode Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 (Nataru) atau sesudah Libur Nataru pada tanggal 24 Desember 2020-3 Januari 2021.
Kasus positif virus corona melonjak hingga 3 kali lipat dan mencapai puncaknya hingga 14.518 kasus pada 30 Januari 2021, serta terjadi lonjakan kematian hingga berkisar 500 kasus dalam sehari.
Lebih lanjut Wiku, gelombang kedua terjadi pasca periode Idulfitri di bulan Mei 2021 atau sesudah libur Idulfitri pada tanggal 12-23 Mei 2021 di tengah keberadaan varian Delta. Kasus positif melonjak sangat tajam hingga pada tanggal 15 Juli 2021, kasus harian Covid-19 mencapai titik puncaknya hingga 56.757 kasus dalam satu hari pada 15 Juli 2021.
“Hal ini juga diikuti dengan kenaikan angka kematian hingga mencapai lebih dari 2 ribu kasus dalam satu harinya. Baik angka kasus positif dan kematian di masa gelombang kedua ini, mencapai 4 kali lipat lebih tinggi dibanding puncak gelombang pertama,” ujar dia.
Kemudian Wiku mengatakan bahwa gelombang ketiga terjadi pasca periode Natal dan Tahun Baru atau sesudah Libur Nataru pada tanggal 24 Desember 2021-2 Januari 2022 di tengah keberadaan varian Omicron.
Penambahan kasus positif virus Corona ini mencapai puncaknya pada tanggal 16 Februari 2022 yang melebihi rekor pada puncak gelombang dua yaitu hingga 64.718 kasus positif dalam satu hari pada 16 Februari 2022.
“Padahal sebelumnya selama 4 bulan berturut-turut, kasus tengah mengalami pelandaian hingga titik terendahnya. Meskipun demikian, berbeda dengan gelombang satu dan dua, angka kematian tidak melonjak sebesar pada lonjakan pertama dan kedua,” terang dia.
Faktanya, kata Wiku, kasus Covid-19 bisa tetap naik seusai menurun cukup lama. Serta adanya penyesuaian kebijakan yang berbeda di tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya.
“Tentunya kita dapat memetik pelajaran untuk terus mengupayakan agar kasus yang saat ini sudah berhasil ditekan, tidak naik kembali bahkan hingga memicu gelombang baru,” ujar dia.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri