tirto.id -
Sebelum melaporkan kasus penghinaan fisik ini pada kepolisian, Anjasmara telah lebih dulu mengultimatum Corrie untuk mempublikasikan permintaan maafnya di media sosial dan Kompas. Ultimatum ini tak dilakukan Corrie lantaran dia mengaku tak punya uang. Dia hanya minta maaf lewat direct message pada Anjasmara.
Komentar tak sopan dengan menghina fisik tidak hanya dialami Dian. Beberapa waktu lalu, Ussy Sulistiawaty pun melaporkan seorang warganet bernama Noviandra karena melakukan perundungan pada anak-anaknya. Perundungan ini telah cukup lama diterima Ussy hingga membuat salah satu putrinya menolak makan demi mendapatkan tubuh yang ideal.
Mariana Plata menulis bahwa komunikasi tanpa tatap muka menjadi pemicu orang berani berkomentar jahat. Menurutnya, perundungan, meski dilakukan secara daring, berimbas besar pada mental korban. Ini karena dalam komunikasi yang nyata, orang terbiasa mendapatkan perasaan dihormati dan dihargai. Ketika tak mendapatkan kedua hal tersebut, korban merasakan kesedihan dan sakit hati yang mendalam hingga memicu keinginan bunuh diri.
Perempuan dan laki-laki memiliki respon yang berbeda saat melakukan atau menerima tindakan tak sopan. Menurut Plata, laki-laki yang tak sopan sering diasosiasikan sebagai sosok yang agresif. Label “agresif” ini jika disematkan pada perempuan membuat mereka cenderung tak nyaman karena perempuan diajarkan untuk menjadi sosok yang mampu memahami dan membuat nyaman.
Sementara itu, Molly Crockett punya pendapat lain. Psikolog klinis ini mengatakan desain media sosial juga menjadi pemicu prilaku tak sopan manusia modern. Dengan fitur-fitur seperti likes, retweet, dan lain-lain, media sosial mengubah tindakan tak sopan menjadi kebiasaan bagi penggunanya.
Crockett mencatat bahwa konten dengan kata-kata emosional dan moral adalah yang paling banyak dibagikan. Fitur-fitur tersebut dapat digunakan dengan gratis sehingga orang tak perlu berpikir dua kali untuk melakukan tindakan mereka meski itu menyakiti perasaan orang lain.
“Saya rasa penting bagi kita untuk mendiskusikannya sebagai masyarakat apakah moralitas kita perlu mengontrol algoritma yang digunakan untuk menghasilkan uang bagi perusahaan-perusahaan teknologi,” katanya pada CNN.
Jika tindakan tak sopan berubah menjadi kebiasaan, imbasnya seseorang akan menjadi bagian dari pendukung budaya perundungan. Masih dari penelitian yang dilakukan Crockett, dirinya mengungkapkan bahwa saat bertindak tak sopan, bagian pusat otak manusia menjadi aktif dan menghasilkan perasaan senang. Rasa senang inilah yang kemudian memicu orang untuk mengulang tindakannya.
Editor: Yulaika Ramadhani