Menuju konten utama

Kapolri Tito Jelaskan Pola Persebaran Paham Radikal Lewat Internet

Persebaran pengaruh paham radikal merambah semua kawasan di Indonesia seiring dengan keterbukaan akses terhadap internet.

Kapolri Tito Jelaskan Pola Persebaran Paham Radikal Lewat Internet
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian berdiskusi dengan Kepala BIN Budi Gunawan sebelum rapat terbatas terkait persiapan Idulfitri 1439 H di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (30/5/2018). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.

tirto.id - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut adanya internet dan media sosial sebagai salah satu sarana yang digunakan oleh teroris untuk menebar pengaruh paham radikal. Menurut dia, teroris justru senang dengan era keterbukaan informasi karena bisa mempengaruhi orang tanpa harus bersentuhan langsung.

Hal ini disampaikan oleh Tito setelah mengadakan video conference untuk persiapan mudik 2018, pada Selasa (5/6/2018).

Tito mengatakan, berdasar identifikasi Polri, persebaran paham radikal saat ini telah menjangkau seluruh daerah di Indonesia. Hal ini tentu karena akses terhadap internet semakin mudah.

“Karena memang memanfaatkan internet, jadi tidak perlu crossing [atau] bergerak langsung ke wilayah itu [yang jadi sasaran]. Karena internet atau dunia siber itu borderless [tak berbatas],” ujar Tito.

Dia mencontohkan perempuan yang ditangkap setelah kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. Menurut Tito, perempuan tersebut terpapar ideologi radikal hanya dengan media sosial, yakni grup telegram. Bahkan, pembaiatannya dilakukan melalui video call.

“Karena adanya teknologi informasi dan sosial media, [terbuka] komunikasi melalui internet di dunia siber, jadi membuat penyebarannya [paham terorisme] menjadi lebih mudah bagi mereka, kontak [hubungan dengan calon pengikut] menjadi lebih mudah,” kata Tito.

Mantan Kapolda Papua ini enggan untuk membeberkan daerah mana saja di Indonesia yang rawan dengan jaringan teroris. Tito menilai seluruh golongan masyarakat berpeluang terpapar paham radikal.

Sejauh ini, dari 96 penangkapan yang dilakukan Polri, memang jaringan teroris mencakup kalangan yang luas, yakni mulai anak-anak, orang tua, remaja, mahasiswa, hingga polisi.

Menurut Tito, untuk menangkal bahaya terorisme ini tidak cukup hanya dengan penangkapan, tapi juga penguatan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi pembendung terorisme.

“Harus dirumuskan aksi nasional untuk membendung ideologi terorisme ini,” kata Tito.

Baca juga artikel terkait TERORISME atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Hukum
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Addi M Idhom