tirto.id - Menjelang Hari Raya Paskah, umat Katolik di seluruh dunia memperingati Tri Hari Suci atau Triduum Paschale yakni, sebuah rangkaian liturgi penting yang berlangsung selama tiga hari berturut-turut.
Ketiga hari suci ini dimulai pada Kamis Putih, dilanjutkan dengan Jumat Agung, dan ditutup dengan Sabtu Suci sebelum memasuki perayaan Paskah pada Minggu pagi.
Tri Hari Suci bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan inti dari seluruh kalender liturgi Gereja Katolik. Momen ini memperingati sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus—yang menjadi dasar utama iman Kristiani.
Kamis Putih menjadi hari pertama Tri Hari Suci yang memperingati Perjamuan Terakhir (Last Supper) Yesus dan para rasul sebelum penyaliban-Nya.
Dalam liturgi Kamis Putih, umat mengenang institusi Sakramen Ekaristi dan tindakan pembasuhan kaki sebagai simbol kasih dan kerendahan hati.
Pada tahun 2025, Kamis Putih jatuh pada tanggal Kamis, 17 April. Meskipun menjadi hari penting dalam liturgi Katolik, Kamis Putih bukan hari libur nasional di Indonesia.
Dalam rangkaian Tri Hari Suci ini, hanya Jumat Agung yang ditetapkan sebagai hari libur nasional untuk memperingati Wafat Yesus Kristus pada Jumat, 18 April 2025.
Kapan Misa Kamis Putih Dimulai dan Berapa Lama?
Misa Kamis Putih biasanya diselenggarakan pada malam hari, karena mengikuti kisah Perjamuan Terakhir yang terjadi pada malam hari sebelum Yesus ditangkap. Misa ini umumnya dimulai pukul 19.00 hingga 20.00 waktu setempat.
Durasi misa Kamis Putih umumnya lebih panjang dibanding misa harian biasa. Rangkaian liturgi yang sarat makna seperti pembasuhan kaki, pengangkatan Sakramen Mahakudus, hingga prosesi pengalihan Sakramen ke tempat penyimpanan khusus (tabernakel) membuat misa ini berlangsung selama 1,5 hingga 2 jam.
Salah satu keunikan Misa Kamis Putih adalah suasana hening dan khidmat yang terasa semakin mendalam menjelang akhir misa, di mana altar akan dilucuti sebagai simbol Yesus yang ditinggalkan dalam penderitaan-Nya.
Momen Kamis Putih menjadi ajakan refleksi yang mendalam bagi umat. Tradisi pembasuhan kaki oleh imam kepada 12 umat terpilih menggambarkan pelayanan dan kasih tanpa syarat, mencerminkan teladan Yesus dalam melayani sesama.
Struktur Misa Kamis Putih pada Perjamuan Terakhir sebagian besar menyerupai Misa pada umumnya, tetapi ada tambahan mandatum dan perbedaan cara Misa ditutup.
Misa ditutup tanpa lagu, altar dikosongkan, lalu dilanjutkan dengan adorasi (Tuguran) yang melambangkan keikutsertaan umat dalam doa bersama Yesus di Taman Getsemani.
Umat diajak untuk mengikuti Adorasi Ekaristi setelah misa, sebagai bentuk kesiapsediaan berjaga dan berdoa bersama Yesus dalam penderitaan-Nya.
Dengan demikian, Misa Kamis Putih bukan sekadar rutinitas tahunan, tetapi momentum spiritual untuk merenungkan kasih, pengorbanan, dan pelayanan Kristus. Bagi umat Katolik, hadir dalam misa ini merupakan bagian penting dalam menyambut sukacita Paskah.
Penulis: Lita Candra
Editor: Indyra Yasmin