tirto.id - Dari laporan The Wealth Report 2022 yang dipublikasikan Knight Frank per 1 Maret 2022, jumlah orang kaya di Indonesia akan naik 63 persen dalam lima tahun. Kenaikan tersebut akan membuat jumlah orang kaya di Indonesia melonjak menjadi 134.015 orang dari jumlah tahun 2021 sebanyak 82.012.
Kategori orang kaya dimaksud disebut dalam istilah High Net Worth Individuals (HNWIs) dengan harta kekayaan lebih dari 1 juta dolar AS atau ekuivalen dengan Rp14,3 miliar. Harta kekayaan ini termasuk harta properti berupa rumah pribadi dan aset lainnya.
Data ini bukan proyeksi muluk, pasalnya berdasarkan data yang sama di wilayah Asia Pasifik pertumbuhan jumlah populasi UHNWIs di Indonesia pada 2021 naik sebesar 1 persen, meskipun masih berada dalam situasi pandemi dan pemulihan ekonomi berkala.
Meskipun masih tertinggal dengan beberapa negara tetangga, Indonesia masih lebih baik jika dibandingkan dengan Malaysia dan Vietnam yang justru tercatat mengalami penurunan jumlah populasi UHNWIs sebesar -0,4 persen dan -1 persen di 2021.
Berdasarkan data di atas, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Muhammad Faisal menilai ada beberapa faktor yang membuat pertumbuhan orang kaya di Indonesia lebih progresif dibandingkan negara lain. Salah satu faktor di antaranya semakin banyaknya pemain di bisnis mineral, pangan dan komoditas lain yang merambah pasar ekspor.
“Karena Indonesia punya sumber daya alam yang banyak bukan hanya satu atau dua untuk ekspor [komoditas]. Kemudian pasar kita besar jadi bisnis menjadi untung dengan memanfaatkan pasar yang besar itu,” jelas dia kepada Tirto, Jumat (11/3/2022).
Dari data Kemenko Perekonomian RI, sepanjang 2021, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 35,34 miliar dolar AS. Nilai surplus tersebut merupakan rekor tertinggi sejak 15 tahun terakhir atau sejak 2006, di mana pada tahun tersebut nilai surplus mencapai 39,37 miliar dolar AS.
Kinerja surplus sepanjang 2021 ditopang dari nilai ekspor yang mencapai 231,54 miliar dolar AS atau tumbuh double digit sebesar 41,88 persen (yoy). Hilirisasi komoditas unggulan, seperti turunan produk CPO, berhasil mendorong performa ekspor Indonesia. Hal tersebut tercermin dari ekspor komoditas lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) yang sepanjang 2021 mencapai 32,83 miliar dolar AS atau meningkat sebesar 58,48 persen (yoy).
Selain CPO, hilirisasi komoditas nikel juga memperkuat performa ekspor Indonesia, dengan pertumbuhan ekspor komoditas nikel dan barang daripadanya (HS 75) mampu tumbuh sebesar 58,89 persen (yoy) menjadi sebesar 1,28 miliar dolar AS.
Lebih lanjut, dari 10 besar komoditas utama ekspor, komoditas bijih logam, terak dan abu (HS 26) mengalami pertumbuhan tertinggi yakni 96,32 persen (yoy) menjadi sebesar 6,35 miliar dolar AS. Diikuti oleh ekspor komoditas besi dan baja (HS 72) yang juga naik signifikan mencapai 92,88 persen (yoy) menjadi senilai 20,95 miliar dolar AS.
Faisal menjelaskan, permasalahan mengenai tekanan ekonomi selama pandemi tidak mempengaruhi bisnis yang saat ini malah bertumbuh dengan baik, misalnya, informasi dan telekomunikasi, kesehatan, farmasi komoditas di sektor energi dan hortikultura yang menjadi bahan pokok utama masyarakat selama bertahan di masa pandemi.
“Misalnya, produksi lahan sawit RI besar kan, untuk pengusaha yang berorientasi ekspor ya begitu harganya naik ya mereka seperti dapat durian runtuh lah. Keuntungannya makin banyak. Tren kenaikan CPO itu kan sangat kemungkinan akan berlanjut ya. Jadi di balik kondisi tekanan ekonomi yang kita hadapi, sebetulnya memang ada segelintir orang elite yang dia bisnis kemudian dia juga punya kedekatan dengan kekuasaan ya yang mendapatkan keuntungan dari situ. Jadi ini yang justru malah crazy rich itu akan berkembang dan banyak,” terang dia.
Berdasarkan dana pihak ketiga di bank, jumlah tabungan orang di angka Rp500 juta pertumbuhannya melambat. Berbeda dengan jumlah tabungan orang yang memiliki saldo di atas Rp2 –Rp5 miliar, selama pandemi pertumbuhannya begitu progresif.
Berkembangnya crazy rich di Indonesia ternyata tidak terlalu baik untuk pertumbuhan ekonomi secara nasional. Faisal menjelaskan, dalam teori ekonomi keseimbangan antar golongan lebih baik untuk membuat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Namun, jika kondisinya dalam lima tahun ke depan pertumbuhan dan penambahan orang kaya baru hanya akan menambah gap alias kesenjangan ekonomi. Hal tersebut akan memicu kecemburuan sosial dan tidak baik untuk kestabilan sosial di dalam negeri.
“Perekonomian yang bagus itu maka perhatikanlah golongan yang banyak. Jadi secara ekonomi kalau ada ketimpangan itu gak bagus. Belum lagi kalau nanti terjadi instabilitas sosial poliik kenapa kesenjangan bisa berbahaya bagi kelangsungan satu negara itu karena dia dia akan menciptakan kecemburuan sosial dan sebagainya people power kalau nanti dia ada masalah di politik akan mudah [terpecah],” jelas dia.
Sebelumnya, Head of Research, Knight Frank Asia Pacific Christine Li mengungkap dalam lima tahun ke depan akan ada penambahan 63 persen orang kaya baru di Indonesia.
“Dalam lima tahun kedepan pertumbuhan populasi kekayaan di Indonesia diprediksi masih akan sangat positif. Berdasarkan dari Wealth Sizing Model yang disusun oleh Knight Frank, Indonesia diharapkan akan memiliki angka pertumbuhan jumlah populasi HNWI sebesar 63 persen, lalu sebesar 29 persen untuk jumlah populasi UHNWI dan juga sebesar 38 persen untuk jumlah populasi miliarder. Angka tersebut bahkan lebih besar dari rerata angka pertumbuhan HNWI di dunia yaitu sebesar 52,3 persen, yang menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan kekayaan ketiga tercepat di Asia Tenggara,” jelas dia dalam diskusi virtual Kamis (11/3/2022).
Sementara, jika dilihat dalam 10 tahun dari 2016 hingga 2026, Knight Frank memprediksi jumlah populasi UHNWIs akan meningkat lebih dari dua kali lipat yaitu dari 348,355 menjadi 783,671 di dunia pada tahun 2026.
Asia juga diprediksi akan mendekati Eropa yang menduduki posisi kedua sebagai pusat populasi orang kaya terbesar di dunia. Dalam kurun waktu tersebut, Selandia Baru juga diprediksi sebagai negara yang akan memiliki angka pertumbuhan populasi UHNWIs tertinggi di dunia, sebesar 270% dimana posisi selanjutnya diisi oleh Singapura sebesar 268 persen atau lebih dari 6.000 orang.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Maya Saputri