tirto.id - Presiden Joko Widodo mengatakan Indonesia menggunakan pendekatan pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan penguatan upaya dekarbonisasi dalam strategi transisi energi. Hal ini ia sampaikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Zero Emission Community (AZEC) di Jepang, Senin (18/12/2023).
"Setiap negara miliki strategi transisi energi yang unik dan berbeda karena disusun sesuai kondisi nasional," ujarnya.
Ia menambahkan, sebagai negara dengan hutan tropis terbesar ke-3 di dunia, Indonesia sudah melakukan sejumlah hal konkret seperti pengurangan emisi dengan menekan laju deforestasi dan degradasi hutan, hingga pengembangan potensi mangrove untuk menyerap karbon.
Jokowi berharap AZEC dapat menekankan pentingnya kerja sama dan pendanaan yang inklusif untuk mengembangkan berbagai proyek dekarbonisasi.
Hingga tahun 2050, Jokowi memperkirakan kebutuhan pendanaan transisi energi ASEAN mencapai 29,4 triliun dolar AS. Maka itu, ia mengupayakan peningkatan pendanaan berkelanjutan sehingga transisi energi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menurutnya, Indonesia memiliki beragam pembiayaan inovatif yang kredibel seperti mekanisme transisi energi, sukuk, obligasi hijau, serta bursa karbon dalam upaya pendanaan berkelanjutan.
Jokowi berharap sinergi antara pemerintah, swasta, dan perbankan dapat mempercepat transisi energi sehingga realisasi proyek prioritas untuk mendukung inisiatif pengurangan emisi dapat terus didorong.
"[Contohnya] seperti pembangkit listrik geothermal di Muara Laboh, waste to energy di Legok Nangka, dan pengelolaan lahan gambut di Kalimantan Tengah," pungkasnya.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Irfan Teguh Pribadi