tirto.id -
"Jokowi sudah 'mencuri start' dengan mengenakan 'sepatu barunya' yang menarik perhatian anak muda, sementara Prabowo masih di belakang garis start dan ia terlihat mengenakan 'sepatunya yang usang'," kata pengamat komunikasi politik dari Universitas Bunda Mulia, Jakarta, Selasa (10/4/2018).
Menurut analisis Alvin, Jokowi sudah mulai berusaha menarik perhatian dan hati para pemilih pemula, berusaha masuk dengan mengikuti apa saja yang sedang tren di kalangan anak muda.
"Contohnya saat sedang viral terkait film Dilan, Jokowi masuk di situ, dan menonton bersama putrinya, Kahiyang. Belum selesai sampai di situ, masih viral pula berita Jokowi mengendarai motor Royal Enfield Bullet 350 cc bergaya chopper. Dari motor hingga jaket denim yang digunakan pun menarik perhatian masyarakat," kata lulusan program Master dari Universitas Leicester Inggris itu.
Sepengetahuan Alvin, sampai sekarang belum ada kandidat yang mencoba langsung masuk ke kalangan anak muda sebagaimana Jokowi lakukan.
"Saat Jokowi sedang jalan santai, terekam di media bahwa ia sedang memakai sneakers Adidas Yeezy yang harganya belasan juta. Kultur dari sneakers ini sedang naik daun di kalangan muda," kata dia.
Alvin mengamati adanya penerapan strategi untuk membingkai Jokowi sebagai politisi sekaligus selebritas politik, istilah yang menurut dia memang melekat pada Jokowi sehingga apa pun yang dia lakukan selalu diberitakan.
"Jokowi atau mungkin penasihat politiknya, paham betul gimmick-gimmick seperti nonton Dilan, naik motor, atau memakai sneakers, memiliki makna bagi kaum muda dan menarik untuk dikonsumsi di sosial media. Apalagi, status Jokowi sebagai celebrity politician menambah daya tarik tersendiri," kata dia.
Beberapa riset yang sudah dipublikasikan jurnal internasional, dia menjelaskan, menunjukkan bahwa pemilih pemula mencari informasi politik dari sosial media, bukan dari portal berita arus utama. Kalau pun membaca media massa, mereka mengaksesnya melalui platform media sosial seperti Facebook atau Instagram.
Interaksi dengan media yang seperti itu, menurut dia, bisa dikategorikan sebagai interaksi para-sosial, dimana terjadi komunikasi satu arah, dalam hal ini dari Jokowi sebagai politisi selebritas, ke pemilih pemula sehingga para pemilih pemula merasa ada intimasi yang terbangun.
"Saya lihat langkah Jokowi itu satu langkah di depan. Apalagi belum ada rival politiknya. Memang belum ada yang deklarasi secara pasti untuk jadi capres 2019, namun, nama Prabowo Subianto santer terdengar dan tampaknya mantan Danjen Kopassus itu akan kembali jadi capres," ujarnya.
Dari pihak Prabowo, Alvin belum melihat adanya strategi komunikasi politik khusus untuk Pilpres 2019. Prabowo dipandang masih bergaya sama, menampilkan sisi maskulin pemimpin: berwibawa, tegas, serta berani.
Dari caranya berpidato, berpakaian, sampai pembentukan citra diri di sosial media, ia menuturkan, Prabowo masih menunjukkan representasi dirinya sebagai seorang nasionalis dan seperti Bung Karno.
"Bila head to head dengan gaya komunikasi politik demikian, saya memprediksi Prabowo kecil peluangnya untuk menang melawan Jokowi. Menurut saya, 'kids zaman now' tidak akan tertarik dengan gaya komunikasi kuno seperti itu. Perlu adanya perubahan strategi komunikasi. Prabowo terlihat masih mengenakan 'sepatu usang'," kata dia.
Terlebih, ia melanjutkan, hasil Pilpres 2019 akan ditentukan oleh para pemilih pemula karena menurut penelusuran data yang dia lakukan penduduk berumur 17-24 tahun yang dapat dikategorikan sebagai pemilih pemula persentasenya bisa mencapai 40 persen, atau sedikitnya bisa mencapai 70 juta orang. Angka tersebut termasuk signifikan dan bisa diraih oleh calon yang mau mengenakan "sepatu baru" menurut Alvin.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri