tirto.id - Di depan Kantor Kecamatan Bantar Gadung, Kabupaten Sukabumi, Presiden Joko Widodo sudah berdandan keren. Kombinasi sepatu kasual hitam, celana jeans, dan jaket jeans biru muda dengan corak peta Indonesia berwarna merah di dada depan. Sarung tangan dan helm tanpa kaca depan juga dikenakan ia mulai menyalakan motor barunya, Royal Enfield Bullet.
Mesinnya berukuran 350 cc. Mayoritas warna permukaannya kuning emas. Model modifikasinya jenis “chopperland” dengan posisi jok rendah sehingga tangan perlu diangkat lebih tinggi saat memegang kemudi. Plat nomornya B 6366 ZJV. Spion dan surat-surat lengkap, katanya kepada Antara, Minggu (8/4/2018).
Ia membelinya dari komunitas Elders Garage dan Kick Ass Chopper pada pertengahan Januari lalu seharga Rp140 juta. Bentuknya lebih ramping dari versi aslinya yang diproduksi oleh perusahaan Inggris, The Enfield Cycle Company Limited.
Baru keluar kompleks kantor kecamatan, masyarakat yang berdesakan di pinggir jalan langsung menyapa dan mengabadikan momen orang nomor satu di Indonesia yang berlaku bak karakter Dilan di film Dilan 1990 itu. Jokowi tersenyum, melambaikan tangan, dan bersama rombongan berangkat menuju Desa Pasir Suren dan Desa Citarik di Kecamatan Pelabuhan Ratu sepanjang kurang lebih 30 km.
Di dua tempat itu ia akan melalukan peninjauan langsung bersama warga setempat ke titik pengerjaan program Padat Karya Tunai Desa (PKTD). “Di Jawa Barat sendiri ada 711 titik proyek Padat Karya Tunai Desa dengan total dana Rp159 miliar,” kata Jokowi, seraya menambahkan bahwa kunjungan kerjanya juga ditujukan untuk memperkenalkan kawasan wisata Pelabuhan Ratu.
“Motornya keren ya. Beliau mau lebih dekat dengan masyarakat terutama anak muda dengan gaya kekiniannya. Salah satu cara untuk mengenalkan produk modifikasi lokal juga,” kata Juliana Pramesti (25), ibu muda asal Magelang mengomentari gaya Jokowi, Senin (9/4/2018).
Mesti, panggilan akrabnya, memahami dengan gaya seperti itu Jokowi mencoba menarik hari generasi milenial, termasuk dirinya. Ia jarang melihat sosok yang berkecimpung di dunia politik yang mendekati orang-orang dengan cara bikin video blog (vlog), pakai kaus atau sepatu kasual di acara resmi, membudayakan swafoto (bersama orang-orang), dan menyenangi nonton konser rock.
Gaya ini secara pribadi sedikit memengaruhi bagaimana Juliana memilih pemimpin, termasuk dalam ajang pemilihan presiden tahun 2019. “Tapi kalo aku tetap lihat rekam jejaknya,” imbuh perempuan yang berprofesi sebagai juru rias itu.
Pada tahun 2016 Alvara Research pernah merilis survei yang menunjukkan pentingnya posisi generasi milenial di Indonesia, khususnya dalam konteks politik, sebab berjumlah gemuk. Penduduk usia 15-34 tahun berjumlah 34,45 persen dari total populasi dan terus bertambah. Sesuai data Badan Pusat Statistik, mereka masuk dalam angkatan kerja produktif, yang jumlahnya 125,44 juta.
Apabila disandingkan dengan data pilpres 2014, jumlah tersebut hampir mendekati jumlah suara sah, yaitu 133 juta suara. Hitungan ini belum termasuk jumlah pemilih pemula pada pemilu 2019. Analis politik telah lama bersepakat bahwa siapa yang mampu menarik hati generasi milenial, maka ia punya peluang besar memenangkan pertarungan politik di tahun-tahun mendatang.
Analis komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio mengapresiasi Jokowi yang sudah berlatih di Istana Negara dengan chopper barunya sampai akhirnya benar-benar dipakai di jalanan Sukabumi. Ia turut melihat upaya tersebut sebagai pemolesan citra agar mampu menarik perhatian dari kalangan muda.
“Dia 'kan selama ini kemana-mana pakai mobil. Tapi bolehlah, untuk menampilkan motor anak bangsa juga. Cukup melakukan pembedaan lah. Walaupun kita tidak pernah tahu berapa banyak sih anak muda yang suka sama motor chopper gitu?” katanya, Senin (9/4/2018).
Jokowi memahami isu milenial sejak lama. Agustus tahun lalu, dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) I Partai Hanura, ia mengatakan bahwa kemunculan generasi Y (sebutan lain dari generasi milenial) sebagai agen pembawa perubahan akan sangat mempengaruhi pasar baik politik maupun ekonomi Indonesia dalam kurun 5-10 tahun ke depan.
Tradisi bikin blog oleh Jokowi dipakai untuk mendekatkan diri dengan generasi milenial. Masih di forum yang sama, ia menyatakan generasi Y itu nantinya sudah tidak membaca koran atau melihat TV lagi, tapi tunduk menuju kotak kecil yang bernama gawai serta ponsel pintar. Perubahan-perubahan inilah yang akan melahirkan lanskap ekonomi dan politik baru, baik global, nasional, maupun daerah, katanya.
Vlog dinilai Hendri sebagai media pencitraan Jokowi yang paling berhasil. Konser musik bisa jadi kurang efektif sebab orang-orang kesusahan untuk memastikan keberadaan sang presiden di acara tersebut. “Kalo konser kan bintangnya yang sedang manggung, bukan yang sedang nonton,” imbuhnya.
Namun, lanjut Hendri, mencitrakan diri dekat dengan generasi milenial adalah strategi yang berisiko. Risikonya jika tidak pas akan dianggap aneh, bahkan bisa dibilang norak dan justru berakhir dengan tawa. Jika pendekatan Jokowi dibandingkan dengan Prabowo Subianto, misalnya, Hendri menilai cukup jauh.
“Prabowo kalau ingin mendekati anak muda tidak bisa pakai caranya Jokowi. Karakternya berbeda. Nanti malah akan diketawain,” jelasnya.
Hendri turut memberikan kritik, bahwa menurutnya kurang tepat menjadikan Sukabumi sebagai tempat menyasar generasi muda. Generasi muda lekat dengan budaya urban atau yang menunjukkan kadar kegaulan tinggi. Sehingga akan lebih tepat mengadakan “touring” memakai motor keren ke kota-kota yang lebih besar.
Dalam konteks Jawa Barat, lanjut Hendri, Jokowi bisa memacu kendaraannya di Bandung—kota berjuluk Paris van Java, tempat Dilan menjalin romansa dengan Milea. Jawa Barat memang penting untuk direbut sebab menjadi kantong pemilih terbesar di tiap gelaran pilpres.
Dalam catatan Komisi Pemilihan Umum, total pemilih tetap untuk pilpres di Provinsi Jawa Barat sebesar 33,045 juta. Jokowi juga pada pilpres 2014 silam kalah baik di Sukabumi maupun di Jawa Barat. Ia tetap menang sebab mengamankan suara mayoritas di provinsi-provinsi lainnya.
Sejak tahun lalu Jokowi bermurah hati kepada warga Sukabumi dengan banyak menciptakan proyek pembangunan infrastruktur. Awal September 2017 ia mengabulkan tiga permintaan Walikota Sukabumi M. Muraz beserta jajarannya terkait insfrastruktur dan transportasi di Sukabumi.
Pertama, pembangunan bandar udara (Bandara). Kedua penyelesaian masalah kemacetan dengan mempercepat pembangunan Jalan Tol Bocimi (Bogor-Ciawi-Sukabumi). Ketiga, pembangunan sarana transportasi double track (dua lintasan) kereta Bogor-Sukabumi serta revitalisasi jalur Bogor-Sukabumi-Bandung.
Sebelumnya Jokowi juga mengatakan pemerintah akan membangun bandar udara (bandara) di Sukabumi. Jokowi masih merahasiakan lokasi pembangunannya. Ia sudah berkoordinasi dengan Pemprov Jabar, Pemkab dan Pemkot Sukabumi agar tidak meramaikannya. Ia hanya memastikan pembangunan akan dilaksanakan dalam waktu dekat.
"Kami sudah putuskan pembangunan bandara tersebut, namun untuk lokasinya masih dirahasiakan, antisipasi adanya mafia tanah sehingga harga tanah menjadi melambung tinggi," katanya di halaman Masjid Agung Kota Sukabumi, Jumat (1/9/2017).
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Windu Jusuf