Menuju konten utama

Jokowi: Biaya Pembangunan Kereta Cepat Lebih Murah Dibanding MRT

Jokowi mengatakan pembangunan MRT Jakarta menelan biaya Rp1,1 triliun per kilometer.

Jokowi: Biaya Pembangunan Kereta Cepat Lebih Murah Dibanding MRT
Presiden Joko Widodo memberikan arahan pada Peringatan 22 Tahun Gerakan Nasional Anti-Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (17/4/2024). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wpa.

tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan kepala daerah harus mempertimbangkan dengan matang apabila ingin membangun sarana transportasi untuk mengatasi macet seperti kereta cepat dan Moda Raya Terpadu (MRT). Ia menjelaskan, pembangunan kereta cepat sedikit lebih murah dari MRT.

"Kereta cepat itu lebih murah dari yang subway (MRT). Kereta cepat itu Rp780 miliar per kilometernya," kata Jokowi saat memberikan sambutan acara Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (4/6/2024).

Ia melanjutkan, pembangunan MRT Jakarta menelan biaya Rp1,1 triliun per kilometer. Saat ini, dengan taksiran terbaru, pembangunan MRT tembus Rp2,3 triliun per kilometer.

"Kalau LRT yang kita bangun di Jakarta, yang kita bangun sendiri dengan gerbong yang kita buat di INKA itu kurang lebih Rp600 miliar per kilometer. Siapa yang sanggup? ada kota yang APBD-nya sanggup? Tunjuk jari. Saya beri sepeda. Nggak ada yang mampu," kata Jokowi.

Mantan Walikota Solo ini pun menawarkan keberadaan ART atau autonomous rapid transit. ART tidak memakai rel, tapi pakai magnet. Selain itu, ART terdiri atas 1-3 gerbong sekali jalan. Ia mengklaim ART bisa menjadi solusi transportasi.

"Nanti kalau ada yang APBD memiliki kemampuan tolong berhubungan dengan pak Menteri Perhubungan. Bisa bagi-bagi 50:50 APBD 50 persen, APBN 50 persen misalnya," kata Jokowi.

Jokowi pun menilai masalah transportasi harus ditangani diperkotaan. Apabila tidak, kota akan menghadapi masalah kemacetan.

"Karena kalau tidak 10-20 tahun yang akan datang semua kota akan macet. Nggak percaya? Kita lihat nanti kalau nggak kota-kota siap dan menyiapkan diri mengenai transportasi massalnya," kata Jokowi.

Dalam kesempatan yang sama, Jokowi memprediksi, 10-20 tahun ke depan kota-kota Indonesia akan mengalami kemacetan. Ia mengacu pada banyak kota di Indonesia mulai macet baik Kota Balikpapan, Kota Bandung hingga Kota Medan yang dipimpin menantunya Bobby Nasution.

"Kita melihat sekarang ini sudah banyak kota-kota di negara kita sudah mulai macet, mulai macet," kata Jokowi.

Jokowi mengatakan, kota akan mengalami beban berat. Ia mengatakan 70 persen warga Indonesia akan hidup di perkotaan. Di sisi lain warga dunia diprediksi akan hidup di kota sebanyak 70 persen dari populasi dunia pada 2058. Ia mendorong agar para pemimpin kota bisa membuat kota menjadi kota yang dicintai dan bisa dihuni.

"Jangan sampai kita memiliki kota yang sekarang ini banyak terjadi di Eropa maupun Amerika kota-kota yang mencekam karena penganggurannya banyak, karena homelessnya banyak dan kita tidak ingin itu terjadi di negara kita Indonesia. Kita ingin menjadikan semua kota itu liveable, nyaman dihuni dan juga loveable, orang yang berkunjung ke sana senang ingin kembali berkunjung dan orang yang tinggal di situ sangat mencintai kotanya," kata Jokowi.

Baca juga artikel terkait KEMACETAN atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Flash news
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Anggun P Situmorang