Menuju konten utama

Jika Sekolah Mulai Lebih Siang, Anak akan Lebih Berprestasi

Sekolah yang mulai terlalu pagi membikin anak kurang tidur dan merembet pada hal-hal lainnya.

Jika Sekolah Mulai Lebih Siang, Anak akan Lebih Berprestasi
Ilustrasi [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Dina Amalia, seorang siswi kelas tiga SMA Daya Utama Bekasi, langsung menghempaskan badan ke kasur setelah pulang sekolah. Tubuhnya sangat lelah setelah seharian mengikuti pelajaran di sekolah. Jarum jam menunjukkan pukul empat sore. Jika ada pengayaan, ia bisa sampai di rumah pukul delapan malam.

“Capek banget tiap hari gini, bangun jam 6 pagi, pulang sore kadang malam,” keluhnya pada saya.

Setiap hari, Dina harus masuk sekolah pada pukul 7 pagi. Di rumah pun ia masih harus belajar untuk mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) yang diberikan sang guru. Dan Sabtu dan Minggu masih juga diisi dengan kerja kelompok. Sangat melelahkan!

“Bosan, jadwal selama tiga tahun begitu saja. Jadi suka ngantuk di sekolah karena kurang tidur.”

Dina tak sendirian menghadapi kejamnya jam sekolah yang menguras energi. Fathan, yang masih duduk di bangku kelas 6 SD, malah harus memulai pelajaran di sekolah pada pukul 6.15 pagi. Pengayaan menjelang ujian akhir di sekolahnya dilakukan pada pagi hari. Kata gurunya, materi lebih mudah diingat ketika belajar di pagi hari.

Rumah Fathan berada di Tangerang Selatan, tapi ia bersekolah di Jakarta. Maka, setiap pagi ia harus berangkat pukul 5. Sang ibu seringkali kewalahan membangunkannya. Terkadang Fathan pun harus sarapan di atas motor supaya bisa lekas berangkat.

“Telat setengah jam saja, pasti sudah macet, enggak keburu [sarapan],” kata ibunya.

Baca juga: Anakmu bukan Ambisimu

Di Indonesia, rata-rata sekolah memulai jam belajar pada pukul 7 pagi. Di tingkat sekolah dasar, pelajaran berakhir pukul 12.00. Di tingkat sekolah menengah pertama, jam pelajaran berakhir lebih lama, yakni pukul 13.00. Di sekolah menengah atas, bisa sampai jam 16. Itu pun masih ada sekolah yang masuk di hari Sabtu.

Padahal, jam belajar di sekolah yang panjang dapat memangkas waktu tidur siswa. Saat kekurangan tidur, anak bisa mengalami beragam gangguan fisik dan hormonal. Penelitian Magee dan Hale menunjukkan korelasi antara kurangnya jam tidur anak terhadap obesitas. Penelitian lain oleh Umlauf dkk juga menunjukkan anak yang kurang tidur cenderung memiliki emosi tidak seimbang.

Mereka mudah depresi, temperamental, melakukan kekerasan, dan diprediksi berpendapatan lebih rendah di masa mereka dewasa. Kurangnya waktu tidur juga memicu beragam penyakit seperti hipertensi, gangguan metabolisme, dan gangguan fungsi kekebalan tubuh.

Baca juga:

Waktu Tepat Memulai Sekolah

Jam belajar yang dimulai terlalu pagi pernah diterapkan di Amerika. Pada 2014, sebanyak 40 persen sekolah menengah atas di sana memulai pelajarannya sebelum pukul 8 pagi. Hanya 15 persen sekolah yang mulai pukul 8.30 pagi, sedangkan 20 persen anak-anak di sekolah menengah pertama harus masuk pada pukul 7.45 pagi atau lebih awal.

American Academy of Pediatrics (AAP) mengatakan rasa ngantuk saat belajar tak bisa diatasi dengan kopi. Sebab, kafein tidak mengembalikan kewaspadaan optimal. Tidur siang di akhir pekan juga bukan solusi, karena tubuh tak mendapatkan siklus tidur cukup dan teratur.

Baca juga: Jam-jam Terbaik Minum Kopi

AAP kemudian merekomendasikan jam tidur ideal bagi para pelajar adalah antara 8,5 sampai 9,5 jam per hari. Dan, sekolah sebaiknya dimulai setidaknya pukul 8.30 pagi. Dengan begitu, fokus belajar anak akan meningkat, risiko mengalami obesitas menurun, menghindari kecelakaan karena kurang tidur, risiko depresi berkurang, dan emosi lebih stabil.

Tak hanya manfaat kesehatan yang didapat. Sebuah model penelitian dari RAND Corporation dan RAND Europe menemukan menunda waktu belajar di sekolah memberi dampak positif terhadap perekonomian. Jika sekolah dimuai pukul 8.30 pagi, setiap tahunnya Amerika Serikat dapat menghemat $9,3 miliar setiap tahun.

Jumlah ini akan bertambah menjadi $83 miliar pada sepuluh tahun mendatang, dan menjadi $140 miliar setelah 15 tahun. Sebabnya: memulai sekolah pagi meningkatkan prestasi belajar anak dan mengurangi jumlah kecelakaan.

“Remaja yang cukup tidur akan memiliki nilai dan kualitas hidup yang lebih baik,” kata Judith Owens, seorang dokter anak, periset utama dari AAP.

Setelah mendapat beragam rekomendasi untuk mengundur waktu masuk sekolah. Amerika mulai berbenah. Di Seattle, 85 persen sekolah mengubah waktu belajar mereka mulai tahun lalu. Sekolah menengah dimulai pukul 8.45, sementara anak-anak sekolah dasar mulai pukul 7.55.

infografik jam masuk sekolah

Setelah adanya perubahan, anak-anak menyatakan lebih memiliki banyak waktu untuk sarapan dan bersiap-siap ke sekolah. Para orangtua juga tidak harus menyeret anaknya bangun dari tempat tidur untuk segera berangkat. Di sekolah, siswa terlihat lebih fokus, dan di rumah mereka bisa tidur lebih awal.

“Sekarang saya tidak lagi buru-buru, takut terlambat, atau khawatir ketiduran di kelas,” kata Kira Hoffman, seorang siswa kelas dua Sekolah Menengah Jane Addams.

Sekolah Solebury, di New Hope, Pennsylvania, yang ikut memundurkan jadwal belajar juga melaporkan perkembangan positif. Saat sekolah dimulai pukul 9 pagi, kelas menjadi lebih penuh karena para siswa datang tepat waktu. Seorang guru matematika, Tony mengatakan bahwa siswanya mengerjakan tugas lebih baik dan lebih konsisten.

“Anak-anak jadi lebih santai dan tak terlihat mengerjakan tugas di pagi hari.”

Di Indonesia, malangnya, banyak sekolah malah memulai waktu belajar menjadi lebih pagi. Dari yang tadinya pukul 7, ada yang jam masuk sekolahnya dimajukan menjadi pukul 6. Alasannya macam-macam. Ada yang beralasan supaya terhindar dari kemacetan, ada pula yang mengaitkannya dengan kedisiplinan.

Bahkan, kementerian pendidikan dan kebudayaan hendak melaksanakan sistem sekolah sehari-penuh alias full-day school. Tanpa didahului penelitian. Setelah jadi polemik, barulah lontaran itu dipertimbangkan ulang.

Baca juga: Membaca Polemik Full Day School

Kebijakan kerap kali tidak berangkat dari kebutuhan pihak yang terkena dampak kebijakan tersebut: anak-anak.

Baca juga artikel terkait SEKOLAH atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani