tirto.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan prakiraan curah hujan di Pulau Jawa pada Sabtu, 31 Desember 2022 atau menjelang Tahun Baru 2023.
BMKG memprakirakan curah hujan di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta bagian utara, Provinsi Jawa Barat (Jabar) bagian utara, Provinsi Banten bagian selatan dan barat, serta Provinsi Jawa Tengah (Jateng) bagian utara berpotensi terjadi hujan sangat lebat menjelang pergantian tahun masehi itu.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati melalui zoom dalam konferensi pers daring terkait “Updating Informasi Perkembangan Cuaca di Sejumlah Wilayah Indonesia pada Periode Pergantian Tahun Baru”, yang disiarkan langsung via kanal YouTube Info BMKG pada Kamis (29/12/2022).
“Jadi potensi hujan lebat di tanggal 31 Desember, meskipun potensi ekstremnya sudah hilang, tapi masih ada potensi hujan sangat lebat di DKI Jakarta bagian utara, Jawa Barat bagian utara, Banten bagian selatan dan barat, kemudian Jawa Tengah bagian utara. Itu potensi hujan yang sangat lebat,” tutur Dwikorita.
Lanjut Dwikorita, BMKG juga memprakirakan curah hujan di Provinsi Banten, Provinsi Jabar bagian tengah, Provinsi Jateng bagian tengah, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Provinsi Jawa Timur (Jatim) bagian tengah dan selatan pada 31 Desember 2022.
Kemudian Dwikorita mengatakan bahwa BMKG memprakirakan curah hujan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada 31 Desember 2022 atau menjelang Tahun Baru 2023. BMKG memprakirakan curah hujan di Jakarta Utara dan Kabupaten Bekasi bagian utara berpotensi terjadi hujan sangat lebat pada tanggal tersebut.
Untuk potensi hujan lebat pada 31 Desember 2022, ujar Dwikorita, berpotensi terjadi di Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Kota Depok. Serta di Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kabupaten Bekasi berpotensi terjadi hujan sedang.
“Jadi ada tren menurunnya intensitas. Jadi sebelumnya, kami memprediksi kondisi ekstrem itu bisa terjadi hingga tanggal 2 Januari bahkan ada yang hingga tanggal 3 Januari,” kata Dwikorita.
Alasannya, beber Dwikorita, karena adanya bibit siklon tropis 95W yang saat ini berada di Filipina bagian selatan. “Jadi ini bukan di Indonesia, jangan panik, ini di Filipina,” ucap dia.
Dwikorita menjelaskan, bibit siklon tropis 95W tersebut seakan-akan menghisap atau mengakibatkan warna pink (hujan ekstrem di atas 150 milimeter/mm/hari) dan warna merah (hujan sangat lebat 100-150 mm/hari) terurai, sehingga tidak ada lagi. Selain itu, terdapat pusat tekanan rendah di Australia bagian utara dan sirkulasi siklonik di Laut Cina Selatan yang menginduksi terbentuknya kecepatan angin lebih dari 25 knot di Laut Cina Selatan.
“Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan gelombang laut tinggi di sekitar bibit siklon tropis atau pusat tekanan rendah atau sirkulasi siklonik. Dan juga mengakibatkan warna-warna pink itu ada sebagian yang terhisap, terurai ke arah selatan karena pengaruh tekanan rendah di Australia bagian utara dan ada yang sebagian terblok oleh pengaruh bibit siklon tropis yang ada di Filipina," ujarnya.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Maya Saputri