tirto.id - Berkat lagu gubahan Deddy Dores, Nike Ardilla menggapai ketenarannya, di antaranya lagu "Seberkas Sinar" dan "Bintang Kehidupan". Lagu-lagu itu tetap abadi meski Nike Ardilla telah meninggal dunia pada 19 Maret 1995.
Bakat seni Deddy lahir dari ayahnya, Sujitno, yang merupakan pemain orkes keroncong. Ia lahir di Surabaya dan tumbuh di kota Bandung. Ketika remaja, Deddy yang tak betah tinggal di rumah, pernah minta motor kepada orangtuanya. Namun, sang ayah lebih suka memberinya satu set alat band. Mulai dari drum hingga gitar pernah dia coba.
Deddy biasa bermain keyboard atau gitar, seringkali sambil bernyanyi. Demi musik, dia kembali ke Bandung, padahal keluarganya sudah pindah ke Semarang. Dari Bandung, bersama Freedom of Rhapsodia, Deddy akhirnya menjadi roker bahkan kemudian superstar musik cadas Indonesia. Meski demikian, banyak orang hanya mengenalnya sebagai musisi yang mengusung lagu cengeng.
Freedom of Rhapsodia merupakan band pertama yang membuat nama Deddy dikenal di pentas musik rock nasional. Kemampuan manggung Freedom of Rhapsodia, disejajarkan dengan AKA dari Surabaya. Bicara soal aksi panggung, "Main gitar pakai gigi lah, main keyboard pakai kaki lah," ujar Yoni adik kandung Deddy kepada Metrotvnews.com (21/5/2016).
Sebelum bergabung dengan Freedom of Rhapsodia, Deddy pernah main di band bernama Marcopolo dan home band pengiring di Hotel Savoy Homman, Bandung. Setelah beberapa lama dan merasa bosan, barulah Deddy ikut mendirikan Freedom of Rhapsodia, yang eksis pada 1969. Para anggota band Marcopolo kemudian berselisih dengan manajemen. Mereka pun hengkang dan mendirikan Freedom of Rhapsodia. Bersama Deddy, ada Soleh Sugiarto, yang belakangan jadi politikus Jawa Barat. Seperti Soleh, Deddy juga pernah "berjudi" ke dunia politik.
Lagu "Hilangnya Seorang Gadis" (1972) merupakan single penting band ini. Lagu ini sering dibawakan ulang oleh musisi lain, bahkan belakangan juga oleh Deddy dalam album solonya. Di album perdana Freedom of Rhapsodia, para personel berfoto dengan anjing greyhound. Deddy paling kanan, gondrong dan berkacamata hitam. Band ini belakangan juga sempat putus kongsi.
Tak hanya bersama band Bandung legendaris itu, Deddy juga pernah sebentar bergabung di raksasa rock Indonesia, God Bless. Ketika Deddy bergabung, Ludwig Lehman sang gitaris pertama God Bless masih bergabung. “Di God Bless dia banyak belajar sama Ludwig Lehman. Begitu Ludwig ke Belanda, dia jadi gitarisnya God Bless," ujar Yoni.
Hingga Deddy angkat kaki dari God Bless, band yang tergolong idealis dalam mengusung musik rock itu masih belum punya album. God Bless baru punya album, yang jadi salah satu album rock terbaik Indonesia, pada 1975. Sementara itu, Deddy Dores pada 1973 sudah mengajak semua personil God Bless, kecuali Ahmad Albar, membuat album. Ludwig Lehman (gitar), Donny Fattah (bass), Fuad Hasan (drum) dilibatkan dalam bendera Deddy Dores and The Road, membuat album piringan hitam Tinggal Kenangan (1973) yang berisi lagu-lagu melankolis. Deddy bernyanyi dalam album itu.
Band besar selain God Bless dan Freedom of Rhapsodia yang pernah disinggahi Deddy adalah Giant Step. "Ketika Deddy sedang vakum setelah dari God Bless, dia mengajak main band waktu ketemu di Bandung. Akhirnya kita ketemu buat formasi baru untuk meneruskan lagu Giant Step. Dia mencari saya dan saya lagi vakum waktu itu," kenang Benny Soebardja.
Giant Step ketika itu diperkuat Benny Soebardja (vokal, gitar), Deddy Dores (keyboard), Albert Warnerin (gitar), Adhy Sibolangit (bass), dan Janto (drum). Giant Step dianggap sebagai pengusung rock progresif di Indonesia. Di band ini, Deddy terlibat dalam album Mark 1 (1975).
Deddy Dores, juga salah satu pentolan dari supergrup Indonesia, Superkid. Band binaan wartawan musik Deddy Sabri ini adalah Trio Deddy Dores (gitar & keyboard), Deddy Stanzah (bass & vokal) dan Jelly Tobing (drum). Kesemuanya cukup disegani. Deddy Stanzah adalah mantan pendiri band Bandung legendaris The Rollies dan Jelly Tobing yang sudah menjajah kerasnya musik rock di Medan dikenal sebagai salah satu jago drum Indonesia. Trio roker Indonesia ini merilis album Troublemaker (1976).
Lepas dari Freedom of Rhapsodia, Deddy sempat satu band lagi bersama Johannes Sarwono dalam Fantastique Group, juga ada Benny Soebardja di dalamnya. Mereka sempat pengusung psychedelic pop, namun mereka punya album dengan nuansa musik Timur Tengah dengan lirik Indonesia. Di album Qasidah Modern, terdapat lagu "Kisah Adam dan Hawa", "Doa Subuh", juga "Allah Akbar".
Puluhan tahun di dunia musik, Deddy Dores termasuk salah satu musisi dan pencipta lagu yang produktif. Dia mencipta lagu untuk dirinya, bandnya, juga penyanyi binaannya. Deddy hidup sebagai seniman yang tak tahu cara mengelola uang dan tak betah di rumah. Kehidupan rumah tangganya juga jauh dari keutuhan, beberapa kali kawin-cerai. Hidupnya yang penuh lika-liku itu tak jauh beda dengan Ucok AKA Harahap. Meski begitu, dia dikenal bertanggung jawab dan baik hati oleh para koleganya.
==========
Artikel ini pertama kali ditayangkan pada 28 Maret 2017. Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik.
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti & Irfan Teguh Pribadi