Menuju konten utama

James Wong Howe Perkenalkan Pencahayaan Sinema Hitam Putih

Kelahiran James Wong Howe dirayakan dalam Google Doodle hari ini, Senin (28/8/2017). Ia adalah sinematografer Cina-Amerika yang terkenal dengan teknik film inovatif pada masanya.

James Wong Howe Perkenalkan Pencahayaan Sinema Hitam Putih
James Wong Howe. FOTO/Istimewa

tirto.id - Kelahiran James Wong Howe dirayakan dalam Google Doodle hari ini, Senin (28/8/2017). Ia adalah sinematografer Cina-Amerika yang terkenal dengan teknik film inovatif pada masanya.

James Wong Howe memulai kariernya dalam industri film dengan nama James Howe di sebuah rumah produksi Famous Players-Lasky—yang kemudian berganti jadi Paramount—pada tahun 1917. Bekerja untuk sepuluh dolar seminggu di departemen kamera, Howe menyapu lantai, membersihkan dan membawa peralatan, dan mengisi muatan kamera.

Tugas pertamanya mengoperasikan kamera dimulai di film Cecil B. DeMille berjudul Male and Female (1919) untuk sebuah adegan yang menampilkan tokoh Gloria Swanson di sebuah sarang singa. Ia mengambil tayangan itu dalam sekali tangkapan menggunakan pengaturan lima kamera yang tidak biasa. DeMille memperhatikan Howe dan mempromosikannya sebagai asisten juru kamera.

Sejak saat itu, Howe magang sebagai asisten operator kamera dan secara bersamaan belajar seluk-beluk pencahayaan, lensa, stok film, dan kamera.

Permulaan karier Howe dimulai secara tidak sengaja pada tahun 1923 saat ia menjadi asisten juru kamera untuk film Drums of Fate. Untuk melengkapi pendapatan studio sederhananya, Howe telah memperoleh kamera yang bisa dia gunakan berjam-jam untuk memotret publisitas para pemain film dan menjual pada mereka foto-foto cetakan tersebut.

Suatu hari Howe bertanya kepada Mary Miles Minter jika ia bisa memotret aktris utama film sunyi tersebut. Sehari setelah menyerahkan foto cetakan, Howe diajak untuk menjadi fotografer Mary Miles. Saat Howe bertanya alasannya, Mary Miles berkata karena dalam foto itu matanya terlihat gelap.

Saat itu, film hitam putih tidak membedakan antara biru dan putih. Karena itulah, sinematografer film hitam putih tidak bisa menangkap awan di langit. Mary Miles Minter memiliki mata biru sehingga matanya selalu tampil pucat di film. Namun di foto Howe mata Mary Miles tampak gelap dan cantik.

Namun, Howe justru dia tidak tahu bagaimana dia membuat mata aktris itu tampak gelap. Akhirnya dia mengambil keputusan, efek itu diperoleh karena dia berdiri di depan latar belakang gelap saat memotret Mary Miles. Mata aktris itu seperti cermin yang dapat memantulkan latar belakang hitam.

Howe kemudian menggantungkan tirai beludru hitam besar di depan kamera filmnya, membuat lubang di dalamnya, dan memotret Mary Miles Minter melalui lubang itu. Hasilnya adalah mata yang gelap dan indah.

"Pada masa itu Hollywood adalah koloni kecil dan kabar (soal hasil mata gelap) menyebar dengan cepat," kata Howe dalam wawancara dengan Roger Ebert pada tahun 1970.

"Kabar beredar di pesta koktail bahwa Mary Miles Minter telah mengimpor seorang kamerawan Oriental, yang bersembunyi di balik tirai beludru dan secara ajaib membuat matanya menjadi gelap. Setelah itu, saya tidak pernah ketinggalan pekerjaan," jelasnya kemudian.

Selama pertengahan 1920-an, Howe bekerja sebagai juru kamera dengan sutradara Herbert Brenon dan Victor Fleming, tekniknya terus maju. Sinematografi Hollywood pada pertengahan tahun 1920-an biasanya menyelimuti set dan para pemain dengan terang, bahkan iluminasi tanpa memperhatikan mood atau efek emosional. Karena setiap gambar ditangkap terpisah seperti potret, gambar-gambar itu kurang memiliki kohesi visual saat diedit bersamaan secara berurutan.

The Spanish Dancer, film kelima Howe sebagai sinematografer, terkadang menderita atas ketidakkonsistenan ini. Sebab, sejak tahap awal kariernya, Howe sudah mulai menggunakan cahaya untuk membangkitkan mood, seperti dalam bayangan gelap adegan film tersebut.

Howe menunjukkan fleksibilitas yang luar biasa selama bertahun-tahun dan dalam dekade yang mengikuti era film sunyi. Ia punya filosofi bahwa juru kamera terbaik tidak pernah meminta perhatian pada dirinya sendiri melainkan menggunakan pencahayaan, pembingkaian, dan gerakan untuk mendukung dan mengekspresikan mood dan emosi.

Dalam sebuah surat tahun 1960, dia menjelaskan, "Saya masih percaya bahwa ceritanya adalah inti yang penting, dan semua hal lain harus mengarah dan bekerja untuk mengekspresikan dan menafsirkan ceritanya ... sinematografi seharusnya tidak pernah menjadi lensa yang dipoles hanya untuk melihat gerakan. Sinematografi harus berkontribusi pada nilai emosional dari tindakan itu dengan caranya sendiri," demikian yang dilansir dari silentfilm.org.

Ia sempat menjelaskan dalam sebuah wawancara untuk film Hud dengan menunjukkan cara dia memberikan pencahayaan bagi aktor untuk menekankan kualitas emosional setiap karakter. Untuk aktor Melvin Douglas, misalnya, Howe menekankan bayangan dan isolasi. Sementara untuk Paul Newman, ia memakai kontras. Bagi Brandon De Wilde, Howe menggunakan pencahayaan terbuka dan sederhana untuk menekankan masa mudanya.

Howe pensiun pada tahun 1975 dengan 16 nominasi Academy Award yang belum pernah terjadi sebelumnya, dua patung Oscar, dan pengakuan oleh rekan-rekannya sebagai salah satu sinematografer industri yang hebat. Produksi terakhirnya adalah Funny Lady yang dibintangi Barbara Streisand.

Baca juga:

Baca juga artikel terkait JAMES WONG HOWE atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Film
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari