tirto.id - Sebuah awan radioaktif yang melingkupi Eropa dalam beberapa pekan terakhir menunjukkan bahwa sebuah kecelakaan terjadi di fasilitas nuklir di Rusia atau Kazakhstan pada minggu terakhir bulan September. Pernyataan ini dipaparkan lembaga keselamatan nuklir Perancis IRSN.
IRSN pada Kamis (9/11/2017) mengesampingkan kecelakaan terjadi di sebuah reaktor nuklir. Mereka mengatakan bahwa kemungkinan insiden berada di lokasi bahan bakar nuklir atau pusat obat radioaktif.
Tidak ada dampak pada kesehatan manusia atau lingkungan di Eropa, kata pihak IRSN sebagaimana dikutip The Guardian, Jumat (10/11/2017).
IRSN, badan teknis regulator nuklir Perancis, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya tidak dapat menentukan lokasi pelepasan bahan radioaktif itu. Namun berdasarkan pola cuaca, zona yang paling masuk akal ialah berada di selatan pegunungan Ural, antara Ural dan Sungai Volga
Ini bisa mengindikasikan Rusia atau mungkin Kazakhstan, kata seorang pejabat IRSN.
"Pihak berwenang Rusia mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya kecelakaan di wilayah mereka," kata direktur IRSN Jean-Marc Peres kepada Reuters. Dia menambahkan bahwa institut tersebut belum menghubungi dengan pemerintah Kazakhstan.
Seorang juru bicara kementerian darurat Rusia mengatakan bahwa dia tidak bisa segera berkomentar. Tidak mungkin mencapai otoritas di Kazakhstan atau kedutaan Kazakhstan di Moskow.
Peres mengatakan bahwa dalam beberapa pekan terakhir, IRSN dan beberapa lembaga keselamatan nuklir lainnya di Eropa telah mengukur tingkat ruthenium 106 yang tinggi, sebuah nuklida radioaktif yang merupakan produk dari pemisahan atom dalam reaktor nuklir dan tidak terjadi secara alami.
IRSN memperkirakan bahwa jumlah rutenium 106 yang dikeluarkan masif, antara 100 dan 300 teraBecquerels. Jika kecelakaan dengan jumlah besar ini terjadi di Prancis, diperlukan evakuasi atau penampungan orang-orang dalam radius beberapa kilometer di sekitar lokasi kecelakaan.
Rutenium 106 mungkin dilepaskan di tempat pengolahan bahan bakar nuklir atau pusat obat radioaktif, kata Peres. Karena masa paruh-hidupnya pendek yakni sekitar satu tahun, rutenium 106 digunakan dalam pengobatan nuklir.
IRSN mengesampingkan terjadi sebuah kecelakaan di reaktor nuklir, karena hal itu akan menyebabkan kontaminasi dengan zat lain.
Pengukuran dari stasiun Eropa menunjukkan tingkat rutenium 106 tinggi di atmosfer sejumlah besar negara Eropa pada awal Oktober, dengan penurunan yang stabil mulai 6 Oktober dan seterusnya.
IRSN mengatakan bahwa konsentrasi rutenium 106 di udara yang telah tercatat di Eropa tidak ada konsekuensinya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Lembaga ini juga mengatakan bahwa kemungkinan impor ke Perancis dari bahan makanan, terutama jamur, yang terkontaminasi rutenium 106 di dekat lokasi kecelakaan sangat rendah.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari