tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama 2020 terjadi inflasi yang mencapai 1,68 persen. Angka ini turun dari posisi 2019 yang mencapai 2,72 persen dan menjadi yang terendah sejak BPS pertama kali merilis angka inflasi dalam daftar statistiknya.
Sementara itu menurut situs BPS, data inflasi paling awal yang direkam adalah pada 1979. Selama 1979-2019, inflasi tahunan terendah terakhir pernah terjadi pada 1999 di kisaran 2,01 persen. Dengan demikian inflasi tahunan 2020 ini mencatatkan rekor baru sebagai yang terendah dalam sejarah Indonesia.
“Inflasi 2020 1,68 yoy [year on year] angka inflasi tahunan terendah sejak BPS merilis angka inflasi. Ini terendah kami, sejak BPS merilis angka inflasi,” ucap Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam konferensi pers virtual, Senin (4/1/2021).
Capaian pada 2020 ini juga menandakan target infllasi tahunan pemerintah dalam APBN telah meleset. Pada Perpres 72/2020, asumsi makro 2020 menetapkan inflasi berada di kisaran 3 persen yoy tetapi realisasinya hanya 1,68 persen.
Setianto menambahkan selama 2020 utamanya disebabkan oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau dengan inflasi 3,63 persen dan andil 0,91 persen.
Selanjutnya inflasi disebebkan faktor perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi 5,8 persen dan andil 0,35 persen. Posisi ini disusul oleh kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran dengan inflasi 2,26 persen dan andil 0,2 persen.
Jika dilihat secara per komoditas, maka emas perhiasaan menjadi penyumbang utama inflasi nasional 2020 dengan andil 0,26 persen. Kemudian diikuti cabai merah dengan andil 0,16 persen, minyak goreng 0,1 persen, rokok kretek filter 0,09 persen, rokok putih 0,09 persen, daging ayam ras 0,05 persen.
Di bawahnya ada komoditas ikan segar, nasi dengan lauk, dan uang kuliah akademi atau perguruan tinggi yang masing-masing memberi andil 0,04 persen.
“Andil inflasi nasional 2020. Tertinggi emas perhiasan kondisi 1 tahun 0,26 persen. Cabai merah juga besar 0,16 persen,” ucap Setianto.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Bayu Septianto