tirto.id - Beberapa hari yang lalu, Indomaret menjadi buah bibir. Ini bermula dari foto kantor gerai waralaba milik Salim Group yang diunggah seorang pengguna Twitter. Logo 'Indomaret' terpajang di gedung tinggi berlapis kaca tersebut.
Gedung yang merupakan kantor pusat Indomaret atau PT Indomarco Prismatama itu terletak di Jalan Pantai Indah Kapuk Boulevard No. 1, Jakarta.
Foto tersebut disertai potongan dialog yang biasa terjadi di antara kasir dan konsumen Indomaret. Si kasir bertanya apa receh boleh didonasikan, lalu konsumen akan menjawab “boleh” lalu dibalas lagi dengan ucapan “terima kasih.”
Dengan mengaitkan keterangan dan foto, maka terciptalah dugaan bahwa gedung tersebut tidak lain dibangun dari uang donasi para konsumen.
Tak ingin dugaan itu berkembang liar, manajemen buru-buru memberi klarifikasi. Managing Director PT Indomarco Prismatama Wiwiek Yusuf mengatakan “informasi tersebut menyesatkan dan hoaks.”
Kepada wartawan Tirto, Senin (28/12/2020), dia menjelaskan bahwa setiap uang sumbangan diberikan kepada yang berhak. Donasi juga telah mendapat izin dari Kementerian Sosial. “Pasti ada tujuan, siapa penerima, dan akan digunakan untuk apa. Setiap selesai program ada serah terima resmi disaksikan pejabat Kemensos serta notaris yang ditunjuk,” katanya.
Wiwiek tidak menjelaskan secara rinci pendapatan donasi per tahun dan bagaimana skema penyalurannya. Ia hanya memberikan tautan dari situs resmi yang berisi berita tentang pemberian sumbangan untuk komunitas adat terpencil pada 26 Agustus 2020. Uang yang disumbangkan mencapai Rp5 miliar, dikumpulkan dari donasi per 1 Maret sampai 31 Mei 2020.
Dalam keterangan itu juga disebutkan Indomaret melakukan donasi dengan nilai miliaran setiap tahun, rutin disalurkan pada pertengahan tahun.
Kinerja Perusahaan Menurun
Kinerja Indomaret sendiri sesungguhnya tidak semegah gedung yang sedang viral itu. Penjualannya turun tajam selama masa pandemi ini.
Hingga 30 September 2020, PT Indomarco Prismatama mencatat penjualan sebesar Rp64,63 triliun atau menurun 21 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Akibatnya, laba bersih perusahaan turun signifikan 61,26 persen secara tahunan menjadi Rp498,95 miliar. Kinerja Indomaret bisa dilihat dari laporan keuangan induk usaha yakni PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET).
Kinerja Indomaret yang loyo tak terlepas dari pandemi virus Corona. COVID-19 membuat daya beli masyarakat menurun, lalu diperparah kebijakan pembatasan aktivitas ekonomi dan sosial lewat PSBB.
Survei Penjualan Eceran yang dilakukan Bank Indonesia (BI) memang menunjukkan Indeks Penjualan Riil (IPR) September yang mengalami kontraksi hingga 8,7% (yoy). Sementara pada Agustus, IPR mengalami kontraksi 9,2% (yoy.
Pengamat pasar modal Teguh Hidayat menjelaskan, Indomaret ditinggalkan konsumen pada masa pandemi COVID-19. Mereka beralih ke toserba besar yang menawarkan pilihan sembako lebih lengkap dengan harga lebih murah. “Kalau beli ke Indomaret itu untuk jajan, [contohnya] beli wafer, bukan bahan pokok utama. Masalahnya, kita kan enggak jajan, lagi di rumah,” katanya kepada reporter Tirto, Senin (28/12/2020).
Selain toserba, masyarakat juga kian akrab dengan belanja online untuk kebutuhan sehari-hari. “Kalau enggak ke toserba, pasti ke online,” ujar Teguh.
Beberapa penyedia jasa jual sayur online memang mengaku pesanan yang masuk meningkat tajam selama pandemi. Pelanggan e-commerce pun tercatat naik.
“Sepertinya ini karena pergeseran perilaku belanja sebagian masyarakat menengah ke platfom online. Untuk membeli camilan sudah enggak lagi ke Indomaret, sudah pakai Gofood dan Grabfood, kata peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra PG Talattov kepada wartawan Tirto, Senin. Terlebih, “beberapa e-commerce ada layanan belanja sembako sayur online.”
Oleh karena itu, menurutnya, seluruh sektor retail, tak hanya Indomaret, juga perlu beradaptasi dengan skema baru tersebut. Mereka dapat membuat platform sendiri atau bekerja sama dengan penyedia yang sudah 'matang'. “Yang paling efektif untuk membuat situasi yang lebih baik, ya, adaptasi,” tandas dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Rio Apinino