Menuju konten utama

Industri Tekstil Masih Menderita, Menperin Ungkap Biang Keroknya

Menperin Agus mengakui industri tekstil dan produk tekstil masih mengalami kontraksi. Hal itu dipicu lantaran pasar domestik dibanjiri produk impor. 

Industri Tekstil Masih Menderita, Menperin Ungkap Biang Keroknya
Ilustrasi industri tekstil. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Hasil survei Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global pada bulan Juni menyentuh level ekspansif 52,5 atau naik signifikan dibandingkan bulan sebelumnya di tingkat 50,3. Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, capaian tersebut menunjukkan aktivitas industri manufaktur masih ekspansif selama 22 bulan berturut-turut.

“Alhamdulillah, kita harus bersyukur bahwa aktivitas industri manufaktur kita terus bergeliat. Ini ditandai capaian PMI Manufaktur Indonesia tetap di fase ekspansif hingga 22 bulan berturut-turut atau hampir dua tahun. Artinya, tingkat optimisme dari para pelaku industri kita secara keseluruhan juga meningkat,” katanya dikutip dari Antara, Senin (3/7/2023).

PMI Manufaktur Indonesia pada Juni 2023 mampu melampaui PMI Manufaktur ASEAN (51,0), Malaysia (47,7), Myanmar (50,4), Filipina (50,9), Taiwan (44,8), Vietnam (46,2), Jepang (49,8), China (50,5), Korea Selatan (47,8), Inggris (46,2), dan Prancis (45,5). Kemudian, dia merinci kenaikan PMI Manufaktur Indonesia pada Juni juga sejalan dengan kenaikan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juni 2023 yang mencapai 53,93 atau meningkat 3,03 poin dibandingkan Mei 2023.

“Angka ini juga merupakan yang paling tinggi sejak IKI dirilis November 2022 lalu,” bebernya.

Walaupun begitu, dia mengakui industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih mengalami kontraksi. Industri ini bahkan menjadi salah satu dari tiga subsektor manufaktur yang mengalami kontraksi pada survei IKI Juni 2023.

Dia menuturkan penyebab industri tekstil masih menderita karena pasar domestik dibanjiri produk impor. Terutama yang masuk melalui Pusat Logistik Berikat (PLB).

“Kemenperin meminta agar dilakukan pengawasan ketat atas barang keluar dari PLB yang masuk ke pasar domestik, serta terhadap marketplace yang juga merupakan pintu masuk produk tekstil impor,” bebernya.

Tetapi, pihaknya pun melihat peluang bagi industri TPT dengan adanya tahun ajaran baru sekolah. Hal ini diyakini mendorong dan membangkitkan industri TPT yang sedang tertekan.

Melalui kebijakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), diharapkan pemenuhan pakaian sekolah negeri dan pakaian pegawai di pemerintah dapat meningkatkan aktivitas produksi di industri TPT untuk memenuhi permintaan tersebut.

Berdasarkan laporan S&P Global, ekspansi yang dialami industri manufaktur Indonesia pada Juni 2023 didukung oleh peningkatan pada permintaan baru. Hal ini mengakibatkan kenaikan produksi, yang juga turut berdampak pada bertambahnya jumlah tenaga kerja.

Jingyi Pan selaku Economics Associate Director S&P Global PMI Market Intelligence mengatakan, momentum pertumbuhan di seluruh sektor manufaktur Indonesia kembali mengalami percepatan pada bulan Juni.

“Laju kenaikan permintaan secara keseluruhan tergolong solid, meskipun kurangnya permintaan eksternal terus menghambat pertumbuhan penjualan total,” ujar Jingyi.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI TEKSTIL

tirto.id - Bisnis
Sumber: Antara
Editor: Intan Umbari Prihatin