tirto.id -
Pakar kemaritiman dari Pusat Studi Kebijakan Maritim Cina Universitas Naval War, Boston, Amerika Serikat, Profesor Peter Dutton, mengatakan Indonesia memiliki potensi untuk menjadi aktor penting dalam menyelesaikan konflik Laut Cina Selatan yang rumit karena banyaknya pihak yang terlibat.
Berbicara melalui telekonferensi di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, Rabu, (30/3/2016), Dutton menjelaskan bahwa Indonesia telah memainkan peran penting dalam penetapan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982 dan dengan latar belakang tersebut, sudah seharusnya Pemerintah Indonesia terlibat lebih jauh dalam penyelesaian konflik Laut Cina Selatan yang saat ini semakin memburuk.
"Indonesia telah menjadi model bagi seluruh kawasan soal ketegasan batas Zona Ekonomi Ekslusif [ZEE] dalam UNCLOS tiga puluh tahun yang lalu, dan ini harus dilanjutkan karena efek dari contoh yang baik sangat kuat," kata dia.
Oleh karena itu, ia menyayangkan sikap diplomasi Indonesia terkait Laut Cina Selatan yang saat ini terkesan terlalu lunak dan malah mengedepankan kepemimpinan di belakang layar.
"Cara kepemimpinan seperti ini juga memiliki efek yang kuat, tetapi sudah waktunya Indonesia lebih menunjukkan diri ke publik tentang sikapnya terhadap Laut Cina Selatan," kata dia.
Dutton menilai sebagai negara yang secara alami menjadi pemimpin di ASEAN (berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk), Indonesia dapat menyerukan pihak-pihak pengklaim di Laut Cina Selatan untuk menegakkan norma hukum berdasarkan UNCLOS dan hukum internaional lainnya di kawasan tersebut.
"Hal itu adalah sikap yang penting untuk menunjukkan di mana posisi Indonesia untuk menyelesaikan perselisihan di Laut Cina Selatan melalui jalur damai," kata dia.
Namun, Dutton mengakui bahwa Indonesia tidak dapat melakukan upaya itu sendiri, mengingat Cina memiliki posisi strategis yang semakin kuat, baik secara ekonomi maupun militer, sehingga banyak negara yang memiliki kepentingan dengan Negeri Tirai Bambu tersebut.
Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa sudah seharusnya Indonesia, sebagai negara yang memiliki pengaruh kuat di ASEAN, dapat menggandeng negara-negara berpengaruh di kawasan laut tersebut, seperti Amerika Serikat, Australia, Singapura, dan India, untuk menyatukan suara dalam menyampaikan pesan yang jelas terkait konflik Laut Cina Selatan.
Konflik Laut Cina Selatan, yang melibatkan banyak negara maupun pihak penuntut, seperti Cina, Filipina, Taiwan, Vietnam, Malaysia, dan Brunei, telah membawa implikasi terhadap stabilitas kawasan.
Dutton menjelaskan ada tiga aspek perselisihan yang harus segera diselesaikan para pihak penutut tersebut, yakni kepemilikan teritori dan sumber daya alam, batas perairan militer berdasarkan hukum internasional dan latar belakang sejarah, serta kejelasan tentang akses terbuka di perairan internasional. (ANT)