tirto.id - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sekitar wilayah Sumatera dan Kalimantan dapat memicu kenaikan harga tiket pesawat.
“Kalau kenaikan harga tiket mungkin lebih disebabkan untuk mengompensasi hilangnya pendapatan dan kerugian selama karhutla. Tapi mungkin sifatnya jangka pendek saja,” ucap Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad kepada reporter Tirto, Rabu (18/9/2019).
Tauhid menjelaskan bahwa pada situasi ini, maskapai penerbangan cukup terpukul karena turunnya frekuensi penerbangan. Bahkan sejak Minggu (15/9/2019) hingga saat ini, gangguan pada penerbangan semakin intens.
Akibatnya, banyak pesawat mengalami utilisasi yang sangat rendah. Padahal di satu sisi, maskapai tetap harus menanggung biaya, mulai dari perawatan sampai dengan leasing pesawat. Namun, Tauhid menyatakan dampak pada harga tiket ini tidak serta-merta terjadi. Potensi ini semakin besar jika karhutla terjadi secara berkepanjangan.
“Kalau tiket saya kira masih belum. Kecuali karhutla ini bisa lebih dari 2 bulan. Baru perusahaan penerbangan akan kaji skenario kenaikan tiket tapi masih batas atas yang ditetapkan pemerintah,” ucap Tauhid.
Di samping dampak pada tiket penerbangan, Tauhid juga menyatakan karhutla juga berpotensi memberi dampak pada inflasi di sekitar Sumatra dan Kalimantan. Di samping biaya kesehatan yang meningkat, ia menyoroti masalah distribusi kebutuhan masyarakat yang berpotensi terhambat. Dengan demikian, harga yang diterima masyarakat bisa naik dari biasanya.
“Saya lihat inflasi pada biaya transportasi bisa meningkat di daerah sekitar. Misalnya distribusi bahan pangan yang terhambat jadi harga makin mahal,” ucap Tauhid.
Editor: Ringkang Gumiwang