tirto.id - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira meminta pemerintah mewaspadai tertundanya kesepakatan dagang antara AS-Cina.
Sebabnya belum ada tanda-tanda akan bertemunya pemimpin negara AS-Cina yang berpotensi memperpanjang perang dagang yang terjadi.
Bhima mengatakan, salah satu dampak yang cukup kentara adalah beralihnya investasi aset. Ia memprediksi kondisi ini dapat membuat pemilik modal mengerem investasi aset yang berisiko.
Seperti misalnya saham hingga surat utang. Sebaliknya, investor dikhawatirkan akan melakukan upaya flight to quality.
“Kita gak bisa happy nih investor masuk modalnya, karena mereka masih khawatir terhadap aset-aset yang berisiko,” ucap Bhima ketika dihubungi reporter Tirto pada Jumat (8/2/2019).
Dalam kondisi itu, Bhima menilai investor akan mengalihkan investasinya ke aset-aset yang masuk kategori atau berkualitas aman. Seperti misalnya emas dan mata uang seperti dolar AS dan yen Jepang. Sebab saat ekonomi dunia melambat, investor akan lebih cenderung memilih negara dengan kinerja fundamental ekonomi yang lebih aman.
Jika hal ini benar terjadi, Bhima memastikan Indonesia dapat mengalami arus balik modal (capital reversal). Dari semula banyak modal yang masuk pada Januari 2019, beberapa bulan setelahnya, arus modal dapat berbalik arah.
“Implikasinya volatilitas kurs rupiah. Jadi efeknya negatif buat Indonesia. Defisit kita bisa semakin melebar,” ucap Bhima.
Kendati demikian, Bhima juga mengingatkan bahwa masih terdapat peluang yang dapat diraih dari perpindahan pabrik AS dan Cina ke negara-negara tertangga. Pasalnya perang dagang telah mengakibatkan pabrik-pabrik di negara itu perlu mencari jalur memutar agar tetap dapat meneruskan ekspornya.
Menurut Bhima, bila pemerintah dapat mengantisipasi hal ini dengan baik maka Indonesia dapat menerima manfaat yang signifikan kepada perekonomian. Namun, hal itu perlu diimbangi dengan strategi yang tepat.
“Insentifnya gak bisa hanya tax holiday saja. Mereka butuhnya apa. Kalau butuh bea masuk biaya bahan baku yang rendah ya kita bisa penuhi,” ucap Bhima.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dhita Koesno