tirto.id - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Muhammad Nawir Messi mengatakan Indonesia harus menarik investasi jauh lebih besar dari capaian pada tahun 2018 agar pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7 sampai 7,5 persen.
"Indonesia sudah masuk pada negara berpendapatan menengah. Kalau ingin tumbuh di atas 7 atau 7,5 persen, maka kira-kira membutuhkan tambahan investasi sebesar Rp1.481 triliun atau tumbuh 43,03 persen dibanding 2018," kata Nawir pada Kamis (7/2/2019).
Dia memaparkan analisisnya itu dalam diskusi "Tantangan Mendorong Pertumbuhan dan Menarik Investasi di Tahun Politik" di Gedung Nafaro, Pejaten Timur, Jakarta Selatan.
Nawir menjelaskan selama 2011-2018, porsi investasi dalam PDB cenderung meningkat. Namun, investasi di Indonesia belum efisien. Sebab, Incremental Capital Output Ratio (ICOR) atau rasio antara investasi di tahun yang lalu dengan pertumbuhan output tercatat tidak terlalu membaik.
"Kalau dibandingkan dengan negara kawasan [investasi di Indonesia] tidak efisien, apalagi kita bandingkan dengan Malaysia, Vietnam," ujar Nawir.
"ICOR Indonesia dari 2011-2015 itu memburuk, 2015-2018 ada perbaikan, meski kecil. Secara regional, kalau kita lihat daerah-daerah yang tenaga kerja nya mahal, itu ICOR- nya tinggi, daerah-daerah yang baru berkembang ICOR nya justru kecil," dia menambahkan.
Menurut Nawir, salah satu masalah yang menghambat investasi di negara berkembang seperti Indonesia adalah korupsi. Berdasarkan survei Bank Dunia pada 2018, korupsi menjadi masalah utama dalam menjalankan bisnis.
"Demikian juga dengan birokrasi pemerintahan. Meski faktor satu ini mengalami penurunan access to financing cukup penting untuk diperhatikan," kata dia.
Selain itu, kata Nawir, proses pendirian pabrik di Indonesia terbillang masih sulit. Hal ini membuat masalah pengangguran masih belum tuntas di Indonesia.
"Masalah tenaga kerja menjadi faktor penting untuk diselesaikan, demikian juga dengan masalah pembukaan pabrik, di Indonesia masih terbilang sulit," kata dia.
Pertumbuhan ekonomi, Nawir menambahkan, juga perlu diiringi dengan penurunan defisit transaksi berjalan. Dengan begitu, laju pertumbuhan bisa beriringan dengan stabilitas ekonomi.
"Jangan sampai ada peningkatan pertumbuhan namun defisitnya juga sama. Kalau bisa menjaga stabilitas dan pertumbuhan bersamaan," kata dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Addi M Idhom