tirto.id - Pemerintah rencananya akan melakukan impor sejumlah komoditas pangan, khususnya bawang putih dan daging sapi demi menjaga ketersediaan stok pangan tersebut menjalang Ramadan 2023.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, saat ini izin impor bahan pangan sudah dikeluarkan. Kebijakan tersebut dilakukan untuk menjaga ketersediaan pangan serta juga dapat mengendalikan harga bahan pokok tersebut di pasar – pasar rakyat.
“Izin Impor sudah rilis,” ujar Arief ketika sedang di Istana Kepresidenan selepas mengikuti Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas), Jakarta, Jumat (24/2/2023).
Arief menjelaskan, izin impor komoditas bawang putih sebanyak lebih dari 200 ribu ton sudah dirilis. Adapun, harganya dari impor negara asal yaitu China sekitar 150 dolar AS per ton.
Menurut Arief, dengan melakukan impor bawang putih, ia memastikan ketersediaan bawang putih di Indonesia akan aman selama satu semester tahun ini, dan juga diharapkan mampu menekan harga bawang putih yang akhir – akhir ini megalami kenaikan.
Kemudian, dia menjelaskan untuk realisasi impor bawang putih semester berikutnya, pihaknya masih menunggu hasil dari rapat dengan pemerintah.
“Impor bawang putih dilakukan melihat stok yang tersisa berapa, importasi, dan realisasi berapa, akan dilakukan importasi semester kedua,” ucapnya.
Tidak hanya bawang putih, Bapanas juga mendapat tugas dari pemerintah untuk mempercepat impor sebanyak 100 ribu ton daging kerbau, daging beku dan daging sapi beku.
Bapanas nantinya akan terus mengkawal prosesnya, sehingga importasi ini bisa tiba pada pertengahan Maret 2023 menjelang puasa dan lebaran. Hasilnya, ketersediaan stok dapat terjaga secara bertahap sepanjang tahun.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menugaskan kepada Bapanas untuk mencari negara alternatif sumber impor daging sapi. Karena, selama ini Indonesia mengandalkan impor daging sapi hanya bergantung pada negara Australia.
“Beliau menyampaikan agar ada alternatif negara untuk country origin sapi selain dari Australia ini,” jelas Arief.
Sebab, Jokowi mengatakan kepada Bapanas, mengingatkan kondisi yang terjadi pada 2 – 3 tahun yang lalu saat harga daging sapi Australia mengalami kenaikan, akibat terjadinya banjir di negara tersebut.
“Kemudian sekarang sudah mulai turun, tapi apabila kondisi seperti ini terjadi lagi, harusnya disandingkan dengan country origin yang lain supaya berimbang,” ujarnya.
Arief pun mempertimbangkan ada beberapa negara yang dapat dijadikan alternatif sumber impor daging sapi, salah satunya adalah negara Brazil dan Mexico. Mengenai Brazil, Arief mengatakan selisih harga daging sapi sekitar 5 sampai 10 persen lebih murah ketimbang Australia.
“Cuma Brazil itu agak jauh jadi perlu waktu lebih dari dua bulan untuk memasukkan, untuk sapi hidup ya kami katakan. Karena, untuk menggerakkan ekonomi itu salah satunya adalah fattening atau penggemukan sapi yang ada di peternak – peternak Indonesia,” katanya.
Di sisi lain, pemerintah juga diminta untuk mempertimbangkan aspek spesifik apabila ingin mengimpor sapi dari Brazil, misalnya terkait dengan kepastian terbebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK).
“Itu juga dalam bahasan, tapi intinya harus diberikan negara alternatif untuk pemasukan produk ini,” pungkasnya.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Restu Diantina Putri