Menuju konten utama

Bandung 'Gotham City': Maraknya Kriminalitas, Warga Makin Cemas

Julukan Bandung 'Gotham City' sempat ramai di medsos akibat maraknya kriminalitas di kota ini, terutama di malam hari.

Bandung 'Gotham City': Maraknya Kriminalitas, Warga Makin Cemas
Suasana malam hari di seberang alun-alun Kota Bandung. (FOTO/iStockphoto).

tirto.id - Nanda Naradhipa (24) baru menyelesaikan urusannya di daerah Leuwigajah, Kota Cimahi hendak pulang menuju rumahnya di di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Senin, 8 Agustus 2022.

Sekitar pukul 21.00 WIB, ia melaju sendirian menunggang motor. Jalanan masih juga ramai, tapi memasuki wilayah perbatasan Kota Cimahi-Kabupaten Bandung Barat lalu-lalang kendaraan mulai sepi.

Saat ia melintas di Jalan Kolonel Masturi, di jalan gelap tanpa lampu penerangan, tiba-tiba motornya terasa dihantam benda keras dari arah samping. Tubuhnya terpelanting jatuh menyungkur aspal jalanan. Ia tidak sadarkan diri usai jatuh dari motor.

Saat membuka mata, Nanda pun mendapati diri sudah tergolek lemas di bawah sorotan lampu ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD). Belakangan, ia mendapat cerita dari sanak keluarga bahwa malam itu ia baru saja jadi korban begal.

"Warga yang mendengar kencang suara motor jatuh, langsung turun ke jalan. Mereka melihat ada dua orang yang langsung kabur menggunakan sepeda motor. Begal itu nunggu di tempat gelap, karena keburu ada warga, motor saya enggak sempat diambil. Malam itu (motor) dipukul pakai besi besar," kata Nanda saat mengulang ceritanya kepada kontributor Tirto, Kamis (23/2/2023) dini hari.

Selain cedera di kepala, kelima gigi Nanda patah dan tulang rahang retak. "Saya dirawat tiga hari, dan butuh dua bulan untuk pemulihan. Sampai sekarang masih was-was kalau naik motor, suka pusing. Diusahakan tidak pulang lewat jam sembilan malam, apalagi kalau sendiri."

Nanda mengeluhkan minimnya lampu penerangan jalan raya, dan "seumur-umur saya enggak pernah lihat ada mobil patroli polisi di sana," aku Nanda.

Sehari sebelumnya, Zuhdi Fajar Muttaqin (24), seorang petani muda asal Cijapati, dipukuli dan tubuhnya ditusuk sampai tujuh kali oleh anak-anak muda yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Malam itu sekira pukul 23.00 WIB, ia melintas di Jalan Tamblong, Kota Bandung, hendak menuju tempat makan menikmati akhir pekan bersama beberapa kawan.

"Kami papasan dengan sekelompok orang bersepeda motor. Ketika di lampu merah depan SPBU Jalan Tamblong, mereka menggeber knalpot dan teriak-teriak. Teman saya otomatis ngeliat ke mereka, terus tiba-tiba malah dipukuli. Saya coba bantu, saya coba lawan dan akhirnya dikeroyok juga. Saya enggak sadar, saya ternyata ditusuk. Setelah itu langsung dibawa ke rumah sakit," katanya.

Keluhan Warga soal Bandung 'Gotham City'

Korban kejahatan jalanan di malam hari di Kota Bandung tak hanya Nanda dan Zuhdi. Tindak kejahatan berupa pembegalan, penjambretan, penganiayaan, hingga pembunuhan semakin sering terjadi di Kota Bandung hingga Januari 2023.

Bahkan Kota Bandung sempat viral dan mendapat julukan "Gotham City" oleh warganet karena maraknya tindak kejahatan di malam hari. Ya, Bandung Gotham City, kota fiksi yang kelam dan identik dengan kekacauan dan kriminalitas di film Batman.

Kerawanan Bandung Raya membuat warga merasa tidak aman, bahkan takut beraktivitas pada malam hari. Elfrida (26), yang bekerja di suatu perusahaan yang letaknya persis berada di jantung Kota Bandung, Jalan Asia-Afrika mengeluhkan hal yang sama.

Di tempatnya, para buruh kerap bertukar jam kerja dalam dua sif. Pertama, dari pagi hingga sore. Sif kedua dari jam 14.00 WIB sampai 21.00 WIB. Teman-temannya merasa was-was ketika harus masuk di sif kedua itu, takut pulang malam.

Terlebih, kata Elfrida, "sebagian ada yang pulangnya jauh, misalnya ada yang di Rancaekek atau di daerah Cibiru (Kabupaten Bandung), ada juga yang pulang ke Cimahi," ujarnya.

Kota Bandung di Malam Hari

Warenhuis de Vries adalah salah satu bangunan peninggalan Belanda di Jalan Asia Afrika Bandung. (FOTO/iStockphoto)

Elfrida sendiri baru saja pindah indekos dari daerah Tegallega, ke kawasan Dago --daerah yang mendekati pusat kota dengan penerangan jalan yang lebih baik dibanding Tegallega, meski dari sisi biaya hidup yang terhitung jauh lebih mahal pula.

"(Pindah) agar lebih nyaman dan karena takut. Kebetulan saya punya pengalaman mau dibegal di daerah Husein. Malam itu saya sudah dikejar dua orang yang boncengan. Saya mau disabet samurai, saya langsung ngebut dan (sabetan samurai) untungnya cuma kena jok motor saya, (jok motor) sobek," katanya.

Ketakutan Elfrida dan teman-teman kerjanya tak bisa dipendam, mereka pun sepakat mengusulkan agar jam kerja dan pulang kantor dimajukan. Usulan ini kemudian disepakati manajemen. Sampai sekarang, kebijakan itu masih berlaku sampai batas waktu yang belum ditentukan, sampai situasi aman.

"Kebijakan itu memang diambil dengan pertimbangan keamanan, agar pekerjanya tidak pulang terlalu malam," jelasnya. Maraknya kriminalitas di Bandung Raya tidak hanya dikeluhkan warga yang berada di pinggiran atau daerah perbatasan yang merasa terancam, pun mereka yang tinggal di pusat Kota Bandung.

Mengapa Kriminalitas Marak di Bandung?

Merujuk laporan akhir tahun Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Jawa Barat, jumlah tindak pidana pada 2022 memang paling banyak tercatat di Bandung Raya (Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi). Total jumlah tindak pidana di Bandung Raya mencapai 4.491 kasus selama 2022.

Jumlah tindak pidana tersebut terbilang paling tinggi dibanding daerah lain seperti Bogor 2.794 kasus, Karawang 1.461 kasus, Purwakarta 1.002 kasus, serta kota kabupaten lainnya yang juga berada di wilayah hukum Kepolisian Daerah Jawa Barat. Beberapa jenis tindak pidana yang paling sering terjadi di antaranya pencurian dengan pemberatan, pencurian dengan kekerasan, curanmor, penganiayaan, hingga penipuan.

Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala menilai, tindakan kriminal yang terjadi di jalanan Bandung dapat dikaitkan dengan pandemi COVID-19 yang mulai mereda. "Jalan-jalan sudah ramai. Pelaku kejahatan jalanan yang selama ini 'haus' sekarang melihat banyak orang pakai dompet tebal, kalung emas atau motor yang laris di pasar gelap," jelasnya.

Bandung Raya diakui memiliki daya tarik, jumlah penduduknya padat dan ramai dikunjungi. Pemerintah Kota Bandung, misalnya, sempat mengklaim jika penduduk Kota Bandung pada malam hari mencapai 2,5 juta jiwa, sementara pada siang hari membengkak 3,7 juta jiwa. Saban hari, ada sekitar 1,2 juta orang yang beraktivitas keluar masuk kota ini.

Menurut data Direktorat Jenderal Kependudukan dan pencatatan Sipil (Dukcapil), Kota Bandung merupakan wilayah terpadat di Provinsi Jawa Barat. Pada Juni 2022, penduduk Kota Bandung mencapai 2,53 juta jiwa. Sedangkan wilayahnya seluas 166,59 km persegi, maka kepadatan penduduk Kota Bandung mencapai 15.190 jiwa per km persegi.

"Probabilitas untuk saling senggol, tabrak atau benturan sangat tinggi. Apalagi jika disengaja seperti halnya kalau orang berniat jahat," kata Adrianus Meliala.

Selain itu, menurut Adrianus, maraknya tindak kejahatan dinilai berkaitan dengan kemiskinan dan minimnya tawaran lapangan pekerjaan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan di Bandung Raya terbukti mengalami peningkatan selama pandemi COVID (2019-2021).

Pada 2019, orang miskin di Kota Bandung mencapai 84,67 ribu orang, pada 2020 meningkat menjadi 100,02 ribu orang, dan pada 2021 orang miskin di Kota Bandung disebut bertambah lebih dari 12 ribu orang menjadi yakni menjadi 112,50 ribu orang.

Peningkatan kemiskinan itu juga terjadi di Kabupaten Bandung Barat (2019: 159,03 ribu orang miskin, 2020: 179,46 ribu orang, 2021: 190,77 ribu orang), Kabupaten Bandung (2019: 232,2 ribu orang miskin, 2020: 263,6 ribu orang, 2021: 269,2 ribu orang), dan Kota Cimahi (2019: 26,9 ribu jiwa orang miskin, 2020: 31,6 ribu orang, 2021: 32,5 ribu orang).

Dosen Departemen Kriminologi FISIP Universitas Indonesia, Josias Simon menilai kondisi makro saat ini dalam kondisi peralihan pandemi ke normal atau nonpandemi. Dampaknya terkait ke situasi ekonomi yang mulai membaik, namun tidak memberikan tawaran lapangan pekerjaan yang baik bagi beberapa orang. "Lalu dunia kriminalitas itu yang dimasuki oleh beberapa orang untuk mendapatkan penghidupan mereka," ujarnya kepada kontributor Tirto, Rabu (22/2/2023).

Kota Bandung di Malam Hari

Jalan Ir. H. Djuanda, atau dikenal sebagai Dago, di Bandung. (FOTO/iStockphoto)

Salah satu penyebab maraknya tingkat kriminalitas di Bandung Raya bisa terkait faktor kemiskinan. Faktor lain yang mempengaruhi terkait infrastruktur yang memadai. Misal, kelayakan dan pemerataan lampu jalan atau penerangan jalan umum (PJU). "(Lampu penerangan jalan) itu sangat penting," tegas Adrianus Meliala.

Josias juga sepakat dengan Adrianus terkait lampu jalan atau PJU ini. "Demi mewujudkan kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat) di Bandung, tidak hanya [peran] kepolisian tapi juga pemerintah daerah, sarana prasarana pendukung juga sangat penting. Lihat lokasinya bagaimana, banyakkah orang lewat ke jalur atau area di situ," jelasnya.

Kurangnya lampu PJU tersebut diakui oleh Pemerintah Kota Bandung. Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, bahkan sempat mengklaim sudah menganggarkan uang senilai Rp24 miliar untuk penambahan sarana prasarana penunjang keamanan itu.

"Di anggaran (APBD) perubahan untuk PJU (Penerangan Jalan Umum) dan PJL (Penerangan Jalan Lingkungan) serta ada juga untuk CCTV, sudah kita siapkan. Karena faktanya kejadian kejadian itu (kriminalitas) bisa terekam CCTV," kata Wali Kota Bandung, Yana Mulyana dalam keterangannya, Kamis (17/11/2022).

Dalam pemberitaan Tirto sebelumnya, dijelaskan bahwa keluhan kondisi Kota Bandung dalam hal tata kota, transportasi, penerangan jalan, sampah, atau banjir berbanding lurus dengan hasil survei Daftar Kota Berkelanjutan di Indonesia yang dirilis oleh UI GreenMetric pada Juli 2022.

Dalam daftar itu, Kota Bandung tidak masuk sebagai kota yang berkelanjutan. Menurut Ketua UI GreenMetric, Prof. Dr. Ir. Riri Fitri Sari, dalam “Pengumuman dan Pemberian Anugerah UI Greencitymetric Rankings 2022” pada Kamis (21/7/2022), pemeringkatan kota/kabupaten pertama di Indonesia ini dilandasi atas tiga pilar, yakni Lingkungan Hidup, Ekonomi, dan Sosial.

Bobot indikator penilaiannya terdiri dari Penataan Ruang dan Infrastruktur, Energi dan Perubahan Iklim, Tata Kelola Sampah dan Limbah, Tata Kelola Air, Akses dan Mobilitas, Tatapamong/Governance.

Di samping sarana prasarana penunjang, Josias Simon juga menilai, sebagai ruang hidup manusia Kota Bandung masih bermasalah dalam pembinaan dan penyaluran aktivitas anak muda.

Mengingat, Kota Bandung memiliki akar yang kuat tumbuhnya kelompok-kelompok geng motor di era 90-an. Meski kini mereka bertransformasi menjadi organisasi-organisasi masyarakat, pemerintah daerah dinilai harus terus konsisten melakukan pembinaan dan membuka ruang yang luas bagi segala kreativitas.

"Anak-anak muda ini juga punya arenanya sendiri, kekhasan sendiri, ini harus diperhatikan tidak bisa diabaikan. Berikan penyaluran untuk mereka, ekspresi mereka, kalau tidak tersalurkan, ya, bisa masuk ke wilayah yang melanggar hukum. Menurut saya, itu salah satu persoalan utama di Bandung," katanya.

Efektifkah Imbauan Siskamling?

Merespons maraknya tindak kejahatan di Kota Bandung, Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, sempat memberikan imbauan agar masyarakat menggalakkan Sistem Keamanan Lingkungan alias Siskamling.

Yana percaya jika Siskamling kembali digalakkan bisa menjadi langkah mengantisipasi dan meminimalisir tindak kejahatan, serta memberikan rasa aman dan nyaman.

“Jaga keamanan. Untuk pihak kewilayahan, giatkan lagi siskamling. Di ranah pemerintah, kita minta Dishub, Satpol PP rutin gelar operasi,” ujarnya.

Menanggapi hal itu, kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala mengatakan siskamling baik untuk jenis kejahatan tertentu yang di permukiman saja. "Menghadapi penipu yang pura-pura mengaku suruhan orang kantor atau pelaku gendam, siskamling sudah enggak mempan," ujar Adrianus.

Maka, perlu ada strategi dan inisiatif lain untuk kejahatan lain-lain. Jadi, pemerintah daerah mesti kreatif membuat program, khususnya yang menyertakan masyarakat.

Baca juga artikel terkait KOTA BANDUNG atau tulisan lainnya dari Dikdik Ripaldi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Dikdik Ripaldi
Penulis: Dikdik Ripaldi
Editor: Maya Saputri