tirto.id - Para pemimpin Dana Moneter Internasional (IMF) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengingatkan dampak negatif deglobalisasi bagi ekonomi global. Kemudian mereka juga mendorong langkah-langkah cerdas untuk mendiversifikasi rantai pasokan.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menuturkan dunia menghadapi tantangan terbesar sejak perang dunia kedua setelah pandemi COVID-19 dan perang Rusia di Ukraina.
"Jangan menghentikan perdagangan yang membuat kita semua lebih baik," katanya setelah pertemuan dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz dikutip dari Antara, Rabu (30/11/2022).
Sementara itu, Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala, memprediksi hancurnya ekonomi global menjadi dua blok perdagangan akan mengurangi produk domestik bruto global sebesar 5,0 persen dalam jangka panjang.
"Mundur dari perdagangan, menjadi proteksionis akan membuat lebih sulit - bukan lebih mudah - untuk menyelesaikan masalah yang kita miliki sekarang," kata Okonjo-Iweala.
"Proteksionisme, decoupling, fragmentasi sangat mengganggu dan akan sangat mahal," tambahnya.
Baik Okonjo-Iweala maupun Georgieva mengatakan bahwa dampak deglobalisasi dan fragmentasi akan berdampak paling parah pada negara berkembang dan pasar negara berkembang. Dampak terhadap produk domestik bruto (PDB) di negara-negara tersebut akan mencapai dua digit.
Okonjo-Iweala menyerukan langkah untuk mendekonsentrasikan manufaktur dengan cara yang cerdas dan memperingatkan agar tidak terlalu mengandalkan satu sama lain.
"Siapa itu teman? Seorang teman hari ini mungkin menjadi sangat tidak ramah besok," katanya.
Georgieva mengatakan pertumbuhan akan melambat di Amerika Serikat dan Cina. Dia mengatakan data menunjukkan pertumbuhan global yang lebih rendah tahun depan daripada tingkat 2,7 persen yang diproyeksikan IMF pada pertengahan Oktober.
"Sentimen bisnis dan konsumen menunjukkan pelemahan aktivitas di kuartal keempat tahun ini dan berlanjut ke arah yang sama di tahun 2023," katanya.
Sekitar sepertiga dari ekonomi dunia dan sekitar setengah dari Uni Eropa akan meluncur dalam resesi pada tahun 2023. Dia menambahkan bahwa inflasi saat ini diproyeksikan akan bertahan lebih lama, meskipun secara bertahap dapat turun menjadi sekitar 6,5 persen tahun depan.