tirto.id - Ada masa kampanye bagi semua pihak yang berlaga pada Pemilu 2019. Di media massa, pasangan capres-cawapres, caleg, calon anggota DPD, serta partai politik boleh muncul lewat iklan selama 21 hari, sejak 24 Maret hingga 13 April 2019.
Berbagai video iklan dari para partai politik peserta Pemilu 2019 pun bermunculan di masa itu. Mulai dari iklan bertema anak muda ala Partai Berkarya, video lagu dangdut bertema jadul dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI), hingga iklan dari Perindo yang menampilkan mars ikonik mereka.
Iklan-iklan dari parpol tersebut berseliweran tiap hari di berbagai media, salah satunya televisi yang dianggap sebagai medium efektif karena dapat menjangkau publik lebih luas. Pada 2016, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyebut 87,70 persen dari 9.419 responden keluarga dan individu tercatat memiliki akses terhadap televisi.
Berapa banyak uang yang telah dikeluarkan partai politik untuk iklan televisi?
Tirto telah merangkum total belanja iklan yang dikeluarkan partai-partai politik peserta Pemilu 2019. Data diambil dari Adstensity, sebuah platform monitoring iklan televisi. Data yang dirangkum merupakan belanja iklan 16 partai politik peserta pemilu (tidak termasuk partai politik local Aceh) di televisi pada periode 24 Maret hingga 13 April 2019.
Perindo Tertinggi, PSI Kedua
Sepanjang periode 24 Maret hingga 13 April 2019, belanja iklan terbanyak dipegang Perindo. Partai yang telah berdiri sejak empat tahun lalu itu menghabiskan dana Rp85,58 miliar untuk beriklan di televisi. Lebih dari setengah belanja iklan tersebut (Rp67,78 miliar) digunakan di tiga stasiun televisi yaitu RCTI, MNC TV, dan Global TV.
Pendiri dan Ketua Umum Perindo adalah Hary Tanoesoedibjo, pemilik jaringan media MNC Group (RCTI, MNC TV, Global TV).
Partai dengan belanja iklan terbanyak kedua adalah PSI. Partai yang berdiri pasca-Pemilu 2014 itu menghabiskan dana Rp45,20 miliar sejak 24 Maret lalu. Menurut Adstensity, PSI tercatat telah beriklan di 13 televisi swasta dan nasional.
Partai urutan ketiga, ada Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Partai yang didirikan Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM, Wiranto, tersebut telah menghabiskan dana Rp42,04 miliar.
Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) merupakan partai yang paling sedikit mengeluarkan dana belanja iklan di televisi. Sepanjang 24 Maret hingga 13 April, Gerindra hanya menghabiskan Rp7,73 miliar untuk beriklan di televisi. Belanja iklan Partai Gerindra hanya lebih sedikit dibandingkan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan belanja sebanyak Rp13 miliar dan Partai Bulan Bintang dengan pengeluaran sebanyak Rp14,06 miliar.
Iklan di Film dan Sinetron Laris Manis
Iklan kampanye partai-partai politik setidaknya tayang di 13 stasiun televisi swasta dan nasional dalam berbagai jenis program di televisi.
Tirto lalu mengelompokkan program-program televisi yang menayangkan iklan dari partai-partai politik di sela acara mereka. Program tersebut dibagi menjadi lima kategori, yaitu: berita/news, entertainment, film & sinetron, talkshow, serta sports.
Setelah dibagi per kategori, program film/sinetron paling laris menerima iklan partai politik peserta pemilu. Jenis program tersebut telah menayangkan 2.238 iklan partai politik dengan nilai sebesar Rp158,77 miliar.
Hal tersebut masuk akal. Selain mempunyai jam tayang yang lebih luas, Komisi Penyiaran Indonesia pada indeks kualitas program siaran televisi 2017 mencatat 33 persen masyarakat menonton tayangan sinetron. Angka tersebut lebih tinggi ketimbang angka tayangan entertainment sebanyak 15 persen dan news sebanyak 10 persen.
Kategori program terlaris kedua adalah berita. Selama program news berlangsung, setidaknya 4.611 iklan partai politik telah ditayangkan di sela-sela acara dengan nilai iklan mencapai Rp127,40 miliar.
Sedangkan kategori entertainment menjadi program dengan belanja iklan partai politik terbanyak ketiga. Setidaknya 1.909 iklan kampanye telah ditayangkan disela program-program tersebut. Total nilai iklan mencapai Rp85,33 miliar.
Kategori program lainnya, sports dan talkshow masing-masing menayangkan 526 iklan senilai Rp28,38 miliar serta 572 iklan senilai Rp25,08 miliar.
Iklan dengan Respons Negatif
Penayangan iklan-iklan kampanye tersebut ditujukan untuk menarik perhatian masyarakat. Namun, masyarakat perlu memperhatikan konten yang disajikan apakah sesuai peraturan dan etika.
Iklan kampanye PKS yang berjudul ‘Istri Diculik’ sempat diprotes kelompok peduli disabilitas mental karena dianggap merendahkan orang dengan gangguan jiwa. Aliansi Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa bahkan membuat petisi yang meminta iklan tersebut berhenti ditayangkan.
Editor: Maulida Sri Handayani