tirto.id -
Hal ini disampaikan Juju melalui keterangan tertulisnya yang diterima Tirto pada Kamis (15/11/2018). Juju menegaskan pernyataan Grace menolak Perda Syariah karena alasan daerah bisa memaksakan kebijakan berbusana pada masyarakatnya bertentangan dengan ajaran Islam yang memang menginginkan umatnya memakai busana muslim.
"Pernyataan tersebut [dari Grace] jelas sangat tendensius dan bertentangan dengan keyakinan cara berpakaian perempuan penganut agama Islam," tegas Juju.
Juju juga menilai bahwa pernyataan itu menimbulkan dugaan bahwa PSI merupakan partai yang anti pada agama. Padahal di Indonesia semuanya harus berpatokan pada Ketuhanan Yang Maha Esa.
"Tentu ini sangat dan bisa mengganggu kerukunan umat beragama. Sebagai negara berdasar Pancasila, kita harus menghargai dan menghormati agama yang diakui dan dianut di Indonesia," kata Juju lagi.
Namun penilaian Juju bertolak belakang dengan keterangan Grace hari Minggu (11/11/2018). Selain menolak Perda Syariah dan Injil, Grace juga mengemukakan alasannya.
“Partai ini tidak akan pernah mendukung Perda Injil atau Perda Syariat. Tidak boleh ada lagi penutupan rumah ibadah secara paksa,” kata dia di Tangerang.
Menurut Grace, keberadaan perda-perda syariat maupun injil dapat membatasi kebebasan masyarakat. Misalnya, kata Grace, perda semacam itu bisa memaksa siswa untuk berbusana tertentu hingga dapat membatasi kebebasan umat dalam beribadah.
“Ini ingin kami perangi karena Indonesia itu masyarakatnya beragam. Jika kami tidak menjaga keberagaman ini, Indonesia bisa menjadi Suriah atau Irak, dan akhirnya tidak ada yang diuntungkan,” kata Grace.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Yulaika Ramadhani