tirto.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 133,94 poin atau 2,44 persen seiring penurunan yang terjadi pada bursa global dan regional, menurut riset Samuel Sekuritas.
Penurunan tersebut membawa perdagangan saham Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin (9/3/2020) sesi I memperjualbelikan IHSG pada 5.364,6 poin.
Sementara, indeks LQ45 atau kelompok 45 saham unggulan diperjualbelikan pada 852,78 setelah bergerak turun 34,25 poin atau 3,86 persen.
Dilansir dari Antara, turunnya harga minyak juga menjadi pemicu anjloknya IHSG pada perdagangan hari ini. West Texas Intermediate (WTI) dan Brent Oil mengalami penurunan masing-masing menuju level 32,4 dolar AS per barel atau 21,5 persen dan 35,31 dolar AS per barel atau 22 persen.
Hal ini terjadi setelah Rusia menolah untuk turut serta dalam pemotongan produksi yang diikuti dengan penurunan harga jual oleh Arab Saudi.
Di sisi lain, dalam laporan berjudul “The Economic Impact of the Covid-19 Outbreak on Developing Asia” yang dibuat Asian Development Bank (ADB) memperkirakan ekonomi global mengalami kerugian sebesar 347 miliar dolar AS atau setara dengan Rp4.944 triliun akibat wabah COVID-19.
Nilai tersebut lebih besar 8,6 kali jika dibandingkan dengan kerugian ekonomi akibat wabah SARS pada 2013 yang menjapai 40 miliar dolar AS.
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain indeks Nikkei melemah 1.176,5 poin atau 5,67 persen ke 19.573,3, indeks Hang Seng melemah 1.086,5 poin atau 4,16 persen menuju 25.060,2 poin, dan indeks Straits Times melemah 113,27 poin atau 3,83 persen ke 3.847,17 poin.
Sedangkan, perdagangan akhir pekan lalu ditutup melemah seiring dengan penurunan yang terjadi pada bursa saham global. IHSG bergerak turun 139,59 poin atau 2,48 persen menjadi ditutup pada 5.498,54 dan indeks LQ45 atau kelompok 45 saham unggulan melemh 32,65 poin atau 3,55 persen menjadi 887,03.
Di sisi lain, wabah Corona masih membayangi para pelaku pasar hingga menghambat kinerja pertumbuhan indeks. Dilansir dari Antara, data makroekonomi domestik yang diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap pasar nyatanya tidak berpengaruh besar pada bursa saham.
Lebih lanjut, Analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji Gusta mengatakan para pelaku pasar global masih terus memantau sebab data US Nonfarm Payroll akan dirilis. Diharapkan, data tersebut akan menopang pertumbuhan indeks pada bursa saham global.
Tidak hanya Indonesia, seluruh bursa saham global mengalami penurunan yang tajam diakibatkan oleh kekhawatiran pasar terhadap wabah COVID-19. Para investor merespon negatif hingga membuat IHSG jatuh hingga lebih dari 4 persen sepanjang perdagangan sepekan lalu.
Dilansir dari Antara, perusahaan Manajer Investasi Eastspring Investments Indonesia menilai volatilitas indeks masik akan tetap tinggi. Para pelaku pasar masih bereaksi negatif dalam jangka pendek terkait dengan penyebaran COVID-19 dan cenderung menempatkan aset mereka pada safe haven seperti obligasi atau emas.
Lebih lanjut, Eastspring memprediksikan pasar akan pulih dalam jangka menengah panjang seperti bagaimana kondisi pasar pada tahun 2003 ketika wabah SARS melanda dunia.
Mengatasi hal tersebut, Kepala Makro Ekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat menyarankan pada investor untuk tetap cermat dan jeli menghadapi anjloknya pasar finansial saat ini.
Penting bagi para investor untuk menentukan sikap terutama antisipasi peluang keuntungan ketika terjadi krisis. Selain itu, ketepatan membaca angka dan analisa juga menjadi poin utama yang harus dilakukan saat ini.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Yantina Debora