Menuju konten utama

IDI Minta Semua Dokter Waspadai Penularan Cacar Monyet di Indonesia

IDI meminta agar tenaga kesehatan segera melapor ke dinas kesehatan (dinkes) setempat saat menemukan gejala cacar monyet pada pasien.

IDI Minta Semua Dokter Waspadai Penularan Cacar Monyet di Indonesia
Ilustrasi Cacar Monyet. foto/IStockphto

tirto.id - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta semua dokter mewaspadai gejala cacar monyet atau monkeypox pada pasien. Hal itu disampaikan Ketua Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI, Agus Dwi Susanto.

“Tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat yang menemukan gejala cacar monyet pada pasien agar segera melakukan tindak lanjut dengan tes PCR [polymerase chain reaction] yakni metode pemeriksaan virus cacar monyet dengan mendeteksi DNA virus tersebut,” kata Agus dalam keterangan tertulis, Rabu (27/7/2022).

Agus juga meminta agar tenaga kesehatan (nakes) segera melapor ke dinas kesehatan (dinkes) setempat saat menemukan gejala cacar monyet pada pasien. Hal itu agar pemerintah bisa segera melakukan surveilans dan tindakan lebih lanjut lainnya.

Menurut Agus, upaya menghindari kontak dengan pasien yang diduga terinfeksi cacar monyet merupakan pencegahan paling efektif pada saat kejadian luar biasa (outbreak). Hal itu diiringi dengan upaya surveilans dan deteksi dini kasus aktif untuk mencegah penyebaran yang lebih luas.

“Pemahaman yang baik terhadap infeksi cacar monyet dan kewaspadaan dini terhadap kejadian luar biasa atau outbreak menjadi modal utama dalam aspek pencegahan,” kata dia.

Sementara itu, Adityo Susilo dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) menerangkan cacar monyet adalah penyakit bersifat zoonosis yang penularan utamanya melalui kontak manusia dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada mukosa maupun kulit hewan yang terinfeksi. Memakan daging hewan terinfeksi yang tidak dimasak dengan matang juga dikatakan dapat menjadi metode penularan lainnya.

“Adapun penularan antar manusia, diduga dapat terjadi sebagai akibat dari kontak erat dengan pasien yang terinfeksi secara langsung melalui paparan terhadap sekresi saluran napas yang terinfeksi, kontak dengan lesi kulit pasien secara langsung, maupun berkontak dengan objek yang telah tercemar oleh cairan tubuh pasien,” kata Adityo dalam keterangan pers yang sama.

Pengurus Pusat Perhimpunan Kedokteran Tropis dan Penyakit Infeksi Indonesia (PETRI) itu mengatakan transmisi secara vertikal dari ibu ke janin melalui plasental (infeksi cacar monyet kongenital) juga dimungkinkan terjadi. Hingga saat ini, Adityo menyebut belum ada pengobatan yang spesifik untuk infeksi cacar monyet.

Adityo mengingatkan masyarakat Indonesia untuk waspada lantaran Singapura sudah melaporkan kasus pertama cacar monyet. Ia mengatakan risiko fatalitas cacar monyet ini lebih tinggi pada kelompok anak-anak, ibu hamil, lanjut usia (lansia), dan orang dengan imunitas rendah (imunosupresi).

“Namun demikian, dengan berkaca kepada pandemi COVID-19 yang telah melanda, kita harus selalu optimistis bahwa dengan bekerja sama, dunia akan mampu bergerak secara cepat menyikapi situasi ini,” tambah dia.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah menetapkan cacar monyet sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC). Hingga kini penyakit tersebut belum terdeteksi di Indonesia.

Baca juga artikel terkait PENULARAN CACAR MONYET atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Gilang Ramadhan