tirto.id -
Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesian Corruption Watch (ICW) Donald Fariz menilai, salah satu penyebab munculnya calon independen dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) karena praktik nepotisme dan mahalnya mahar politik.
Menurut Donald, pihaknya mencatat terdapat sejumlah kasus dalam pengusungan calon kepala daerah dari partai politik (parpol) yang kental dengan praktik nepotisme antara calon yang akan diusung dengan ketua umum partai.
“Misalkan ada seorang kepala daerah dekat dengan ketua umum partai, kemudian dia memiliki anak mendapat kartu eksklusif untuk pencalonan kepala daerah,” kata Donald, di Jakarta, Selasa (22/3/2016).
Donald menambahkan, kedekatan seseorang dengan para petinggi partai dapat memengaruhi dalam pencalonan kepala daerah. Hal ini, lanjut dia, menjadi salah satu penyebab para kandidat yang memiliki kualitas tidak mendapat kendaraan parpol, sehingga lebih memilih jalur perseorangan.
Selain nepotisme, Donald menyebut pengusungan calon dari parpol banyak meminta mahar politik. Hal tersebut, kata dia, membuat seseorang yang berkualitas dan berniat memimpin suatu daerah mengundurkan diri.
Aktivis ICW ini menilai, fenomena lahirnya calon perseorangan dikarenakan oleh tidak adanya kandidat dari internal partai yang dianggap berkualitas dan mampu memimpin suatu daerah. Bahkan, lanjut Donald, para pemimpin yang berkualitas dan disukai oleh rakyat justru datang dari eksternal yang kemudian mendapat dukungan parpol. (ANT)