Menuju konten utama

ICW: Densus 88 Tak Seperti Pasukan Elite!

Peneliti hukum Indonesia Corruption Watch, Donal Fariz, menilai tindakan Detasemen Khusus 88 Antiteror yang menangkap terduga teroris di Klaten, Siyono, tanpa surat penangkapan dan memulangkannya dalam keadaan tidak bernyawa menunjukkan ketidakprofesionalan sebagai pasukan elite kepolisian.

ICW: Densus 88 Tak Seperti Pasukan Elite!
Anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto.

tirto.id - Peneliti hukum Indonesia Corruption Watch (ICW), Donal Fariz, menilai tindakan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror yang menangkap terduga teroris di Klaten, Siyono, tanpa surat penangkapan dan memulangkannya dalam keadaan tidak bernyawa menunjukkan ketidakprofesionalan sebagai pasukan elite kepolisian.

“Densus 88 itu pasukan elite, tetapi kok tindakannya seperti itu. Padahal pernah dilatih sampai ke Australia dengan biaya negara yang tidak sedikit," kata Donal di Jakarta, Minggu (03/4/2016).

Donal juga mengatakan Densus 88 tak ubahnya seperti polisi biasa dalam menangani tindakan kriminal. "Pasukan elit harus hati-hati dalam mencari pelaku kejahatan dan bekerja sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku. Pasukan elite harus melakukan tindakan-tindakan yang elite," ujarnya pula.

Ia menduga adanya kejanggalan dalam pemberian dua gepok uang kepada pihak keluarga Siyono. "Sebelumnya sudah pernah terjadi, polisi digugat oleh masyarakat karena salah tembak dan dimintai ganti rugi, tetapi tidak diberikan. Mengapa kali ini, tanpa diminta, ada yang memberikan uang kepada keluarga Siyono," tukas Donal.

Untuk itu, Donal mendesak pemerintah agar mengevaluasi kinerja Densus 88, termasuk mengaudit anggaran yang digunakan pasukan elit kepolisian tersebut. "Apa yang dilakukan Densus 88 sudah mengarah pada penyalahgunaan kekuasaan. Harus ada perbaikan agar hukum bisa ditegakkan," pungkas Donal. (ANT)

Baca juga artikel terkait DENSUS 88 atau tulisan lainnya

Reporter: Alexander Haryanto