tirto.id - Indonesia dan Australia akhirnya sepakat untuk menandatangani perjanjian ekonomi dan perdagangan komprehensif (IA-CEPA) meski sempat alot dibahas sejak tahun 2005, di Ballroom Hotel Luwansa hari ini, Senin (4/3/2019).
Penandatanganan kerja sama itu akan dilakukan oleh perwakilan dari masing-masing negara, yakni Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto dan Menteri Pariwisata, dan Investasi Australia Simon Birmingham.
Ketua Komite Tetap Ekspor Kadin, Handito Joewono, mengatakan, kerja sama tersebut harus segera ditindaklanjuti dengan sejumlah langkah strategis di masing-masing Kementerian dan Lembaga.
Sebab, jika eksportir serta barang atau jasa yang akan diekspor belum siap, maka kerja sama tersebut malah makin membebani neraca dagang RI.
"PR yang harus diselesaikan adalah penyiapan produknya. Mumpung masih ada waktu. Selain siapkan barang ekspor yang related dengan pasarnya masing-masing, harus juga disiapkan eksportir-ekspotir barunya," kata Handito kepada Tirto, Senin (4/3/3019).
Handito menyampaikan, Indonesia punya potensi cukup besar untuk meningkatkan ekspornya ke Australia. Sebab selama ini, beberapa produk yang menjadi unggulan di kangguru itu adalah hasil dari industri manufaktur yang memiliki nilai tambah.
Ia menyebut, misalnya, bahan tekstil yang diolah menjadi produk pakaian bernilai fashion tinggi, serta kayu yang menjadi furnitur berharga mahal. Selain itu, ada pula industri otomotif serta produk pertanian seperti kopi hingga coklat.
Selain itu, Indonesia juga berpeluang untuk memperluas keuntungan dari konsumen rempah-rempah di Australia. Namun, menurut Handito, selama ini produk rempah-rempah Indonesia kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
Padahal, dengan berbagai inovasi, banyak produk rempah-rempah Indonesia yang potensial untuk merajai ekspor di luar negeri. Jumlah warga Asia Tenggara serta Indonesia yang cukup besar di Australia merupakan potensi yang tak boleh disia-siakan.
"Sebagian produk produk itu ditinggalkan dunia. Kita enggak perlu malu. Sekarang rempah-rempah kita ketinggalan. Inovasi ini harus dikembangkan sehingga enggak dijual mentahan," tuturnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Maya Saputri